BeritaSuara Mahasiswa39 Tahun Kematian Arnold Ap Diperingati di Kota Manado

39 Tahun Kematian Arnold Ap Diperingati di Kota Manado

DEKAI, SUARAPAPUA.com — Mengenang hari kematian Arnold Clemen Ap diperingati dengan berbagai cara. Dari pentas seni dan budaya diselingi baca puisi, drama masing-masing suku, maupun orasi politik menghiasi peringatan itu. Seperti yang dilakukan di kota Manado, Sulawesi Utara.

Rabu (26/4/2023) malam, Komite Nasional Papua Barat (KNPB) Konsulat Indonesia bersama mahasiswa dan masyarakat Papua di Sulawesi Utara mengenang hari tragedi tewasnya tokoh besar Arnold Clemens Ap dengan menggelar pentas seni dan budaya.

Dilaporkan dari Manado, sesi baca puisi dan drama dari setiap suku ditampilkan, juga pemasangan lilin pertanda perkabungan nasional atas tragedi yang menimpa Arnold Ap pada 39 tahun silam di kota Jayapura.

Mahasiswa Papua dari tujuh wilayah adat yakni Saireri, Meepago, Lapago, Mamta, Doberai, Bomberai, dan Animha, di Sulawesi Utara mengambil bagian. Termasuk juga pimpinan organisasi sosial, keimanan dan pergerakan Papua di kota Manado.

David Faluk, penanggung jawab kegiatan, menegaskan, kegiatan ini sengaja diadakan untuk mengenang karya besar tokoh seniman dan budayawan Papua, Arnold Clemens Ap semasa hidupnya sebelum dibunuh aparat keamanan Indonesia.

Baca Juga:  Uskup Merauke Kembali Didesak untuk Meminta Maaf Karena Telah Melukai Hati Umat

“Pada tanggal 26 April 1984, Arnold Ap, seorang musisi, seniman, budayawan, pendiri grup musik dan tari  Mambesak itu dibunuh oleh Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha) atau yang kini dikenal sebagai Komando Pasukan Khusus (Kopassus) di Pantai Base-G, kota Jayapura, Papua. Kami mengenang karyanya membangkitkan semangat generasi anak bangsa Papua,” kata David Faluk melalui pesan elektronik ke suarapapua.com.

Faluk menyebut catatan sejarah mengenai karya besar Arnol Ap semasa hidupnya meletakan fondasi di bidang seni dan budaya Papua. Kebangkitan jati diri orang Papua diperlihatkan tokoh seniman dan budayawan Papua ini dengan membentuk grup “Mambesak” yang berhasil mempromosikan musik dengan irama tradisional dari seluruh Papua dalam kurun waktu 1978 sampai 1984.

“Sejarah mencatat, bapak Arnold Ap bersama kawan-kawannya dari grup Mambesak berhasil memproduksi rekaman lagu-lagu dalam kaset pita, muali dari volume satu sampai lima. Dan banyak juga yang belum diproduksi dalam almbum kaset. Untuk itulah generasi Papua wajib mengenang kembali, merawat budaya lupa, demi menjaga jadi diri bangsa orang Papua. Kami harus lestarikan itu, karena bangsa yang besar adalah bangsa yang mengenal adat istiadat dan budayanya,” ujar David.

Baca Juga:  Diakhiri Deklarasi Gerakan Merch, Tambrauw Tuan Rumah FHP ke-II

Faluk juga mengajak generasi muda, mahasiswa dan orang asli Papua di seluruh Tanah Papua kembali belajar masa lalu untuk mengambil peran penting demi melawan segala bentuk kepalsuan.

“Tidak ada jalan lain selain harus bersatu kita untuk bebas dari segala bentuk penjajahan dan penindasan,” ujarnya.

Emil Wakei dalam orasinya dari panggung budaya mengungkapkan, Arnold Ap dilenyapkan tidak lain adalah dalam rangka menghancurkan seni, budaya dan sastra Papua.

Meskipun seorang Arnold Ap dibunuh, ia yakin, semangatnya tidak pernah lenyap. Buktinya, semangat generasi mudah Papua masih terlihat hingga kini.

“Pada hari kematian Arnold Ap ini generasi Papua yang berasal dari Sorong sampai Merauke di mana-mana merayakannya, memperlihatkan sikap untuk terus bangkitkan semangat juang dalam melawan berbagai sistem penindasan dan penjajahan yang terus berusaha untuk memusnahkan orang, budaya, seni yang dipunyai bangsa Papua,” ujar Wakei.

Baca Juga:  Rayakan HUT ke-28, Penjabat Bupati: Orang Paniai Wajib Cinta Budaya!

Sekalipun semakin lama jumlah orang asli Papua menurun, semangat perjuangan menurutnya tidak akan pernah berakhir.

“Generasi muda Papua teruslah berkarya dalam seni, budaya, sastra, mengekspresikan jiwa kemanusiaan dan mengangkat nilai-nilai hakiki. Bangsa Papua sudah sangat sedikit Semangat bangkit dari kolonialisme harus terus ditampilkan untuk menjaga eksistensi bangsa. Orang Papua jangan habis di atas negeri leluhur sendiri,” tandasnya.

Emil menyatakan, semangat kebangkitan dari Arnold Ap dan rekan-rekannya dari “Mambesak” harus terus dipegang dan dihidupkan. Ia tegaskan, bukan orang lain, dari awal mula Tuhan telah menempatkan suku-suku asli di negeri ini sebagai pemiliknya sampai dunia kiamat.

Pewarta: Atamus Kepno
Editor: Markus You

Terkini

Populer Minggu Ini:

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.