Oleh: Selpius Bobii*
*) Koordinator Jaringan Doa Rekonsiliasi untuk Pemulihan Papua (JDRP2)
Papua menjamin dunia dari sisi ekonominya, tetapi dunia tidak menjamin keselamatan etnis Papua, tanah air, flora dan fauna.
Papua adalah paru-paru dunia, tetapi dunia berlomba-lomba merusak paru-paru dunia itu.
Dunia berlomba-lomba menggenggam Papua, tetapi akan tiba saatnya Papua akan menggenggam dunia dalam terang kemuliaan kebenaran Tuhan.
Dunia mengabaikan suara ratap tangis Papua, tetapi akan tiba saatnya Tuhan mengubah duka cita menjadi suka cita.
Tanah Papua dijadikan “arena konflik kepentingan”, tetapi akan tiba saatnya Tuhan jadikan Tanah Papua “arena damai sejahtera”.
Papua ditaklukan di bawah semboyang Gold (emas), Gospel (pekabaran Injil), dan Glory (Kejayaan) oleh para kolonial, tetapi akan tiba saatnya Tuhan memakai Papua sebagai alat-Nya menjelang akhir zaman menjadi saksi bagi bangsa bangsa.
Bangsa Papua dijajah dengan tangan bengis, tetapi akan tiba saatnya Tuhan memulihkan Papua sesuai kehendak-Nya.
Dunia telah bermufakat memusnahkan etnis Papua, tetapi Tuhan siap menyelamatkan etnis Papua yang tersisa.
Dunia menjadikan Papua Tanah Darah, tetapi akan tiba saatnya Tuhan jadikan Papua Tanah Suci.
Dunia sedang berusaha mengubah Papua menjadi serambi mekah, tetapi pada saatnya Tuhan memulihkan Papua menjadi serambi Sion.
Dunia merendahkan martabat bangsa Papua melalui segala cara, tetapi akan tiba saatnya Tuhan menegakkan martabat bangsa Papua.
Dunia mengorbankan hak hak dasar bangsa Papua, tetapi akan tiba saatnya Tuhan memulihkan bangsa Papua untuk perdamaian dunia.
Dunia menutup mata hati melihat Papua yang malang, tetapi Tuhan masih mengasihi Papua sebagaimana Tuhan mengasihi bangsa bangsa lain di dunia.
Dunia membenci dan mengutuk bangsa Papua, tetapi akan tiba saatnya bangsa Papua mengasihi dan memberkati bangsa bangsa di dunia.
Papua bukan milik dunia, tetapi Papua milik Tuhan. Maka, Tuhan sedang mewujudkan rencana-Nya di atas tanah air Papua dari pulau Gad Sorong sampai Samarai PNG.
Sebagaimana utusan Tuhan sampaikan kepada saya ketika saya di dalam penjara Abepura pada Februari 2007, dalam suatu ‘penglihatan’ bahwa “Papua adalah Injil dan Injil adalah Papua.”
Maka itu, Papua harus dibangun atas dasar nilai-nilai Injili, bukan dibangun di atas nilai-nilai duniawi yang palsu.
Papua bukan bangsa-bangsaan, tetapi bangsa Penggenapan. Papua bukan tanah kosong yang harus diduduki dan dikuasai oleh Indonesia dan para sekutunya, tetapi Papua adalah masa depan dunia yang harus dilindungi dan diselamatkan dari kehancuran dan pemusnahan.
Langit dan bumi serta segala isinya akan lenyap, tetapi Allah dan kebenaran firman Tuhan serta Kerajaan Allah bersama orang-orang kudus tidak akan lenyap. Ada tertulis dalam Kitab Matius 6:33: “… carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu”.
Masa depan bangsa Papua ada di dalam rencana dan ketetapan Allah. Bukan berada dalam rencana dunia. Seperti ada tertulis dalam Kitab Amsal 16:9: “Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi Tuhkan-lah yang menentukan arah langkahnya.”
Dunia ingin miliki Papua karena keindahannya dan kekayaan alam yang melimpah, tetapi dunia tidak akan miliki Papua untuk selamanya, karena Papua adalah milik Tuhan.
Sudah 60 tahun bangsa Papua berjuang untuk merdeka berdaulat, tetapi dunia tidak datang menolong bangsa Papua, karena bangsa Papua sudah lama tidak melaksanakan apa yang dikehendaki oleh Tuhan.
Tuhan menghendaki bangsa Papua harus bertobat dari salah dosa, bangsa Papua harus berdamai dengan siapapun sekalipun musuh, dan bangsa Papua dari Gad Sorong sampai Samarai PNG harus bersatu di dalam rencana kehendak Tuhan menuju Tanah Suci Papua, tetapi bangsa Papua masih banyak yang mengeraskan hati dan terus memaksakan kehendaknya.
Sesungguhnya kemerdekaan bangsa Papua bukan hanya kemerdekaan jasmani (politik) semata, tetapi juga kemerdekaan rohani yaitu lahir baru di dalam Tuhan.
Camkanlah bahwa kemerdekaan bangsa Papua adalah kemerdekaan untuk mempersiapkan jalan bagi Tuhan yang akan bergandeng bersama bangsa Israel.
Maka itu, marilah kita tinggalkan segala macam perilaku yang mendatangkan dosa (manusia lama); dan mulailah kita hidup baru di dalam kebenaran Firman Tuhan (berubah menjadi manusia baru atau lahir baru di dalam Tuhan).
Ingatlah bahwa sudah 60 tahun dunia tidak datang menolong bangsa Papua, hanyalah Tuhan satu-satunya yang akan segera menolong bangsa Papua.
Untuk itu, marilah kita mencari Tuhan selagi masih ada waktu. Seperti ada tertulis di dalam Kitab Nabi Yesaya 55:6: “Carilah Tuhan selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!”.
Akhirnya, “Barangsiapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!” (Wahyu 13:9).
Jayapura, Minggu, 30 April 2023