PolhukamHAMKronologis Tertembaknya Dua Anak Oleh Peluru Aparat di Sugapa, Intan Jaya

Kronologis Tertembaknya Dua Anak Oleh Peluru Aparat di Sugapa, Intan Jaya

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Pada Senin, 8 April 2024, dua anak telah menjadi korban yang diduga tertembak peluru aparat keamanan di Sugapa, ibu kota kabupaten Intan Jaya, Papua Tengah. Kedua korban adalah Ronal Ronaldus Duwitau, usia 13 tahun, siswa kelas VI SD Inpres Yokatapa, dan Nepina Duwitau usia 6 tahun.

Ronal Ronaldus Duwitau (selanjutnya dalam berita ini akan disebut Ronaldus Duwitau) dilaporkan meninggal usai peluru yang ditembakkan aparat mengenai kepalanya. Sedangkan Nepina Duwitau mengalami cacat pada tangan kiri dan dilarikan ke Nabire untuk mendapat perawatan dalam kondisi koma. Peluru tidak hanya mengenai tangan kiri dan jari jempol tangan kiri putus, juga kena di kepala bagian belakang.

Salah satu korban penembakan atas nama Naldo Duwitau (12), murid SD, saat ditangani petugas medis di Puskesmas Sugapa, kabupaten Intan Jaya, Papua Tengah, Senin (8/4/2024). (Ist.)

Kronologis Kejadian Menurut Keluarga Korban

Pada 24 Maret 2024 lalu, ayah kandung dari Ronaldus Duwitau (13), Felix Duwitau meninggal. Saat kejadian, Ronaldus yang meninggal serta Nepina bersama seluruh keluarga duka termasuk kedua korban sedang berada di rumah duka.

Suara Papua menghubungi seorang dari keluarga korban, namun ia enggan disebutkan namanya dalam berita ini.

Narasumber Suara Papua menjelaskan, pada 8 April 2024 siang sekitar pukul 14.00 WP, terdengar bunyi tembakan. Beberapa saat kemudian, terdengar rentetan bunyi tembakan balasan yang berasal dari Pos Brimob Operasi Damai Cartenz (ODC) yang terletak di samping Bank Papua Sugapa.

Begitu mendengar bunyi tembakan, kedua anak bersama anak-anak yang lain serta orang-orang yang ada di rumah duka mencari perlindungan. Mereka berlindung di dalam rumah dimana keduanya tertembak.

Rentetan tembakan terdengar dari arah Pos Brimob ODC di samping Bank Papua dan Pos Brimob dekat Tower Telkomsel, kampung Tigamajigi. Rentetan tembakan itu diarahkan ke arah rumah duka tempat di mana kedua anak yang menjadi korban serta keluarga dan kerabat lain sedang berlindung karena mendengar bunyi tembakan.

Baca Juga:  Polda Papua Diminta Evaluasi Penanganan Aksi Demo di Nabire

Dari banyak tembakan yang mengenai dinding rumah bercat warna hijau, dimana kedua korban bersama lainnya berlindung, dua peluru menembus dinding papan dan tripleks. Tembakan tersebut searah dengan posisi arah tembakan dari Pos Brimob ODC yang ada di Bank Papua.

Peluru yang menembus dinding papan mengenai kepala Ronaldus Duwitau. Dari arah yang sama, peluru lainnya menembus dinding papan mengenai tangan kiri dan kepala bagian belakang.

Jarak antara Pos Brimob ODC yang terletak di samping Bank Papua dengan rumah tempat kedua korban tertembak sekitar 150 meter. Sedangkan jarak dari Pos Brimob dekat Tower Telkomsel ke rumah korban berjarak 200 meter (jarak diukur dengan bantuan peta).

Peta lokasi posisi pos Brimob dan rumah korban atas nama Nepina Duwitau (6) dan Ronal Ronaldus Duwitau (13) di Sugapa, Intan Jaya, Papua Tengah. (Dok. Suara Papua)

Menurut sumber tadi, korban atas nama Ronaldus terkena tembakan dari arah bank Papua. Peluru yang ditembak dari arah bank Papua itulah yang menembus dinding papan dari luar, dan dinding tripleks dari dalam lalu mengenai kepala korban dan meninggal di dalam rumah tempat ia berlindung.

“Anak Ronaldus kena peluru yang ditembak dari arah bank Papua (Pos Brimob Operasi Damai Cartenz). Peluru itu kena dinding papan dan tripleks tembus lalu kena kepala dan meninggal di tempat,” jelasnya kepada Suara Papua dari Sugapa.

Setelah anak Ronaldus tertembak di kepala dan meninggal di tempat, kata dia, kepala distrik Sugapa bersama aparat keamanan mendatangi rumah korban, lalu dibawa ke rumah sakit bersamaan korban atas nama Nepina Duwitau.

Sesampainya di rumah sakit, korban atas nama Nepina Duwitau langsung mendapat perawatan intensif. Sedangkan korban meninggal dunia atas nama Ronaldus Duwitau setelah diambil data dibawa pulang oleh keluarga untuk dimakamkan.

Baca Juga:  Komnas HAM RI Didesak Selidiki Kasus Penyiksaan Warga Sipil Papua di Puncak

Disemayamkan di rumah duka, selanjutnya pada Selasa (9/4/2024), korban atas nama Ronaldus Duwitau dimakamkan di halaman rumahnya, dan korban atas nama Nepina Duwitau yang terkena tembakan di tangan kiri dan kepala bagian belakang dievakuasi ke RSUD Nabire untuk mendapat perawatan medis lebih lanjut.

“Untuk anak Nepina yang kena tembak di tangan kiri dan kepala bagian belakang sudah dirujuk ke Nabire untuk berobat di sana. Sedangkan anak Ronaldus kami sudah makamkan kemarin di halaman rumah. Tepatnya di kampung Jogasiga, distrik Sugapa,” jelasnya.

Nepina Duwitau, salah satu korban dalam kontak tembak antara aparat keamanan dan TPNPB di Intan Jaya saat dilakukan penanganan medis. (Ist – SP)

Diberitakan media ini sebelumnya, saat dikonfirmasi, Kapolres Intan Jaya, AKBP Afrizal Asri membenarkan kejadian tersebut.

“Kejadian itu bukan penembakan, tetapi tertembak karena adanya kontak senjata antara kelompok KKB dengan Pos Brimob ODC [Operasi Damai Cartenz]  yang berada di samping bank BPD. Jadi, tidak penembakan, tetapi tertembak.”

“Kalau penembakan itu kan orang yang menembak kan, kalau ini kan tertembak di saat terjadinya kontak [tembak] itu,” jelas Kapolres Intan Jaya.

Menurut Kapolres, jenazah dari satu orang yang tertembak atas nama Naldo Duwitau telah diambil pihak keluarga kemarin, Senin (8/4/2024) untuk disemayamkan. Sedangkan Nepina Duwitau diterbangkan ke Nabire untuk penanganan medis lebih lanjut.

“Yang korban meninggal dunia dari kemarin langsung diambil keluarga. Kalau Nepina, tadi pagi jam 10 sudah dilarikan ke Nabire untuk penanganan medis selanjutnya,” kata Kapolres.

Sementara itu, kepala Satgas Humas Operasi Damai Cartenz AKBP Bayu Suseno yang dikonfirmasi Jubi.id mengatakan, peristiwa tersebut bermula saat Satgas Gakkum Operasi Damai Cartenz menangkap satu orang atas nama Bui Wonda alias Bossman Wenda terkait senjata dan amunisi.

Baca Juga:  PMKRI Kecam Tindakan Biadap Oknum Anggota TNI Siksa Warga Sipil di Papua

Menurut Bayu, pada Senin siang sekitar pukul 14.00 WIT, kelompok yang diduga TPNPB wilayah Intan Jaya pimpinan Undius Kogoya melakukan upaya membebaskan BW dengan menyerang pos Bank Papua di Intan Jaya.

“Suara rentetan tembakan oleh KKB kemudian terdengar dari arah belakang pos Bank Papua. Hal itu dibalas oleh anggota Satgas Operasi Damai Cartenz dari pos BPD dan pos tower ke arah suara tembakan sebanyak enam kali tembakan,” katanya.

Akibat dari serangan KKB tersebut, lanjut Bayu, pos BPD mengalami rusak berat dan anggota Satgas dalam keadaan aman.

“Namun sekitar pukul 14.30 WP terdapat dua masyarakat yang tertembak, yakni kedua anak atas nama Nando Duwitau (12) dinyatakan meninggal dunia dan Nopina Duwitau (6). Satgas ODC segera mendatangi TKP dan mengevakuasi kedua korban ke Puskesmas Bilogai untuk diberikan pertolongan medis,” ujarnya.

Menurutnya, sampai saat ini belum diketahui dari arah mana tembakan yang mengakibatkan kedua anak itu terluka.

“Kami masih terus melakukan penyelidikan untuk mengetahui dari arah mana tembakan yang mengakibatkan kedua masyarakat tersebut tertembak” kata Bayu.

Terkait kejadian itu, pihaknya akan terus melakukan pengejaran terhadap pelaku penembakan. Juga melanjutkan penyelidikan terhadap pihak-pihak yang diduga jaringan OPM yang kini tengah diamankan.

Pemakaman Ronal Ronaldus Duwitau (13), siswa kelas VI yang tertembak di dalam rumah. (Supplied for Suara Papua)

Setelah verifikasi identitas lengkap korban meninggal dunia, sebelumnya melalui media ini disebutkan namanya adalah Naldo Duwitau. Suara Papua telah memastikan bahwa Naldo adalah nama panggilan sehari-hari, sedangkan nama lengkapnya adalah Ronal Ronaldus Duwitau, lahir pada 10 Oktober 2010. Saat tertembak usianya belum genap 13 tahun. Ia merupakan siswa kelas VI SD Negeri Inpres Yokatapa. []

Terkini

Populer Minggu Ini:

Jurnalis Senior Ini Resmi Menjabat Komisaris PT KBI

0
Kendati sibuk dengan jabatan komisaris BUMN, dunia jurnalistik dan teater tak pernah benar-benar ia tinggalkan. Hingga kini, ia tetap berkontribusi sebagai penulis buku dan penulis artikel di berbagai platform media online.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.