JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Mewajibkan seluruh pejabat daerah di kabupaten Dogiyai, Papua Tengah, baik pimpinan organisasi perangkat daerah (OPD) maupun aparatur sipil negara (ASN) membeli dan mengonsumsi makanan asli, seperti petatas, keladi, singkong, dan buah-buahan produksi masyarakat asli merupakan satu kebijakan populis yang patut diapresiasi.
Apresiasi terhadap kebijakan populis tersebut datang dari Benyamin Lagowan, salah satu praktisi kesehatan di Tanah Papua.
“Kebijakan bupati terpilih kabupaten Dogiyai periode 2025-2030, Yudas Tebai patut diapresiasi. Sebab kebijakan bupati Dogiyai mengangkat dan menghormati derajat makanan aslinya yang setelah nyaris dilupakan oleh generasi di atasnya bahkan seumuran dengannya,” ujar Benyamin Lagowan dalam catatannya ke Suara Papua, Jumat (21/3/2025).
Sejak tiba di Moanemani, ibu kota kabupaten Dogiyai, Rabu (5/3/2025) siang, usai dilantik di Jakarta dan mengikuti retret di Akademi Militer (Akmil) Magelang, Jawa Tengah, bupati Yudas Tebai menyampaikan kepada semua komponen masyarakat beberapa hal urgen dalam 100 hari kerja sesuai visi dan misinya selama lima tahun masa kepemimpinan bersama wakil bupati Yuliten Anouw. Salah satu yang menyentuh hati Benyamin Lagowan adalah mewajibkan seluruh pejabat dan ASN berbelanja hasil bumi yang biasa dijual mama-mama pasar.
“Bupati Yudas Tebai mengesahkan hari khusus bagi ASN dan pemerintah daerah untuk membeli dan mengonsumsi makanan asli seperti ubi, talas, singkong bersama buah-buahan produksi masyarakat asli. Ini hal baru, bahkan termasuk kebijakan unik yang sangat luar biasa.”
Lanjut Lagowan, “Sungguh luar biasanya di tengah gencarnya normalisasi dan inkulturasi beras-padi melalui kebijakan-kebijakan yang dominan di negeri ini, bupati Dogiya mampu mengangkat harkat dan martabat rakyat yang sesungguhnya yang bersentuhan langsung dengan urat nadi kehidupan mereka.”
Benyamin berpendapat, kebijakan populis ini patut dicontoh oleh elit dan pejabat negeri ini yang ada di dalam kendali kesadaran palsu.
“Generasi usia pejabat saat ini adalah generasi yang lahir di zaman ubi, keladi dan singkong. Generasi yang saat lahir diberikan makan pertama kali oleh orang tua mereka (opa/oma) dengan ubi yang dikunyah. Bukan nasi, apalagi pizza dan spageti, apalagi bubur sun,” ujarnya.
Lagowan berharap agar pejabat negeri sadar dan tidak terus hanyut dalam kesadaran palsu, ketakutan dan doktrin berasnisasi serta ketamakan berjamaah mencari untung dibalik kebijakan dan program impor beras secara struktural dan sistematis.
“Sadarlah sebelum terjadi transformasi genetik secara permanen dan maksimal dari genetika asli Papua dengan dominasi gen pemakan ubi, sagu, keladi, singkong, ulat sagu dan lainnya kepada genetika tahu, tempe, nasi, dan mie instan.”
Dengan sebuah kebijakan populis yang diambil dan diterapkan sejak awal masa kepemimpinan, Benyamin Lagowan mendoakan bupati Dogiyai.
“Tuhan Yesus memberkati pak Yudas Tebai.”
Di sisi lain, ia yakin perjuangan dan tangisan mama-mama pasar akan tergenapi dengan adanya langkah terpuji melalui kebijakan populis tersebut.
“Tangisan dan harapan mama-mama Papua di pasar lokal karena jualan tidak laku-laku bakal terhapus. Kebiasaan pejabat Papua belanja di toko, mall, mas sayur keliling, dan jarang turun ke pasar mama-mama yang beralaskan tikar, tanah, becek dengan jualan seadanya mungkin akan diperhatikan,” tutur Lagowan.
Lagowan juga menyatakan, kebijakan populis ini mesti didukung semua pihak. []