JAYAPURA, SUARAPAPUA.com— Pemerhati Hak Asasi Manusia (HAM) Papua menyayangkan sikap Frans Albert Yoku dan Nickolaus Messet meminta supaya keduanya lebih baik memilih diam, karena perjuangan apa pun yang akan dilakukan untuk membendung isu Papua Merdeka, tidak akan pernah berhasil.
Hal tersebut ditegaskan Theo Hesegem, pemerhati HAM di Papua menanggapi manuver yang sedang dimainkan Nick Messet dan Frans Albert Yoku untuk mempertahankan Papua sebagai bagian dari Indonesia.
“Saudara Frans Albert Yoku dan Nick Messet sudah kehilangan akal dan strategi. Mereka omong di media sebagai alat diplomasi saja. Dan kita perlu pahamai bahwa mereka dua ini bukan tokoh orang Papua, apa pun yang mereka lakukan itu supaya Indonesia senang,” katanya.
Meski sudah berpengalaman sebagai diplomat di luar negeri, kata Theo, kedua orang tersebut tidak bisa membendung arus diplomasi dan arus internasionalisasi masalah Papua Barat yang semakin kuat dan dukngan terus mengalir.
“Harusnya mereka dua sampaikan krisis kemanusiaan di Papua Barat karena rilnya itu yang terjadi. Bagaimana bisa mereka bilang tidak ada pelanggaran HAM, pelangggaran HAM terus terjadi. Jadi di sisi lain merea bisa hancurkan wajah Indonesia di internasional,” Jelas Theo.
Negara-negara di Pasifik, kata dia, terus memberikan perhatian dan dukungan terhadap Papua Barat. Ia mencontohkan, di Indonesia terus berupaya untuk menjegal Papua barat yang diwakili ULMWP. Tetapi upaya itu gagal dan ULMWP diterima sebagai observer. Di PIF juga demikian.
“Dimana Papua Barat diwakili ULMWP secara resmi diundang. Berarti perhatian negara-negara Pasifik terhadap bangsa Papua barat sangat kuat dan terus mengalir. Negara-negara dari Paisific juga sudah ambil sikap di sidang PBB untuk tidak mendegar presentasi dari Menlu dan Menhumkamn Indonesia tentang kondisi di Papua Barat,” terang Hesegem.
Ini artinya bahwa negara-negara Pasifik sudah hilang kepercayaan terhadap Bangsa Indonesia dalam menyampaikan laporan kasus HAM Papua dan Papua Barat. Ini juga menurutnya, menandakan bahwa Negara-negara Pasifik mengakui masyarakat Asli Papua sebagai rakyat Pasifik, ras Melanesia yang butuh pertolongan mereka.
Theo juga heran dengan tiga diplomat Indonesia, Albert Yoku, Nick Messet dan Tantowi Yahya yang di salah satu media menyebutkan bahwa “mereka marah besar” dalam sesi jumpa pers usai pertemuan PIF di Apia, Samoa.
Mestinya, kata Theo, mereka-mereka ini lebih baik memilih berdiam saja, karena upaya mereka membendung isu Papua Barat sudah tidak berhasil dan tidak akan berhasil lagi.
“Saya percaya dalam perjuangan untuk menggagalkan isu Papua Barat di level internasional pasti Indonesia memgeluarkan biaya sangat besar, sehingga bagian ini perlu dipikirkan baik,” tuturnya.
Pewarta : Elisa Sekenyap
Editor: Arnold Belau