Segera Ungkap Pelaku Penembakan Dua Pemuda di Deiyai!

0
6727

NABIRE, SUARAPAPUA.com — Kasus penembakan terhadap dua warga sipil di Waghete, Kabupaten Deiyai, Melianus Dogopia (18) dan Yulianus Mote (18), Selasa (21/5/2019) sore, diminta segera diungkap ke publik.

Permintaan tersebut diungkapkan John NR Gobai, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Papua, meneruskan tuntutan keluarga korban di Waghete, usai bertatap muka pada Kamis (23/5/2019).

“Polda Papua harus segera mengungkapkan peluru milik siapa yang melukai Melianus Dogopia dan menewaskan Yulianus Mote di Waghete, Kabupaten Deiyai,” ujarnya kepada suarapapua.com, Minggu (26/5/2019) malam.

John menilai hal ini paling utama ketimbang polisi menggiring publik untuk diamkan kasus utama dengan hanya fokuskan siapa pelaku pembakaran Polsek Tigi, pembakaran kios dan dugaan pelecehan seksual terhadap tiga orang perempuan di sekitar kios.

“Kalau yang ini jelas ekses lanjutan dari kasus pertama yaitu penembakan terhadap Melianus Dogopia hingga menembak mati Yulianus Mote.”

ads

Jenazah Yulianus Mote telah dikebumikan di halaman kantor Polsek Tigi, Kamis (23/5/2019) siang, sesuai kesepakatan pihak keluarga korban.

Pihak penyidik menurut John, seharusnya fokus pada kasus pertama untuk mengungkapnya sesuai prosedur yang berlaku di negara ini.

“Sekali lagi, tolong jawab peluru siapa yang menembak Melianus Dogopia? Karena penembakan inilah yang menjadi pemicu amukan massa dan oknum siapa yang menembak Yulianus Mote yang tewas di depan Bank Papua Waghete,” lanjut John.

Baca Juga:  Masyarakat Tolak Pj Bupati Tambrauw Maju Dalam Pilkada 2024

John juga akui beberapa foto korban penembakan sudah didapatnya saat berkunjung ke Waghete.

“Hari Senin besok kami akan lapor ke Kapolda Papua,” imbuhnya.

Selain itu, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) diminta segera menurunkan tim investigasi terhadap kasus penembakan dan pembakaran Polsek Tigi.

“Polda Papua harus bertanggungjawab terhadap kasus itu. Oknum polisi yang terlibat harus dipecat di depan rakyat, dan diborgol lalu diseret ke penjara,” ujarnya lagi.

Senada diungkapkan Mando Mote, ketua Barisan Muda Deiyai Sejahtera (BMS), yang meminta Polda Papua segera melakukan penyelidikan terhadap fakta riil dari kasus penembakan serta pembakaran markas Polsek Tigi.

“Kapolda Papua harus segera memproses hukum dan menindak tegas Kapolsek Tigi,” tegas Mando.

Perlunya penyelidikan kasus penembakan terhadap Yulianus Mote dan Melianus Dogopia, menurut dia, untuk membuktikan apakah para pelaku penembakan sudah menerapkan prosedur tetap Kepolisian Republik Indonesia.

“Aparat Polsek Tigi sudah menyalahi aturan karena bukannya melayani masyarakat Deiyai, polisi justru melakukan penembakan dan menciptakan trauma mendalam,” tutur Mando.

Baca Juga:  Soal Satu WNA di Enarotali, Begini Kata Pakum Satgas dan Kapolres Paniai

Dugaan pelanggaran oleh aparat kepolisian dari Polsek Tigi, lanjut Mando, langsung mengedepankan senjata api sebagai alat negara, tidak didahului pendekatan persuasif sesuai motto Polri.

Penggunaan alat negara yang berlebihan dengan sasaran korban warga sipil, patut disesalkan karena kasus serupa selalu terjadi berulang kali di Tanah Papua. “Aparat keamanan harus mengedepankan pendekatan persuasif kalau ada masalah di tengah masyarakat, tidak boleh langsung ambil senjata dan tembak orang,” ujar Laurenzus Kadepa, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Papua.

Jika senjata api tidak dijadikan penyelesai masalah, dia yakin kasus penembakan yang mengakibatkan satu orang tewas tertembak dan seorang lainnya terluka di Waghete, tidak akan terjadi.

Tetapi karena sudah terjadi yang meninggalkan kesedihan dan trauma bagi keluarga korban termasuk masyarakat Papua, Laurenz berharap kasusnya segera diungkap karena cara polisi tidak profesional dalam menangani persoalan di Waghete.

“Masyarakat Papua sampai hari ini masih sangat trauma dengan aparat keamanan akibat rangkaian kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia di masa lampau. Jadi, sebaiknya stop gunakan senjata dalam menghadapi apapun persoalan di tengah masyarakat Papua,” ujar Laurenz.

Baca Juga:  Peringatan IWD Menjadi Alarm Pergerakan Perempuan Kawal Segala Bentuk Diskriminasi Gender
Jenazah Yulianus Mote saat dikebumikan di halaman Polsek Tigi, Waghete, Deiyai, Kamis (23/5/2019). (IST – SP)

Sebelumnya, Polda Papua membantah tak ada korban jiwa di Waghete. Meski jenazah Yulianus Mote dimakamkan di halaman markas Polsek Tigi.

Dilansir jubi.co.id, Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Papua, Kombes Pol Ahmad Musthofa Kamal menyatakan, polisi tidak mungkin menembak tanpa alasan dan bukti yang jelas. Kata dia, tindakan diambil aparat kepolisian yang bertugas di Waghete karena ada alasan.

Kamal akui sejauh ini Polda Papua sedang menunggu hasil penyelidikan tim dipimpin beberapa perwira utama Polda Papua yang diturunkan ke Deiyai. Tim terdiri dari Bidang Profesi dan Pengamanan (Bidpropam) dan penyidik Direktorat Reserse Polda Papua. Kepala Bidpropam Polda turut serta dalam tim tersebut.

Menurut Kamal, tim Polda Papua, masih di Waghete untuk menjalankan tugas mencari tahu apakah tindakan anggota di lapangan sudah sesuai prosedur atau tidak, dan apakah benar anggota di lapangan dalam situasi terancam hingga terpaksa melepaskan tembakan ke warga, juga mengungkap beberapa kasus lain yang terjadi bersamaan, seperti pembakaran markas Polsek Tigi, pembakaran kios dan pelecehan terhadap tiga perempuan.

Pewarta: Markus You

Artikel sebelumnyaPotret Sampah di Yahukimo dalam Gambar
Artikel berikutnyaJaro Local Meraih Penghargaan Best International Pacific Artist Award di New Zealand