Selasa 2012-07-24 10:49:00
Menurut Cunding, salah satu faktor yang menyebabkan jurnalis jarang menulis tentang persoalan lingkungan, dikarenakan pengetahuan wartawan yang minim akan lingkungan, serta tidak pernah membiasakan diri menulis tentang lingkungan.
“Jika jurnalis membiaskan diri menulis tentang lingkungan, tentu dia akan cinta pada lingkungan, dan akan memahami cara menulis yang baik tentang lingkungan, seperti saya, awalnya tidak tahu sepak bola, namun karena sering ditugaskan menulis liputan sepak bola, akhirnya saya bisa tahu sepak bola,†ujar Cunding.
Ditambahkan oleh Cunding, posisi wartawan yang menulis tentang lingkungan sangat berbeda dengan wartawan yang menulis dibidang lainnya seperti politik, hukum dan kriminal yang dituntut harus berada di posisi yang netral dan tidak memihak oknum atau kelompok tertentu.
“Namum, wartawan lingkungan keberpihakannya jelas, yakni pada lingkungan yang dirusak. Ini memang agak berbeda dengan bidang-bidang lainnya, dan memang wartawan sebelum menulis tentang lingkungan, harus tahu bahwa keberpihakannya adalah lingkungan,†tegas Cunding yang juga wartawan koran Tempo.
Sementara itu, Charles Tawaru, Forest Campaigner pada Green Peace wilayah Papua dan Papua Barat menyampaikan bahwa pertemuan rutin antara jurnalis, Foker LSM Papua, serta LSM-LSM lingkungan di tanah Papua perlu terus dibangun, agar dapat membagi berbagai informasi tentang Papua.
Septer Manufandu, Sekertaris Eksekutif Foker LSM Papua yang turut hadir dalam diskusi tersebut berharap jurnalis dapat dibekali dengan pengetahuaan dasar tentang lingkungan beserta istilah-istilahnya, agar mereka dapat mampu menulis tentang lingkungan dengan baik dan benar.
OKTOVIANUS POGAU