SORONG, SUARAPAPUA.com — Paris Kegakoto, perwakilan mahasiswa asal pegunungan tengah Papua di Kota Sorong, provinsi Papua Barat, mendesak Presiden Joko Widodo segera menarik pasukan militer Indonesia dari wilayah pegunungan tengah Papua, terutama Nduga, Mimika, Intan Jaya, dan kabupaten Puncak.
“Perang di pegunungan tengah bukan karena persoalan Papua merdeka, tetapi pemerintah Indonesia ingin merebut paksa kekayaan alam yang selama ini dijaga oleh masyarakat adat di sana,” ujar Paris Kegakoto dalam aksi mimbar bebas di seputaran lampu merah Maranatha Remu, Kota Sorong, Jumat (21/5/2021.
Ia menilai rencana pemerintah untuk membuka Blok Wabu di Intan Jaya adalah faktor utama berlanjutnya konflik bersenjata antara TNI Polri dan TPNPB.
“Presiden Jokowi stop bunuh kami. Jangan usir kami dari tanah adat kami. Banyak masyarakat sipil dari Intan Jaya, Nduga, Puncak, Mimika, dan beberapa daerah lainnya sudah korban. Mereka hidup menderita, mengungsi meninggalkan tanah adatnya,” tutur Kegakoto.
Akibat konflik senjata antara TNI Polri dan TPNPB di beberapa daerah di kawasan pegunungan tengah Papua, kata Paris, menyebabkan masyarakat pribumi meninggalkan kampung halaman mereka, mengungsi ke Nabire dan Timika.
Hal ini dipertegas Elko Kossay, mahasiswa asal Yalimo, yang mencatat sejak pekan pertama Desember 2018 masyarakat sipil dari kabupaten Nduga mengungsi akibat takut terhadap militer Indonesia.
“Pengungsi Nduga sudah tiga tahun ini tinggalkan tanah air mereka karena takut terhadap pasukan militer Indonesia yang diterjunkan dan selalu mengintimidasi, teror bahkan tembak mati dengan senjata,” ujar Elko.
Karena itu, mahasiswa Papua, menurutnya, mendesak Presiden Jokowi segera tarik pasukan militer dari Tanah Papua dan selesaikan persoalan Papua sesuai mekanisme internasional.
“Presiden Jokowi harus segera hentikan operasi militer. Tarik kembali semua pasukan militer organik maupun non organik dari wilayah pegunungan tengah dan Papua umumnya,” ujar Kossay.
Pewarta: Reiner Brabar
Editor: Markus You