ArsipMakanan Kadaluarsa Beredar Luas di Kabupaten Deiyai

Makanan Kadaluarsa Beredar Luas di Kabupaten Deiyai

Senin 2014-08-04 11:14:45

PAPUAN, Jayapura — Makanan kadaluarsa beredar luas di kalangan masyarakat Kabupaten Deiyai, Provinsi Papua, karena belum ada pengawasan yang baik dari pemerintah.

“Setiap Bahan Makanan (Bama) yang diproduksi dari pabrik mempunyai label, masa berlaku untuk layak dikomsumsi, namun yang terjadi di Deiyai tidak demikian,” tulis Daud Edoway, dalam laman grup Facebook "Komunitas Dogiyai", Minggu (04/8/2014).

 

Akibatnya, lanjut Edoway, masyarakat yang mengkonsumsi kena dampak buruk, karena itu masyarakat diminta memperhatikan label yang tertera pada barang tersebut.

 

Alumni Jurusan Kedokteran Universitas Gajah Mada ini menjelaskan, makanan yang beredar luas seperti daging ayam es, daging sapi es, susu, sardines, supermi serta barang-barang lainnya.

 

Menurutnya, Bama tersebut disimpan dalam kulkas, selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Sehingga efek yang ditimbulkan adalah alergi, gatal-gatal dan gejalah lain yang tidak nampak.

 

Untuk itu, ia berharap Pemerintah Kabupaten Deiyai, melalui dinas terkait untuk rutin melakukan pemeriksaan dan pengawasan, agar tidak berdampak pada masyarakat Deiyai di kemudian hari.

 

Ia juga mengimbau kepada masyarakat Deiyai untuk hati-hati membeli barang-barang dari kios maupun toko, dan diminta melihat label yang tertera di barang-barang tersebut sebelum membelinya. (ED: OP)

 

MARSELINO TEKEGE

Terkini

Populer Minggu Ini:

ULMWP: Aneksasi Papua Ke Dalam Indonesia Adalah Ilegal!

0
Tidak Sah semua klaim yang dibuat oleh pemerintah Indonesia mengenai status tanah Papua sebagai bagian integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, karena tidak memiliki bukti- bukti sejarah yang otentik, murni dan sejati dan bahwa bangsa Papua Barat telah sungguh-sungguh memiliki kedaulatan sebagai suatu bangsa yang merdeka sederajat dengan bangsa- bangsa lain di muka bumi sejak tanggal 1 Desember 1961.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.