DEKAI, SUARAPAPUA.com — Helivida Indonesia di Yahukimo, perusahaan penerbangan yang dinaungi Yayasan Helivida Indonesia yang berbasis di Wamena dianggap tidak netral dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat, khususnya masyarakat Yahukimo.
Hal itu disampaikan Atius Matuan, ketua Persekutuan Gereja-Gereja Yahukimo (PGGY), kepada suarapapua.com melalui surat elektroniknya, Rabu (14/11/2018).
Menurut Matuan, mestinya Pemerintah Kabupaten Yahukimo tegas supaya perusahaan penerbangan ini tidak diijinkan untuk melayani di daerah Yahukimo karena pelayanannya tidak netral dan pilih kasih.
“Pemda Yahukimo harus tegas untuk melihat kembali keputusan hukum tentang ijin. Kita ini negara hukum, sehingga pelayanan pilih kasih harus keluar dari Tanah Papua,” tegasnya.
Matuan menjelaskan, persoalan pilih kasih ini terjadi ketika panitia Konferensi Gereja Kingmi Klasis Siep Asso mengajukan surat permohonan pelayanan penerbangan ke Helivida belum lama ini, namun permohonan itu tidak diindahkan.
“Yang menjadi aneh adalah orang lain dan organisasi lain dilayani melalui surat yang sama, tetapi ketika kami ajukan, mereka tidak tanggapi. Mungkin pihak Helivida tolak karena kegiatan ini dari organisasi Kingmi?“ tanyanya.
Atas tindakan tersebut, Matuan mengakui pihaknya kesal dengan pihak Helivida.
“Saya kecewa terhadap sikap pimpinan Helivida. Apakah Helivida jalankan misinya untuk melayani Tuhan atau gereja tertentu? Pemerintah perlu pertegas dan menyurati ke lembaga ini,“ ungkapnya.
Frans Esema, dari gereja Kingmi mengakui, jika surat itu dari organisasi Kingmi, pihak Helivida silakan menolaknya atau tidak menanggapinya, tetapi permintaan pelayanan itu untuk mengantar Bupati Yahukimo ke konferensi dimaksud, sehingga pihak Helivida perlu mempertimbangkannya.
Karena menurutnya, Pemerintah Yahukimo tidak pernah membeda-bedakan organisasi gereja yang ada di Yahukimo. Pemerintah itu cukup netral, sehingga pihak Helivida juga mesti netral dalam melakukan pelayanan.
Pewarta: Ruland Kabak
Editor: Elisa Sekenyap