AUCKLAND, SUARAPAPUA.com — Sebuah kelompok relawan menyebutkan setidaknya 139 orang meninggal dunia di kamp-kamp pengungsian di pegunungan tengah Papua Barat, tetapi militer Indonesia membantah angka-angka tersebut dimana yang dilanda konflik antara pemberontak separatis dan negara.
Bagaimanapun, konflik di Kabupaten Nduga, Papua, telah menewaskan puluhan orang sejak Desember 2018 memaksa banyak orang melarikan diri demi nyawa untuk tetap bertahan hidup.
Tetapi sebuah laporan oleh kelompok relawan, Tim Solidaritas untuk Nduga menyebutkan jumlah orang terlantar adalah sebanyak 5.000 orang.
Angka ini sejalan dengan perkiraan dari kelompok hak asasi manusia lainnya.
Laporan pada hari Kamis juga menyebutkan bahwa setidaknya ada 139 orang dari Nduga tewas di kamp pengungsian di kota Wamena, sebagian besar karena penyakit dan kekurangan gizi.
Muhammad Aidi, juru bicara militer Indonesia di Papua mengatakan, laporan itu bohong dan diperlukan lebih banyak bukti.
Laporan itu mengklaim kesehatan para pengungsi dari Nduga semakin memburuk karena kurangnya pasokan kemanusiaan – terutama makanan dan pasokan medis – dan penyakit menular termasuk disentri yang tidak terkendali.
Tim Solidaritas untuk Nduga telah menyerukan Pemerintah Indonesia agar memberhentikan para pasukan polisi dan militer dari Nduga, mengakui dan mendukung pengungsi dan membuka akses bagi pekerja kemanusiaan dan jurnalis ke Papua.
Dikatakan bahwa pemerintah gagal mengakui kekerasan Nduga sebagai konflik militer, dan membatasi bantuan yang dapat disahkan berdasarkan hukum Indonesia.
Kelompok ini juga meminta kepada Pemerintah Provinsi Papua untuk mengumumkan darurat kemanusiaan atas kasus Nduga dan membentuk satuan tugas khusus untuk menangani krisis ini.
Sumber: radionz.co.nz
Editor: Elisa Sekenyap