Dampak Covid-19, Supir Taksi di Sorong Kewalahan Mencukupi Kebutuhan Keluarga

0
2218

KOTA SORONG, SUARAPAPUA.com— Para supir taksi di Kota Sorong mengakui pendapatan mereka belakangan ini menurun, walapun aktivitas menarik penumpang terus berjalan seperti biasanya dalam menghadapi wabah Covid-19.

Pendapatan mereka menurun drastis hingga Rp50-100 per-hari. Sebelumnya, pendapatan mereka per-hari bisa mencapai Rp200-350.

Pendapatan tersebut kata Rudi, seorang supir taksi di jalur kota di Kota Sorong sangatlah tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam keluarga.

Menurutnya, pengahasilan tersebut hanya habis di setoran, yang mana setelah aktivitas mengemudi berakhir disetor kepada pemilik kendaraan.

Ia menuturkan, penghasilan tersebut tidak cukup untuk memenuhi kehidupan keluarga sehari-hari di tegah pandemi Covid-19.

ads
Baca Juga:  Perda Pengakuan dan Perlindungan MHA di PBD Belum Diterapkan

“Kalau tinggal diam di rumah, istri dan anak bisa kelaparan,” ungkap Rudi kepada suarapapua.com di Sorong, Sabtu (16/5/2020).

“Saya mau takut virus atau keluarga saya – ada istri, anak dan rumah kos. Bisa mati kita. Situasinya seperti ini, setiap hari paling dapat 50-100 ribu. Syukur kalau ada yang pakai, bisa sampai 150 ribu saja. Itu paling tinggi sudah. Kalau dapat 100 ribu, 50 ribu  atau 30 ribu setor ke bos, lainnya bahan bakar, dan paling bawa pulang 20 ribu saja,” katanya.

Baca Juga:  Non OAP Kuasai Kursi DPRD Hingga Jual Pinang di Kota Sorong

Diri, supir taksi lainnya yang beroperasi ke jalur kilo delapan hingga empat belas berharap Pemerintah Kota Sorong sedianya memberikan bantuan kepada pihaknya para supir taksi.

“Saya dan teman-teman jalur kilo juga pendapatan kami menurun sekali. Kadang 50 ribu saja, kadang sampai 100 ribu saja. Kita harus setor ke bos, beli bahan bakar,sehingga tentu tidak cukup untuk makan minum di rumah,” kata Diri.

Kata Diri, awalnya sejak Covid-19 ini mewaba, tidak semua supir menarik penumpang, dan tinggal di rumah, namun mengalami kesulitan Sembako sehari-hari.

Baca Juga:  KPU Papua Terpaksa Ambil Alih Pleno Tingkat Kota Jayapura

Kesulitan ini terjadi karena, katanya sebagian besar para supir taksi datang merantau, sehingga apapun resikonya pihaknya menarik penumpang untuk mencukupi kebutuhan makan minum dalam keluarga.

“Para supir taksi sekitar akhir Maret sampai awal April 2020 hanya terdapat 1 sampai 3 taksi yang mencari nafkah. Minggu ke empat bulan April sampai Mei, mulai banyak taksi. Mereka tidak duduk diam di rumah. Mereka tetap keluar mencari. Alasanya rata-rata tidak bisa makan kalau tidak mencari. Anak, istri makan apa jika hanya berdiam diri di rumah,”  tukasnya.

Pewarta: Maria Baru

Editor: Elisa Sekenyap

Artikel sebelumnyaMasker Hasil Jahitan Margareta dan Yubelina Banjir Pemesan
Artikel berikutnyaTPNPB Menyatakan Bertanggungjawab Atas Perampasan Senjata di PosPol 99 Ndeotadi