Solidaritas Bersama Buruh Menuju Free West Papua

0
1613

Oleh: Ningdana.O)*

Pengantar

Banyak negara di dunia terbentuk atas perjuangan kelas termasuk di dalamnya Buruh dan Aktivis Pembebasan Nasional. Perjuangan yang dimaksud ialah perjuangan  dari satu bagian rakyat terhadap rakyat lainnya. Perjuangan yang dilakukan oleh massa yang bekerja untuk menghidupkan orang lain dan massa yang hidup dari kerja orang lain, massa yang tertindas dan massa yang menindas, massa yang mempunyai hak istimewa dan massa yang tak mempunyai hak istimewa, massa yang menganggap derajatnya lebih tinggi dibanding massa yang lainnya.

Berangkat dari hal tersebut penulis berasumsi bahwa gerakan Buruh dan Gerakan Pembebasan Nasional Papua barat ialah pemenuhan Hak Asasi Manusia (HAM), Hak Untuk Merdeka (bebas) dari sistem yang menindas menuju penentuan nasib sendiri demi kehidupan yang lebih adil dan sejahtera.

Gerakan  Buruh

ads

Pada intinya cita-cita gerakan buruh adalah terciptanya kesejahteraan bagi kaum buruh dan keluarganya. Kesejahteraan yang dimaksud ialah menaikkan standar upah minimum (UM) dan kepastian kerja. Dari dua item tersebut upah minimum yang berpengaruh langsung terhadap kaum buruh (LBH Bandung, Hirson karisma).

Terlepas dari itu, sejarah perjuangan kelas buruh ialah sejarah yang panjang dan tersebar di seluruh dunia, baik itu buruh tani maupun buru produksi. Gerakan buruh yang bergejolak di seluruh dunia ialah hasil dari perlakuan yang semena-mena oleh para pemilik tanah maupun pemilik alat produksi (borjuasi). Perlakuan semena-mena  dari para borjuasi terhadap kaum buruh secara garis besar menyangkut beberapa hal. Di antaranya: lamanya hari kerja, pembayaran upah kerja yang minimum, tidak adanya tunjangan bagi para ibu hamil, tidak adanya hari libur khusus bagi perempuan yang lagi haid, pemutusan hubungan kerja (PHK), tidak adanya pembayaran THR serta perlakuan lainnya yang bernuansa eksploitasi buruh  secara tak manusiawi.

Baca Juga:  Vox Populi Vox Dei

Hari kerja yang dimaksudkan di atas ialah waktu kerja  yang di dalamnya terdapat waktu kerja yang diperlukan, dimana pekerja (buruh) memproduksi nilai tenaga kerjanya dan kerja lebih, dimana pekerja (Buruh) bekerja melampaui nilai tenaga kerjanya atau dengan kata lain bekerja sepenuhnya untuk masuk ke saku sang pemilik (borjuasi). Sang pemilik dalam artian yang empunya perusahaan berupa alat produksi yang sewaktu-waktu mengganti tenaga kerja dalam proses produksi sekaligus ia (mesin) mempekerjakan para buruh atau kasarnya menguras habis tenaga sang pekerja.

Upah minim yang dimasudkan berupa upah yang tak sesuai dengan hari kerja bahkan tidak sesuai dengan biaya seluruh kehidupan sang buruh, misalnya tentang biaya pendidikan anak. Padahal Pendidikan adalah sebuah harapan akan perubahan hidup yang lebih baik bagi anak-anak buruh kelak. Namun pendidikan seperti barang mewah bagi buruh. Tahun 2012 UNICEF merilis laporan tahunan sebanyak 2,3 juta anak usia7-15 di Indonesia tidak bersekolah, di Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat sebanyak 42% Anak putus Sekolah (LBH Bandung, Hirson karisma).

Ironisnya yang dirilis pun baru sekitar Pulau Jawa, bagaimana jika semua pulau dirilis? Apalagi Papua, terutama Orang Asli Papua yang selama ini ditindas semenjak infiltrasi (penyusupan) ABRI pada Tahun 1960an, hingga tulisan ini dibuat dirantai demi kepentingan eksploitasi sumber daya alam (SDA) terus berlanjut. Tujuannya untuk mengamankan kelancaran proses investasi milik para Borjuasi Regional, Nasional, dan Internasinal dengan menggunakan konsep operasi militer yang identik dengan refresipitas bahkan sampai pada pengejaran dan pembunuhan. Selain biaya pendidikan ada juga biaya kontrakan, biaya hari besar keagamaan apalagi THRnya tidak dibayar. Dari perlakuan seperti inilah yang membuat semua buruh menggalang solidaritas buruh untuk melakukan berbagai aksi protes Seperti mogok kerja dan demonstrasi guna menentang pemilik perusahaan (Borjuasi).

Baca Juga:  Kura-Kura Digital

Pentingnya Bersolidaritas Bersama Buruh Menuju Penentuan Nasib Sendiri Bangsa West Papua

Menarik sudut pandang dari uraian sub pembahasan tentang gerakan buruh yang dipaparkan secara umum di atas, penulis berasumsi bahwa perjuangan Kaum Buruh dan Perjuangan Pembebasan Nasional Papua Barat sama-sama berangkat dari pemahaman bahwa mereka (Kita) sedang ditindas habis-habisan oleh kelas penguasa.

Terlepas dari itu, perjuangan kaum buruh merupakan perjuangan membela hak-hak Masyarakat Pribumi dari para kapitalis yang bertopeng pejabat pemerintah. Contohnya seperti perampasan lahan dan pengalihan fungsi lahan untuk perusahaan dan pembangunan infrastruktur. Jika dikaitkan dengan Tanah West Papua, banyak sekali perampasan tanah dan eksploitasi sumber daya alam (SDA) yang bisa diperjuangkan secara solidariats bersama Serikat Buruh.

Sehingga, penting sekali adanya membangun solidaritas sesama kaum tertindas guna mencapai cita-cita yang diperjuangkan. Penulis sangat mengapresiasi Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) yang selama ini bersolidaritas bersama Serikat Buruh untuk menyuarakan apa yang menjadi cita-cita semua kaum tertindas. Dengan berkat adanya solidaritas seperti yang dilakukan oleh AMP, Perjuangan Pembebasan Nasional Papua Barat kini telah dan mulai dikenal oleh kalangan Serikat Buruh di Indonesia walaupun hanya sebagian.

Salah satu contohnya, aksi solidaritas AMP Kota Malang untuk Kaum Buruh Toyota Jepang PT Nambu Plastics Indonesia (arah juang, 9 september 2018).

Jika berbicara tentang pergerakan Serikat Buruh adalah serikat yang tali pergerakan perjuangannya memanjang hingga ke Seluruh Dunia. Oleh sebab itu, selain perjuangan dalam Tanah Air (West Papua) lewat faksi perjuangan yang sudah ada, kita perlu membangun  solidaritas bersama buruh guna mendorong perjuangan ke kanca nasional bahkan internasional lewat solidaritas bersama kaum buruh. Walaupun sudah ada faksi yang telah mendorong perjuangan ke kanca internasional  sesuai tupoksinya seperti  United Liberation Movement For West Papua (ULMWP).

Baca Juga:  Musnahnya Pemilik Negeri Dari Kedatangan Bangsa Asing

Perlu digaris bawahi bahwa, secuil pun penulis tidak ada niat menganggap remeh semua faksi perjuangan yang selama ini berjuang dengan mempertaruhkan hidupnya bagi Pembebasan Nasional Papua Barat. Dan juga  pencapaian prestasi yang membawa dampak yang signifikan bagi perjuangan Pembebasan Nasional Papua Barat. Tetapi yang penulis maksud adalah ketika ada waktu dimana Serikat Buruh memerlukan bantuan solidaritas guna menggaungkan manifesto yang dikeluarkan oleh kaum buruh. Kita sebagai sesama kaum tertindas kita eksis dan aktif mendukung manifesto yang dikeluarkan oleh kaum buruh sebagai aksi solidaritas terhadap Kaum Buruh.

Hal ini supaya ketika kita membutuhkan aksi solidaritas untuk menuntut referendum sebagai solusi demokratis bagi Bangsa Papua atau pun jalan lainnya buruh bisa bersolidaritas membantu kita mendorong perjuangan Pembebasan Nasional Papua Barat. Bertepatan dengan Mogok Sipil Nasional (MSN) yang telah dideklarasikan oleh Komite Nasional Papua Barat (KNPB) penulis berasumsi bahwa ketika pejuang Pembebasan Nasional Papua Barat bersolidaritas bersama Serikat Buruh, tentu mereka akan turut menggalang solidaritas pada sesama serikat buruh untuk menyuarakan manifesto perjuangan Pembebasan Papua Barat, walaupun hanya segelintir. Dari uraian dua sub pembahasan ini, penulis menarik konklusi bahwa: menggalang solidaritas bersama Kaum Buruh ialah sebagian strategi perjuangan yang sama pentingnya dengan strategi perjuangan lainnya.

)* Penulis Adalah Aktivis Kemanusiaan dan Anggota Aplim-Apom Research Group (AARG)

Artikel sebelumnyaKoreksi Indikator Keberhasilan PSSB Papua
Artikel berikutnyaPemkab Intan Jaya Sudah Salurkan Bantuan Sembako di Lima Distrik