Ini Dampak Corona yang Dirasakan Penjual Es Kelapa Muda di Kota Jayapura

0
1741

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com— Corona berdampak kepada beberbagai hal dalam tatanan hidup manusia. Kesulitan akibat Corona juga diungkapkan seorang perempuan muda papua, penjual Es Kelapa Muda di Kota Jayapura. Yunita Ohee.

Yunita mengungkapkan bahwa sejak diberlakukannya pembatasan sosial di kota Jayapura karena corona, ia merasakan dampak yang besar. Dampak yang dimaksud adalah kesulitan dalam mendapatkan kelapa muda dan menurunnya pendapatan.

Saat ditemui suarapapua.com, Yunita Ohee menjelaskan, tentang kesulitannya mendapatkan bahan pokok untuk berjualan dikarenakan adanya PSSB (Pembatasan Berskala Besar).

“Kalau untuk kelapa sendiri agak susah karena kita di skyline punya tempat pemesanan kelapa atau pemasok itu dari arah keereom. Sedangkan keerom ini sudah masuk dalam kabupaten lain, selama masa pandemik ini kabupaten maupun Provinsi Papua punya peraturan yang berbeda-beda. Kalau mereka di keerom sepertinya punya peraturan yang lebih ketat dari pada kita yang di kota. Itu yang mempersulit kita, yang biasanya satu minggu bisa dua kali pengantaran akhirnya kita harus menunggu dua minggu satu kali dan pengirimannya itu juga lambat,” katanya.

Baca Juga:  Parpol Harus Terbuka Tahapan Penjaringan Bakal Calon Bupati Tambrauw

Mencari cara lain agar bisa mendapatkan bahan pokok dan juga tetap berjualan, Yunita dan mamanya harus mencari kelapa di pasar dengan harga yang mahal.

ads

“Kalau stok habis saya dengan mama harus ke pasar untuk cari kelapa lagi. Beli 50 buah dari orang dan pasti lebih mahal. Kalau biasanya dari keerom kita bisa ambil hingga 200 buah dengan harga yang terjangkau,” ungkapnya.

Baca Juga:  Vince Tebay, Perempuan Mee Pertama Raih Gelar Profesor

Saat bertemu di Pondok Butterfly Skyline tempat usahanya, Yunita mengatakan sempat kehabisan bahan pokok hingga harus menutup pondok jualan. Namun tidak membuatnya putus asa melainkan mendapatkan ide untuk membeli dari tetangga yang mempunyai pohon kelapa.

“Pernah kita tutup karena pemasok kita tidak antar kelapa, karena pembatasan sosial distancing di keerom kemudian setelah ke pasar juga tidak ada sama sekali kemudian kita tutup dan cari alternative lain di daerah skyline. Tetangga yang mempunyai pohon kelapa terus kita beli dari mereka,” katanya.

Baca Juga:  Asosiasi Wartawan Papua Taruh Fondasi di Pra Raker Pertama

Masa pandemik covid-19 ini tidak hanya berdampak pada kesulitan bahan baku, namun juga menurunnya pendapatan yang di rasakan Yunita.

“Kalau untuk pendapatannya sendiri memang menurun tidak seperti biasanya.  Dampak yang paling terasa saat pandemik ini adalah penurunan omset, pendapatan bahan baku sendiri sekarang tambah susah, pelanggan juga jadi di batasi yang ingin datang. Sesuai dengan peraturan pemerintah juga yang harus di patuhi,” tuturnya.

Pewarta: Lenny Aninam

Editor: Arnold Belau

Artikel sebelumnyaBupati Intan Jaya Pastikan Wilayahnya Aman Dikunjungi Tim BPK
Artikel berikutnyaVIDEO: Situs Megalitik Tutari Doyo Lama Sentani, Papua