Ini Café Indah di Pinggir Pantai yang Harus Anda Kunjungi di Kota Jayapura

0
5257

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Namanya Cafe Wofle. Cafe ini terletak di bibir pantai Holtekamp di dekat jembatan Youtefa (merah).

Cafe ini menjadi salah satu cafe yang bisa anda [warga Kota Jayapura] kunjungi untuk rekreasi dan refreshing. Dengan hamparan pantai yang indah dan penampakan jembatan Youtefa menjadikan tempat ini jadi salah satu tempat yang indah dan memunyai daya tarik tersendiri.

Pemiliknya adalah Riang Ramandey. Seorang anak muda Papua di Kota Jayapura. Masa pandemik tidak menghalangi Ramandey untuk membuka kafe dengan pemandangan pantai dan juga jembatan merah yang menarik pengunjung.

Saat di temui media suara papua pada, Senin pekan ini, Riang Ramandey pemilik Kafe Wofle menceritakan ide awalnya membuka kafe yang terletak di jalan raya hol dengan mengusung tema pantai.

“Kita pilih di pantai karena kita sering ke pantai. Dari desember tahun lalu itu pengeluaran ke pantai lumayan besar padahal jalan-jalan dari keluarga sendiri. Akhirnya pas masuk januari kita pikir pengeluaran ke pantai besar juga, kita berpikir bagaimana kalau kita buka satu tempat di pantai yang bisa kita datang. Karena kita satu keluarga hobi pantai dan kita memilih untuk membuka kafe di pinggir pantai,” cerita Ramandey kepada media ini.

ads

Kafe yang baru saja dibuka pada awal bulan ini memiliki arti namanya sendiri yang berasal dari daerah Sorong Selatan, Teminabuan dimana tempat pemberi modal berasal.

Baca Juga:  Festival Angkat Sampah di Lembah Emereuw, Bentuk Kritik Terhadap Pemerintah

“Kafe ini baru saja dibuka satu minggu yang lalu (8/6/2020). Kenapa namanya wofle karena kita punya pemodal orang sorong. Sebenarnya saya owner [pemilik] kafe ini karena saya yang mengelola disini sedangkan idenya itu dari kaka saya. Karena kita menghargai bos kita yang memberi modal akhirnya setelah sempat bingung memilih nama lalu diusulkan nama wofle. Katanya ada satu tempat di Sorong Selatan Teminabuan yang namanya wofle artinya tempat makan raja-raja,” jelasnya.

Riang Ramandey (kiri) bersama kakaknya. (Lenny Aninam – SP)

Sempat tidak mendapatkan lokasi di pantai dan berpikir untuk membuat kafe bertema garden (taman). Riang yang hanya tamatan SMA (Sekolah Menengah Atas) memilih untuk belajar usaha mandiri bersama dengan kakaknya.

“Latar belakang saya sendiri cuman SMA makanya berpikir untuk jadi PNS (Pegawai Negeri Sipil) itu tidak berminat. Kebetulan kaka saya juga dulu sempat kerja di kafe payung di pasir dua. Akhirnya memilih untuk belajar mandiri sendiri dan bilang coba kita berdua buat satu usaha sendiri dan berpikir untuk buatnya di pantai. Sebenarnya sempat tidak dapat lokasinya, kita juga sempat pikir buat kayak garden begitu cuman belum dapat juga [tempatnya] dan akhirnya di kasih tempat ini jadi lebih baik di pantai saja,” ungkapnya.

Baca Juga:  Akomodir Aspirasi OAP Melalui John NR Gobai, Jokowi Revisi PP 96/2021

Menu yang disediakan pun beragam dengan harga yang terbilang murah. Sempat berpikir untuk menaikan harga makanan di kafe wofle namun Riang dan kakanya belajar dari kesalahan dan menyadari tidak semua orang memiliki ekonomi yang sama.

“Menunya untuk saat ini belum banyak karena masih pandemik juga. Jadi yang ada baru nasi goreng, singkong goreng, pisang goreng, kentang goreng dan sukun. Sedangkan minumannya ada kelapa muda, pop ice dan es good day. Kalau harga menunya sendiri paling murah 10 ribu dan paling mahal 20 ribu rupiah. Makanan disini tidak lebih dari 30 ribu, karena kita pikir tidak semua anak muda dengan ekonomi yang sama,” katanya.

Riang yang mempunyai 11 karyawan tetap memikirkan kenyamanan dari pelanggan yang datang dengan tetap menjalankan protokol kesehatan yang di anjurkan oleh pemerintah.

“Kita juga menjalankan protokol kesehatan, seperti harus pakai masker, cuci tangan dan juga mengukur suhu tubuh sebelum masuk ke dalam kafe. Kalau untuk bukanya itu hari senin sampai sabtu bukanya jam 9 pagi sampai jam 4 sore. Kalau hari minggu kita bukanya jam 11 dan tutupnya juga jam 4. Untuk saat ini karena masih pandemik kita bukanya sampai sore, tapi kalau masa pandemik sudah berakhir kita buka sampai malam karena sudah masuk dalam perencanaan.   Dari awal membuka kafe ini perhitungannya sampai malam hanya karena masih pandemik jadi bukanya hanya sampai sore sesuai anjuran dari pemerintah,” jelasnya.

Baca Juga:  ULMWP Desak Dewan HAM PBB Membentuk Tim Investigasi HAM Ke Tanah Papua
Progres pembangunan Cafe Wofle. (Lenny Aninam – SP)

Walaupun baru dibuka awal bulan ini, Riang merasakan progres yang besar terhadap tempat usahanya ini dan mempunyai harapan agar bisa meningkatkan kinerja pelayanan kedepannya.

“Untuk progres selama satu minggu buka kafe ini lumayan banyak pengunjung. Tapi kalau dari hari jumat, sabtu dan minggu itu lebih banyak lagi pengunjung, sampai yang lain datang itu pasti belum bisa masuk karena penuh. Harapannya bisa meningkatkan kinerja dan pelayanan semoga kedepannya lebih baik,” katanya.

Yuliana Youwe, salah satu pengunjung menyampaikan rasa kagumnya terhadap ide pembuatan kafe yang berada di pinggir pantai yang membuat kafe terlihat lebih menarik.

“Menurut saya ini sangat baik dan menarik karena terletak dekat jembatan merah dan kafe pertama yang mamakai bean bag sebagai tempat duduknya. Begitu juga dengan pelayanannya yang santai dan ramah namun memakai logat papua membuat para pengunjung pun tidak malu. Selain itu harganya terjangkau dengan bonus pemandangan pantai. Menurut saya mungkin kurang musik yang kuat saja dan semoga ke depannya  dapat berkembang dan juga dapat memotivasi orang Papua yang ingin menjalankan usaha,” tutur yuliana.

Pewarta: Lenny Aninam

Editor: Arnold Belau

Artikel sebelumnyaRibuan Pekerja Tambang di Porgera PNG Akan di PHK
Artikel berikutnyaKembali Pimpin DPD Hanura, Kenius Ajak Kader Kawal Pilkada Serentak 2020