JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan MPM Fakultas Ilmu Pemerintahan (Fisip) Universitas Cendrawasih mewarning akademisi Uncen yang menjadi aktor untuk memperpanjang Otonomi Khusus (Otsus) jilid 2.
Kiri Keroman ketua BEM Fisip Uncen melalui pers release yang di kirim ke media suarapapua.com, Senin, (1/2/202/21), meminta kepada para akademisi berhenti menjadi aktor intelektual untuk perpanjangan Otsus jilid 2.
“Pertama, alasan mengapa kami ketua BEM Fisip, ketua MPM Uncen, dan seluruh mahasiswa Uncen memberikan warning tegas kepada salah satu dosen akademisi Uncen Marinus Yaung yang selama ini menjadi salah satu aktor intelektual yang opurtunis yaitu memanfaatkan issu “Papua Merdeka” untuk kepentingan pribadi,” kata Keroman.
Kemudian tetapi juga kata Keroman, di setiap pernyataannya yang kerap kali mendukung program Jakarta berkaitan keberlanjutan Otonomi Khusus di Papua Barat. Sementara rakyat Papua sudah menolak segala bentuk kompromi Jakarta melalui Otsus jilid 2.
“Tepat kemarin lalu, pukul 12.30 wpb; 26 Januari 2020, kami pimpinan mahasiswa BEM fisip dan MPM uncen, bertemu Marinus Yaung secara tiba-tiba di lingkungan kampus Uncen. Di saat kesempatan ini ketua BEM dan MPM Fisip, menegur dan melarang keras setiap tindak, pernyataan, dan yang mendukung Jakarta untuk keberlanjutan Otsus,” katanya.
Lanjutnya, Mahasiswa Uncen juga menegaskan untuk tidak lagi beropini
yang sesat kepada rakyat Papua, sebab rakyat Papua Barat sudah banyak menjadi korban atas kepentingan para elit dan akademisi.
“Kami tegaskan bahwa, berikan hak sepenuhnya kepada rakýat Papua. Biarkan merekalah yang menentukan nasib dan masa depan mereka sendiri tanpa campur tangan dari siapapun dia, aktor intelektual bahkan elit politik,” tegasnya.
Sementara itu, Bintang Kogoya, ketua MPM uncen menambahkan dampak negatif dari opini sesat yang di bangun Marinus Yaung adalah mendukung Jakarta
untuk lanjutkan Otsus jilid 2 di Papua. Akal sehatnya memang diterkam dengan uang darah ia terima dari Jakarta.
“Sementara rakyat Papua menderita dan korban dari penindasan kolonial Indonesia. Sebagai akademisi dan dosen HI semestinya memberikan kajian-kajian yang relevan bersifat resolusi konflik,” katanya.
Lanjutnya, tujuannya untuk mengakhiri konflik berkepanjangan yang terjadi di Papua Barat selama setengah abad ini. Jangan lagi menjadi aktor yang perpanjangkan penderitaan rakyat Papua melalui Otsus jilid 2.
“Rakyat sudah tegas menolaknya! Kami sebagai pimpinan mahasiswa yang adalah pelayan dan penyambung lidah dari pada rakyat Papua, kami akan berdiri bersama-sama dengan rakyat Papua untuk menolak segala paket Jakarta di Papua. Sebab setiap paket/program Jakarta di Papua adalah ancaman kelangsungan hidup bagi rakyat kami. Selamatkan Rakyat kita yang tersisa dari ancaman kepunahan,” tegasnya.
Pewarta : Agus Pabika
Editor : Arnold Belau