Bruder Jan Sjerps OFM, Pionir Kopi Papua Meninggal Dunia

0
1556

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Bruder Johanes Petrus Jan Sjerps OFM yang akrab disapa Br Jan Sjerps dikabarkan telah meninggal pada Sabtu (13/2/2021) di Biara OFM, Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua.

Dari sejumlah informasi yang dihimpun suarapapua.com, Bruder Jan Sjerps [selanjutnya baca Br Jan] meninggal pada usia 82 tahun. Dia lahir di keluarga petani Belanda di dusun Zwagdijk-Oost, distrik Wervershoof pada 2 November 1939.

Br Jan bergabung dengan para saudara dina di OFM Belanda, 5 Nopember 1964. Lima tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1969 Br Jan ditugaskan ke Sentani, Jayapura untuk memperkuat misi Fransiskan di Papua.

Menjalani Misi Pelayanan di Tanah Papua

Di Sentani, sesuai dengan latar belakang keluarganya, Br Jan ditugaskan untuk memimpin Pusat Latihan Pertanian/Peternakan di Sentani selama empat tahun.

ads

Pada tahun 1973 ia diutus untuk memulai program agraria di Agimuga, Timika. Saat itu ada kekurangan gizi di Agimuga. Dalam menjalankan tugasnya di Agimuga, ia sejumlah tanaman sayur dan kacang-kacangan serta ternak unggas kepada penduduk suku Amungme itu. Berkat kompos dari kotoran ternak dan manusia, hasil pertanian cukup berlimpah. Ia membeli semua hasil sayur, seperti buncis, kacang tanah, kacang hijau, padi dan unggas, lalu ia jual kembali.

Tahun 1973 hingga 1977 Br Jan berada di Agimuga. Selama berada di sana, ia mengumpulkan sekitar 30 orang muda untuk menjadi kader di bidang pertanian.

Br Jan bilang, 30an orang muda itu tidak tahu mau ke mana setelah lulus SD. Sehingga dia kaderkan mereka agar harus mampu hidupi diri dengan bertani. Hingga ada yang menjadi tokoh di Agimuga.

Pada 1977 terjadi perang di wilayah tersebut dan selama tiga bulan jalan masuk lewat darat, air maupun udara tertutup karena OPM pimpinan Kelik Kwalik menguasai pedalaman. Tapi wilayah tersebut bertahan hidup dengan hasil pertanian dan peternakan lokal. Situasi darurat tersebut sudah menjadi tolak ukur ketahanan pangan Agimuga berkat program agraris yang dirintis oleh sang misionaris.Pionir Kopi di Papua

Baca Juga:  Vince Tebay, Perempuan Mee Pertama Raih Gelar Profesor

Tahun 1977 Br Jan dipindahkan dari Agimuga ke Epouto. Setelah dua tahun menjalankan misi pelayanan di Epouto, pada tahun 1979 ia dipindahkan ke Moanemani.

Memulai Segalanya dari Nol di Maoanemani

Dalam sebuah wawancara dengan Majalah Hidup, sumber dimana sebagian besar isi artikel ini dikutip, Bruder Jan mengungkapkan bahwa ia memindahkan semua karya misi ke Moanemani, termasuk sekolah dan asrama. Pemindahan misi pelayanannya itu menurutnya adalah karena di Epouto, tanah tidak cukup subur untuk umbi-umbian guna memberi makan siswa dengan dua sekolah paralel sedangkan biaya operasional akan menjadi terlalu mahal jika selalu harus mendatangkan pangan dari luar.

“Saya pindahkan semua ke Moanemani dan di sana saya memulai semuanya dari awal lagi: membangun asrama dan membangun sekolah lengkap dengan tangki air dan fasilitas yang baik itu, sangat kuat!,” ujar Bruder.

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

Dengan selesainya kompleks asrama dan sekolah tahun 1980, Bruder Jan memusatkan perhatian pada pelatihan anak-anak SMP. Dia mulai dengan menanam 1000 pohon kopi sebagai percontohan dan latihan bagi para petani di Moanemani. Bruder Jan mengambil bibit dari Yametadi, dahulu dinas pertanian pemerintahan Belanda tanam kopi di wilayah tersebut tetapi tidak berkembang.

Di bawah pengawasannya, kebun kopi di belakang kompleks sekolah ini akhirnya dilirik juga oleh pemerintah dan ditetapkan menjadi pusat pembibitan kopi bagi seluruh Papua sekitar tahun 1986. Sejak itu, Moanemani terkenal dengan kopinya yang memiliki cita rasa khas. Sebuah nama muncul di peta kosong pegunungan tengah Papua: Moanemani.

Sekitar 300 anak ia kerahkan untuk mengerjakan kebun kopi. Tiap minggu Bruder Jan mentargetkan waktu dua jam untuk perawatan tanah pada masing-masing pohon. Ia menggunakan kotoran sapi dan kotoran anak-anak asrama sebagai pupuk bagi tanaman kopi.

Baca Juga:  Kura-Kura Digital

Tiap Sabtu dan Minggu, ia pergi ke kampung untuk penyuluhan kopi dan memberikan penyadaran tentang pentingnya tanaman ini bagi perkembangan masyarakat. Apalagi anak-anak dari mana-mana datang, mereka juga mau tanam kopi di daerah asalnya, jadi promosi yang cukup baik.

Di sekolah, selalu ada pelatihan mengupas kulit merah, proses fermentasi dan mengeringkan kopi.

Setelah kering, kulit keras (parchment) dikupas dan kopi dijemur lagi menjadi biji kopi berwarna hijau segar (green). Maka bruder memang serius pusatkan program pembibitan, pemeliharaan dan pengolahan paska panen perkebunan kopi, sementara hasil panen yang sudah siap digoreng langsung dijual ke pabrik kopi P5 untuk mendukung program ini.

Saat itu satu-satunya roaster hanya ada di pabrik kopi milik keuskupan lewat program Yayasan P5 di Moanemani, maka seluruh hasil kopi terbaik dari masyarakat ditampung di situ.

Br Jan meninggal

Pada tahun 2005, setelah mengabdikan hidupnya untuk pendidikan dan Kopi di wilayah Lembah Hijau Kamuu, Br Jan dipindahkan dan ditarik kembali ke Pusat Misi Fransiskan di Sentani, Jayapura.

Br Jan meninggal pada usia 82 tahun saat sedang Jalani Pensiun di Gardianat St. Antonius Padua Sentani.

Jenazahnya dimakamkan pada hari ini, 15 Februari 2021 di pemakaman OFM yang terletak di Biara St. Antonius Padua, Sentani.

Misa requiem Br Jan di Biara St. Antonius Padua, Sentani. (Youtube SKPKC Fransiskan Papua)

Profil Br Jan

Nama : Jonaes Petrus Sjerps
Tempat Tanggal Lahir : Wervershoof 11-2-1939
Nama Ayah : Nicolaos Sjerps (†)
Nama Ibu : Geertuida Catharian Zwemmer (†)
Masuk ke OFM : 1964
Novisiat : 11 Januari 1971 di Sentani
Profesi Pertama : 11 Januari 1972 di Jayapura-APO
Profesi Meriah : 11 Januari 1975 di Kokonao
Pendidikan : Gelar di bidang pertanian dan peternakan ayam.

Riwayat Hidup di Irian Jaya

Term pertama: 1969 – April 1975

Baca Juga:  Vox Populi Vox Dei

Tiba di Indonesia 4-9- 1969
Tiba di Irian Jaya 18-9-1969
Sentani, 18-9-1969 hingga 1972
Wamena, 1 April 1973-Sept. 1973
Agimuga, Penggantian, Bept. 1973 hingga 1975

Cuti Pertama: 16 April 1975 hingga 11 Oktober 1975

Term Kedua: Oktober 1975 hingga 24 April 1980

Agimuga, Oktober 1975
19-10-1977 ke Surabaya untuk pemeriksaan mata
Februari 1978 kembali Pembina Asrama
Mei 1979 ke Manemani (SMP) dan Kepala Rumah
Cuti kedua: 24 April 1980 – 3 Oktober 1980

Term Ketiga:

Oktober 1980, Maonemani, Bapa asrama dan Kepala Rumah
Cuti ketiga: 14 Mei 1985 – 13 September 1985

Term Keempat:

13 September 1985-Moanemani sebagai Bapa Asrama dan Kepala Rumah
14 Agustus 1986: kursus di Roncali selama 3 bulan
Cuti keempat: 25 Februari-15 Juli 1989

Term Kelima:

Moanemani – ( ASRAMA dan SOSEK )
25-Mei 1991 Tiba di Sentani

Term Keenam: 25 Mei 1991-27 April 1995

Kepala Rumah Moanemani 11-11-1994

Term Ketujuh: 16 September 1995 – 2005

Menjadi WNI (Naturalisasi): 3 November 1995 dengan nama: Iriyanto Yobee)

Term Kedelapan: 2005-2021

Gardian Gardianat St. Antonius Padua, Sentani 2005-2014

Jalani Pensiun di Gardianat St. Antonius Padua Sentani sampai akhirnya Sdr. Jan dengan tenang kembali ke pangkuan Bapa di Surga pada 13 Februari 2021

Sumber Referensi:

  • Suara Papua mengutip sebagian catatan perjalanan hidup alm. Bruder Jan melalui catatan yang diterbitkan Romo Johan Ferdinand Wijshijer, Pr. Dia adalah seorang pastor dari Keuskupan Agung Jakarta yang pernah ditugaskan untuk melayani di Paroki Bomomai pada tahun 2005 hingga 2011. Catatan yang dikutip suarapapua.com dari blog Rm. FE, pernah diterbitkan di Majalah Hidup. Catatan tersebut diterbitkan pada tahun 2011 dan dapat anda baca di mmdkaj.wordpress.com
  • Sedangkan catatan tentang perjalanan hidupnya dikutip dari Catatan Pastor Nico Syukur Dister, OFM yang dikutip dari Jayapura.Space

 

Artikel sebelumnyaIn Memoriam Bruder Jan Sjerps OFM: Kapan Pulang ke Belanda?
Artikel berikutnyaPemekaran DOB: Program Jakarta untuk Depopulasi OAP