BeritaSering Mati Lampu, Pemkab Paniai Diminta Lengkapi Kekurangan PLN

Sering Mati Lampu, Pemkab Paniai Diminta Lengkapi Kekurangan PLN

PANIAI, SUARAPAPUA.com — Akibat mesin listrik pada Perusahaan Listrik Negara (PLN) Enarotali, kabupaten Paniai, mengalami kerusakan membuat lampu mati hingga berminggu-minggu, pemerintah kabupaten (Pemkab) Paniai diminta segera lengkapi kekurangan PLN.

Hal ini dikemukakan Eki Gobai, salah satu tokoh pemuda Paniai menyuarakan keluhan masyarakat Paniai, lantaran hampir tiga minggu sejak pertengahan Januari hingga Februari ini lampu tidak menyala alias mati akibat mesin listrik rusak.

“Lampu di Paniai ini kalau mati pasti makan hari sampai minggu. Itu dari dulu. Terakhir pertengahan Januari lalu sampai awal Februari kemarin. Hampir tiga minggu. Untung tidak ada musibah (kebakaran),” katanya kepada suarapapua.com, Jumat (19/2/2021) kemarin.

Pihak PLN dan terutama pemerintah daerah tidak bisa terus mengabaikan kondisi tersebut. Masalahnya dimana harus segera tangani. Soalnya, menurut Eki, kondisi tersebut sudah lama. Bupati ganti bupati tidak pernah tangani. Gubris, sikap yang selalu dikedepankan. Umum untuk kepentingan bersama dibelakang.

Baca Juga:  Seorang Fotografer Asal Rusia Ditangkap Apkam di Paniai

“Sikap ini tidak boleh. Sekarang masalahnya apa, pemerintah cepat bereskan. Apa di mesin atau di lokasi karena sering kebanjiran atau masalah apa, semua harus dicari solusi. Tidak boleh malas tahu. Ini kebutuhan utama kita semua,” tegas.

Harapan disampaikannya itu, kata Gobai, berhubung janji Bupati dalam seratus hari kerja yakni akan membuat lampu di kabupaten Paniai menyala 24 jam.

“Janji itu kami seluruh masyarakat Paniai masih ingat. Sekarang mana? Dari dilantik sampai sekarang sama saja. Malah lebih buruk kalau mau jujur. Jangankan menyala 24 jam, lampu sekarang saja kalau mati bisa makan hari sampai minggu.”

Baca Juga:  Pencaker Palang Kantor Gubernur Papua Barat Daya

Lanjut Eki Gobai, “Supaya tidak dibilang Bupati penipu, sesuai janji kondisi di PLN, Bupati harus lengkapi kekurangan yang ada. Cukup bikin lampu tidak mati berhari-hari. Untuk menyala 24 jam biar nanti. Itu saja kami senang.”

Selain janji juga karena merupakan tanggung jawab seorang pemimpin melihat dan menyelesaikan masalah yang terjadi di daerah yang dipimpinnya.

“Dipercaya menjadi pemimpin oleh Tuhan, alam dan masyarakat untuk melayani bukan untuk dilayani. Semoga pak bupati tidak tutup mata hati dan telinga untuk lihat, dengar dan selesaikan masalah ini,” pintanya.

Terpisah, seorang penjual pakaian asal Makassar di komplek Gel-gel, Enarotali, juga mengaku saat mati lampu dua pekan lalu, ia dan kawan-kawannya sangat khawatir.

Baca Juga:  Seruan dan Himbauan ULMWP, Markus Haluk: Tidak Benar!

“Waktu lampu mati itu kami takut sekali, jangan sampai terjadi kebakaran lagi seperti lalu. Harap kami semoga lampu yang sudah menyala ini tidak mati-mati lagi,” ucapnya belum ini ketika berbincang dengan suarapapua.com.

Yulius Magai, pegawai PLN Paniai, mengaku terkait dengan mati lampu dua pekan lebih, itu dikarenakan mesin rusak parah.

“Mesin rusak parah, jadi mati lampu sampai dua minggu. Itu masalahnya. Lain saya tidak tahu,” singkatnya menjawab suarapapua.com, Kamis (18/2/2021).

Sekedar diketahui, layanan listrik di Enarotali dan Madi sudah normal seperti biasa sejak sepekan terakhir setelah lebih dari dua pekan mati lampu.

Pewarta: Stevanus Yogi
Editor: Markus You

Terkini

Populer Minggu Ini:

Ribuan Data Pencaker Diserahkan, Pemprov PBD Pastikan Kuota OAP 80 Persen

0
“Jadi tidak semua Gubernur bisa menjawab semua itu, karena punya otonomi masing-masing. Kabupaten/Kota punya otonomi begitu juga dengan provinsi juga punya otonomi. Saya hanya bertanggung jawab untuk formasi yang ada di provinsi. Maka ini yang harus dibicarakan supaya apa yang disampaikan ini bisa menjadi perhatian kita untuk kita tindaklanjuti. Dan pastinya dalam Rakor Forkopimda kemarin kita juga sudah bicarakan dan sepakat tentang isu penerimaan ASN ini,” ujarnya.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.