Tanah PapuaMeepagoYSP dan Sejumlah Komunitas di Nabire Desak Pemkab Puncak Bangun Asrama Damal

YSP dan Sejumlah Komunitas di Nabire Desak Pemkab Puncak Bangun Asrama Damal

NABIRE, SUARAPAPUA.com — Yayasan Siloam Papua (YSP) bersama sejumlah komunitas yang ada di kabupaten Nabire mengingatkan pemerintah kabupaten (Pemkab) Puncak tidak lupakan anak-anak Damal di kota studi Nabire.

Saran ini dikemukakan Amos Yeninar, direktur Yayasan Siloam Papua (YSP) Nabire, setelah menyaksikan dari dekat deritanya kehidupan anak-anak suku Damal asal kabupaten Puncak yang sedang mengenyam pendidikan di Nabire.

Amos mengaku prihatin dengan kehidupan anak-anak Damal di Nabire yang saban hari menanggung banyak kesulitan. Persoalan utama, tempat tinggal mereka sangat tak layak. Sesungguhnya sejumlah upaya menarik simpati pemerintah daerah telah ditempuh, tetapi rupanya sampai sekarang tiada jawaban.

“Awal pekan ini saya kunjungi saudara kita di asrama Damal. Saya lihat kondisi bangunannya memang memprihatinkan sekali,” kata Yeninar, dikutip dari keterangan tertulis yang diterima suarapapua.com, Kamis (25/2/2021).

Merasa prihatin dengan kondisi buruk yang dialami anak-anak Damal, ia kemudian mengajak beberapa komunitas yang ada di Nabire. Antara lain Komunitas Enaim Nabire (KENA), Komunitas Peduli Nabire (KOPENA), Amoye Community, Asosiasi Pedagang Asli Papua (APAP), Sandiwara Cafe dan Gereja GBI Sola Gratia.

“Kami bertemu, bicara dan sepakti apa saja yang bisa kami bikin untuk turut merasakan susahnya saudara kita dari Damal,” lanjut Amos.

Dengan inisiatif Amos semenjak awal tahun ini, beberapa kegiatan kemanusiaan dilakukan antara lain diskusi, aksi kotak derma di lampu merah Nabire, live musik, dua kali live karaoke, serta pemutaran film.

Tak percuma, aksi kemanusiaan ini berbuah. Sekira Rp20 juta telah dikumpulkan.

“Kami turut merasakan dan inilah cara kami. Cara kami juga semoga kondisi asrama Damal di Nabire bisa mendapat perhatian dari banyak pihak, terutama pemerintah kabupaten Puncak,” ucapnya.

Baca Juga:  Freeport Setor Rp3,35 Triliun Bagian Daerah atas Keuntungan Bersih 2023

Amos mau bila ada donasi sukarela dari siapapun, rencana rehab asrama Damal III di Nabire bukan tak mungkin dilakukan. Kuncinya, ada semangat bersama dan beberapa upaya yang masih terus dilanjutkan. Target merenovasi bangunan jika berhasil sudah pasti mengobati luka batin anak-anak Damal di kota singkong ini.

Emon Kiwak, ketua asrama Damal III Nabire, menceritakan, sedikitnya 30 orang muda menempati rumah mungil sangat sederhana yang terletak di bilangan Karang Mulia, Nabire.

Bangunan berdinding dan berlantai kayu serta beratap seng tua itu dibangun tahun 1990.

“Para penghuni asrama ini semuanya asli Damal. Kami masih studi di sini (Nabire). Hanya lima adik yang status pelajar, selebihnya semua mahasiswa,” jelas Kiwak.

Mereka berasal dari kampung berbeda. Beberapa dari Ilaga, ibu kota kabupaten Puncak. Juga ada yang dari Sinak, Beoga, Gome, Agandugume, dan distrik lain.

Ke Nabire tak ada kepentingan lain, kecuali mereka hendak mengejar impiannya di masa depan. Impian mesti diraih hanya melalui jalur pendidikan. Ya, mereka harus lanjutkan sekolah (SMP, SMA, SMK). Juga, kuliah. Selain Universitas Satya Wiyata Mandala (USWIM), beberapa kampus swasta di Nabire mereka pilih sesuai keinginan atau cita-cita.

Sayang, sebagai anak rantau, banyak situasi berbeda yang sebelumnya tak pernah dipikirkan harus dihadapi.

Jangankan biaya studi ataupun transportasi pulang pergi kampus. Untuk makan saja, ia bersama teman-teman selalu kesulitan. Solusi yang diusahakan adalah mencari pekerjaan borongan sama tetangga, dosen ataupun para hamba Tuhan. Bantu bikin kebun, bersihkan kebun, babat rumput, bersihkan halaman rumah, dan sejenis lainnya.

Baca Juga:  Raih Gelar Doktor, Begini Pesan Aloysius Giyai Demi Pelayanan Kesehatan di Papua

“Uang yang kami dapat setelah kerja, kami biasa pakai sama-sama. Ya, kami ini jauh dari orang tua. Siapa yang mau perhatikan kami, kalau bukan kami sendiri. Banyak kesulitan yang kami alami selama ini,” tuturnya.

Keluhan yang diperjuangkan ke pemerintah daerah agar bangunan bisa direhab, hingga kini kata Kiwak, tak kesampaian. Pemerintah seolah tutup mata. Sama sekali tak ada respons hingga masuk tahun keempat.

Tampaknya, perbedaan perhatian Pemkab Puncak kepada pelajar dan mahasiswa di berbagai kota studi cukup mencolok. Anak-anak Damal di Nabire sangat berbeda dengan teman-temannya yang studi di Jayapura, Manokwari, Makassar dan beberapa kota studi di Pulau Jawa. Pemkab sediakan asrama di sana. Tidak bagi anak-anak Puncak di kota studi Nabire.

Padahal, tujuan mereka sama: merantau untuk mengejar ilmu demi masa depan daerah dan masyarakat Puncak.

“Kami tidak mungkin harapkan sama bapak dan mama kami yang ada di kampung. Mereka tidak kuat. Satu-satunya harapan kami hanya Pemkab Puncak sebagai orang tua kami.”

“Tetapi kenapa tidak pernah tanggapi kami untuk atasi kesulitan di asrama ini? Apa perbedaan kami dengan teman-teman sesama anak Damal di kota studi lain? Pemerintah tidak adil. Kami di Nabire dibiarkan begini sampai bertahun-tahun lamanya.”

Pelajar dan mahasiswa Damal sejatinya punya asrama megah yang dibangun Pemkab Puncak Jaya semasa bupati Philipus Andreas Coem. Gedung tersebut ludes dilahap si jago merah. Sejak itu hingga kini tak ada solusi dari pemerintah daerah setelah mekar dari kabupaten induk, Puncak Jaya.

Rumah yang kini disulap jadi asrama itu dibangun secara swadaya atas inisiatif seorang tetua Damal yang kini menetap di pinggiran kota Nabire.

Baca Juga:  Situasi Paniai Sejak Jasad Danramil Agadide Ditemukan

Anak-anak penghuni rumah panggung ini selalu kesulitan, termasuk ketika musim hujan. Lantai bahkan terendam dalam air. Bebepa papan sudah lapuk. Belum diperbaiki. Masalahnya tidak ada uang.

“Sebaiknya kepala daerah atau pimpinan instansi teknis turun lihat adik-adik ini. Kasihan sekali mereka dibiarkan merana. Kalau ada pemerintah daerah, cobalah berikan sedikit perhatian buat generasi masa depan ini,” tutur Philemon Keiya dari KENA turut prihatin.

Selain perlunya perhatian langsung dari Pemkab Puncak dengan cara alokasikan anggaran, para penghuni asrama Damal di Nabire juga butuh kunjungan kasih. Mereka rindu kehadiran orang tua. Pemerintah daerah sekali waktu melihat langsung kondisi asrama dan bercerita dengan anak-anak Damal.

YSP dan komunitas berharap, Pemkab Puncak melalui Dinas Pendidikan mesti sediakan anggaran untuk bangun satu bangunan permanen yang dijadikan sebagai asrama pelajar dan mahasiswa Damal di kota studi Nabire.

Perhatian sama juga diharapkan datang dari Pemprov Papua agar kerinduan anak-anak Puncak segera punya asrama bisa terwujud.

Rumah sangat sederhana yang dibangun puluhan tahun lalu itu ternyata turut berkontribusi besar dalam mencetak sumber daya manusia (SDM) dari kabupaten Puncak Jaya dan Puncak. Tak sedikit anak pedalaman yang kini sudah dan sedang menduduki jabatan penting di kabupaten dan provinsi pernah tinggal di pemondokan ini tatkala bersekolah di Nabire setelah turun dari kampung.

Tercatat nama Klemen Tinal, mantan bupati Mimika yang kini Wagub Papua periode kedua, dan Willem Wandik, kini bupati Puncak periode kedua, dua diantara sekian banyak “buah” dari rumah tua ini.

Pewarta: Markus You

Terkini

Populer Minggu Ini:

Parpol Harus Terbuka Tahapan Penjaringan Bakal Calon Bupati Tambrauw

0
SORONG, SUARAPAPUA.com --- Forum Komunikasi Lintas Suku Asli Tambrauw mengingatkan pengurus partai politik di kabupaten Tambrauw, Papua Barat Daya, untuk transparan dalam tahapan pendaftaran...

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.