BeritaAksi AMP Jember Dijaga Ketat Aparat Keamanan dan Diancam Ormas Reaksioner

Aksi AMP Jember Dijaga Ketat Aparat Keamanan dan Diancam Ormas Reaksioner

PANIAI, SUARAPAPUA.com — Aksi damai yang digelar Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) komite kota Jember, Kamis (20/5/2021), dilakukan dibawah pengawasan ketat aparat keamanan. Beberapa pemuda dari Ormas reaksioner sempat menghadang bahkan mengancam bubarkan aksi demonstrasi.

Markus Gobai, koordinator lapangan (Korlap) aksi, menjelaskan, aksi damai bertujuan menuntut membebaskan segera tanpa syarat dua aktivitas anggota Aliansi Mahasiswa Papua (AMP), Kelvin Molama dan Roland Levi, juru bicara internasional Komite Nasional Papua Barat (KNPB) Victor Yeimo dan semua tahanan politik (Tapol) Papua, serta menuntut memberikan hak menentukan nasib sendiri sebagai solusi demokratis bagi bangsa Papua.

Menurut Markus Gobai, tak hanya pengawasan ketat oleh aparat keamanan, aksi mereka juga dihadang dan diancam Ormas reaksioner pemuda NKRI Harga Mati.

“Aksi kami aparat jaga ketat dan diancam Ormas reaksioner. Waktu kami mulai kumpul jam delapan pagi  di titik awal aksi depan kantor bupati Jember, sudah terparkir lebih dulu satu buah mobil polisi,” katanya kepada suarapapua.com, Kamis (20/5/2021), membeberkan kronologi dari awal jalannya aksi.

Baca Juga:  PAHAM Papua Desak Komnas HAM dan Pangdam XVII Investigasi Video Penganiayaan Warga Sipil Papua

Pukul 08.30, lanjut Gobai, datang empat orang intelijen. Pukul 08.50, anggota Satpol PP berdatangan satu-satu.

“Terus pukul 08.55, satu buah mobil patroli polisi melintasi depan massa aksi. Dan tepat pukul 09.00, Ormas reaksioner dari pemuda NKRI Harga Mati yang sudah ada mengancam jalannya aksi kami. Satu menit kemudian, anggota Satpol PP sebanyak tujuh orang bersama beberapa anggota Ormas datang pakai mobil,” tuturnya.

Lanjut Gobai, pukul 09.03, dua orang polisi menggunakan satu mobil berpakaian lengkap dengan pistol, parkir di depan Telkom. Pukul 09.07, pakai satu mobil lima anggota polisi membawa senjata tiba di tempat aksi.

Baca Juga:  Beredar Seruan dan Himbauan Lagi, ULMWP: Itu Hoax!

“Ormas NKRI Harga Mati mulai ramai sekitar 25 orang, itu pukul 09.10. Pukul 09:23, anggota Brimob datang dengan 1 truk. Mereka 25 orang pakaian lengkap dan bawa 10 buah senjata,” terangnya.

Pukul 09.25, kata Gobai, press release berisi pernyataan sikap yang disiapkan dicuri anggota TNI, Polri dan Ormas. Pukul 09:30, mereka memulai aksi dipimpin M. Villexs K.

“Dan pukul 90.35, kami mulai long march menuju Polres Jember. Tiba pukul 09.56. Kami bergantian lakukan orasi sampai pukul 11.18, dan setelah itu kami bacakan tuntutan pernyataan sikap aksi dan secara simbolis serahkan ke aparat kepolisian,” jelasnya.

Di tempat aksi juga, kata dia, aparat memblokade ruas jalan dengan pagar kawat melingkar.

“Kami massa aksi berjumlah 10 orang. Kami tidak disentuh dan ditangkap. Aksi jalan aman dibawah situasi yang mereka bikin begitu supaya kami takut. Sesuai tema tuntutan jelas bahwa kami menuntut negara segera melepaskan kawan-kawan kami pro-demokrasi yang sedang ditahan seperti Kelvin Molama dan Roland Levi di Jakarta, Victor Yeimo di Jayapura dan semua Tapol Papua di seluruh wilayah Indonesia. Kemudian menuntut Indonesia segera berikan hak menentukan nasib sendiri sebagai solusi demokratis bagi bangsa Papua,” pungkasnya.

Baca Juga:  Soal Satu WNA di Enarotali, Begini Kata Pakum Satgas dan Kapolres Paniai

Juru bicara saat membacakan pernyataan sikap juga meminta negara mencabut kembali label teroris kepada TPNPB OPM dan rakyat Papua umumnya.

Selain itu, menuntut negara segera hentikan operasi militer dengan menarik pasukan militer yang sedang melakukan operasi militer secara membabi buta di Puncak, Nduga, dan Intan Jaya, juga yang disebar ke seluruh Papua.

Pewarta: Stevanus Yogi
Editor: Markus You

Terkini

Populer Minggu Ini:

Pemkab Yahukimo Belum Seriusi Kebutuhan Penerangan di Kota Dekai

0
“Pemerintah kita gagal dalam mengatasi layanan penerangan di Dekai. Yang kedua itu pendidikan, dan sumber air dari PDAM. Hal-hal mendasar yang seharusnya diutamakan oleh pemerintah, tetapi dari pemimpin ke pemimpin termasuk bupati yang hari ini juga agenda utama masuk dalam visi dan misi itu tidak dilakukan,” kata Elius Pase.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.