JAYAPURA, SUARAPAPUA.com— Pengurus Pusat Rukun Keluarga Angguruk, Pronggoli, Panggema dan Kosarek (ANPROPAKOS) di kota Jayapura gelar seminar sehari dengan tema ‘Internasionalisasi United Evangelical Mission (UEM)’ ke 25 tahun (1996 – 2021).
United Evangelical Mission (UEM) adalah salah satu lembaga gereja Jerman yang sedang bermitra dengan Gereja Kristen Injili (GKI) di Tanah Papua.
Nathan Pahabol, salah satu senior ANPROPAKOS dalam pembukaan seminar sehari yang dilaksanakan di aula asrama GKI Pdt. S Liborang di Padagangbulan, Kota Jayapura, Papua, Sabtu (3/7/2021) mengatakan bahwa apa yang dilakukan mahasiswa ANPROPAKOS merupakan kegiatan positif pengembangan wawasan mahasiswa kedepan.
“Terutama bentuk keingintahuan mahasiswa terkait kemitraan UEM dan GKI di Tanah Papua. Agar kita semua tahu terkait misi UEM di GKI di Tanah Papua dalam pelayanannya, maka baik sediakan waktu ini untuk mendapatkan informasi dari pemateri,” tukas Pahabol.
Nathan pahabol merupakan alumni beasiswa UEM dan banyak terlibat kegiatan UEM dari GKI di Tanah Papua, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Saat ini ia sebagai Anggota DPRP Papua.
Pdt. Dr. Uwe Hummel, tenaga kerja UEM untuk GKI di Tanah Papua menjelaskan asal usul UEM dan pelayanan misinya di tanah Papua.
Menurut Pdt. Hummel yang saat ini sedang mengajar di STT GKI I. S. Kijne Abepura bahwa lembaga UEM awalnya bernama Rheinische Missionsgesellschaft (RMG bahasa Jerman) atau Rhenish Missionary Society (Inggris).
Sebelum RMG katanya, awalnya merupakan organisasi kecil dari gabungan 4 organisasi kecil di Jerman. “Waktu itu ada 12 orang bertemu di salah satu rumah tukang kulit dan membicarakan soal penginjilan dan pelayanan. Disitu berdoa dan bersekutu. Setelah itu mereka mulai mengikuti semua laporan-laporan dari misi sebelumnya di Asia, Afrika.”
“Mereka mulai berdoa dan mulai menjalankan sumbangan melalui peti kecil. Tujuannya untuk mengirim sumbangan kecil itu ke lembaga misi di Swiss, Belanda dan lainnya. Dari 4 organisasi itu mereka membentuk RMG lalu mengirim misionaris. RMG sempat kirim misionaris ke Borneo (Kalimantan). Belakangan namanya menjadi United Evangelical Mission (UEM) yang atas permintaan Ketua Sinode GKI Pertama, Pdt. F.J. Rumainum kirimlah Pdt. Siegfried Zollner dan dr. Friend ke wilayah Yalimu pada tahun 1959,” tukas Pdt. Hummel.
Pdt. Daniel Mofu, Anggota BP Am Wilayah II mengatakan, misi UEM bukan hanya di wilayah Balim dan Yalimu, tetapi bagi bagi GKI di Tanah Papua secara menyeluruh. “Tetapi dalam konteks ini kita (Balim – Yalimu) yang berbahagia karena lebih banyak fokus ke kami,” ucap Pdt. Dani.
Oleh sebab itu ia minta kepada mahasiswa Yalimu yang tergabung dalam ikatan ANPROPAKOS di Jayapura agar juga bermitra dengan sesama. Contohnya mahasiswa Angguruk di Jayapura harus bermitra atau banyak berdiskusi dengan mahasiswa Apahapsili. Termasuk sebaliknya, agar dengan demikian bersama-sama membangun daerah.
“Contohnya saya dengar, katanya kegiatan ibadah UEM di Kilo meter 9, Koya itu banyak yang hadir. Dari setiap wilayah semua hadir. Jadi itu awal yang baik untuk ditingkatkan dengan membangun mitra antara kita di dalam. Tidak membeda-bedakan dan belajar banyak untuk membangun daerah Papua ini,” tukasnya.
Seminar sendiri diakhir oleh Drs. Jan Rumbrar, Pdt. Joice da Costa dan Pdt. Gritje Monim dari Departemen Kemitraan dan Hubungan Oikumene Sinode GKI di Tanah Papua.
Pewarta: Elisa Sekenyap