Arti Dibalik Air Mata Boaz Solossa (Bagian I)

0
2077

Oleh: Mecky Mulait)*
)* Penulis adalah Pencinta Persipura

Beberapa minggu lalu, masyarakat Papua terutama pencinta Persipura dikagetkan dengan pemberhentian dua pemain senior Persipura Jayapura, Boaz Theofilus Erwin Solossa dan Yustinus Pae (Tipa). Hampir tiga minggu manajemen Persipura menggantungkan kepastian informasi pemberhentian kedua pemain tersebut (sesuai pengakuan Boaz). Karena itu, pencinta Persipura bertanya-tanya apa yang sedang terjadi di tubuh manajemen Persipura. Beragam asumsi pun dibangun yang bersifat emosional karena menganggap kedua pemain ini adalah aktor dibalik 4 bintang Persipura sekarang.

Tetapi ada pula yang membangun opini secara lebih proporsional dengan status kedua pemain yang sudah di ujung tanduk (gantung sepatu) dengan pengolahan tim Persipura secara lebih profesional. Tetapi ada yang langsung menempuh jalan pintas dengan argumen singkat bahwa mungkin itu kehendak Tuhan bagi kebaikan tim Persipura dan kedua pemain.

Penulis pun pada awalnya merasa sedih dengan kondisi itu, apapun alasannya. Karena sejak awal kagum dengan kedua pemain ini dari aspek loyalitasnya bersama Persipura. Penulis pernah ungkapkan kekaguman melalui 4 tulisan opini-artikel tentang perjalanan, perjuangan dan prestasi Persipura sampai pada 4 bintang yang kesemuanya dipublis oleh Cenderawasih Pos (Cepos) secara berkala.

Dari empat tulisan bersambung itu, satu tulisan saya alamatkan khusus kehebatan dan pengaruh Boaz dari aspek loyalitas, seni bermain, kemampuan mengolah si kulit bundar dan kecintaannya bagi masyarakat Papua yang dia baktikan melalui Persipura. Kehebatan dan loyalitas kedua pemain ini sudah terbukti. Di sela-sela momen yang mengharukan bagi pencinta Persipura, saya ingin terlibat memberikan pandangan pribadi yang lahir dari kekaguman dan penghormatan kepada mereka.

ads
Baca Juga:  Musnahnya Pemilik Negeri Dari Kedatangan Bangsa Asing

Sikap dan cara manajemen Persipura memberhentikan kedua pemain sudah disampaikan Boaz secara resmi di kediamannya lewat video yang beredar beberapa waktu lalu. Karena itu, dalam tulisan ini penulis ingin menghadirkan kembali prestasi dan loyalitas serta kecintaan mereka sambil berdiskusi dengan kondisi riil persoalan kebijakan manajemen Persipura terhadap nasib kedua pemain yang sangat dicintai dan dibanggakan Persipura mania.

Absuritas Persoalan Pemecatan Boaz dan Tipa

Sebelum berbicara lebih jauh sesuai sudut pandang dan refleksi penulis, lebih awal perlu meletakkan duduk persoalannya. Dalam mendudukkan persoalan, penulis tidak menafsirkan lebih jauh di samping sumber-sumber yang sudah diberitakan secara resmi oleh manajemen, pelatih maupun tanggapan dari pemain.

Secara umum penulis tidak bisa memastikan informasi satu nada karena keputusan yang diambil oleh manajemen dan pelatih tanpa melibatkan pemain. Akar persoalan yang disampaikan oleh manajemen dan pemain akhirnya terjadi perbedaan persepsi yang cukup tajam. Hal itu akan menimbulkan kesan-alasan yang sangat subjektif dan kedua belah pihak ada pada posisi pembenaran terhadap tindakannya.

Dari berita yang telah dipublikasi secara luas baik oleh manajemen maupun pelatih melalui media online resmi  (video) Persipura, terkesan manajemen dan pelatih sangat kecewa dengan tindakan indisipliner kedua pemain senior itu.

Pernyataan dari ketua umum Persipura, Benhur Tomi Mano, bahwa manajemen merasa tidak dihargai. “Kami seperti tidak dihargai lagi, sampai kapan keadaan ini terus begini. Kalau dibilang kami tidak sabar kami sabar, kami terus mengerti mereka dan terus menunggu mereka datangnya perubahan. Tetapi itu tidak terjadi sehingga kami terpaksa harus ambil keputusan demi kebaikan tim Persipura,” kata Mano.

Baca Juga:  Vox Populi Vox Dei

Ungkapan yang lebih teknis datang dari coach Jacksen F Tiago. Menurutya, tindakan Boaz dan Tipa bukan hanya soal indisipliner (konsumsi minuman beralkohol), tetapi ada alasan lain yang lebih mendasar dan juga menyangkut keselamatan nyawa orang. Jacksen mengaku sedih terhadap situasi ini, karena kita semua tahu kehebatan dan pentingnya kedua pemain ini bagi Persipura. Tetapi terjadi suatu kejadian yang luar biasa dan itu di luar dugaan. Tetapi manajemen terpaksa harus ambil keputusan untuk melepaskan mereka.

Kedua pernyataan baik oleh ketua umum maupun pelatih, dikonfirmasi Boaz Solossa sesudah mengambil surat pemberhentian secara resmi sebagai pemain Persipura oleh manajemen Persipura.

Boaz mengakui bahwa “dua hari sebelum pertandingan uji coba Persipura melawan Persita Tangerang pada Minggu, 12 Juni 2021 memang kami dua minum. Karena itu sebelum bertanding Tinus Pae meminta secara jujur kepada pelatih supaya dapat dipertimbangkan apakah bisa dimainkan atau tidak”.

Namun menurut pelatih tidak bisa dan harus main karena sudah disusun formasi dan sebagai bentuk tanggungjawab pemain senior. Boaz dan Tipa mematuhi keputusan pelatih karena itu tanggungjawab sebagai pemain. Tetapi kejadian yang menyita perhatian publik, insiden pemukulan pemain Persita oleh pemain Persipura, kata Boaz, “itu terjadi setelah kami dua keluar lapangan (sudah tidak sedang bermain). Jadi tidak benar bahwa kejadian itu diprovokasi oleh kami.”

Baca Juga:  Kura-Kura Digital

Masih menurut Boaz melalui video berdurasi hampir 30 menit, bahwa “bahasa pelatih tentang tindakan kami bisa membahayakan nyawa orang itu tidak benar. Kami sebelum bertanding dalam ruang ganti tidak seperti yang dikatakan oleh pelatih dan kami baik-baik saja dan semua pemain tahu itu. Kalau masyarakat tidak percaya, bisa tanya pemain semua.”

Hanya ada informasi lanjutan dari manajemen melalui Ridwan Madubun selaku manajer Persipura, bahwa hanya pak Rudi Maswi yang merasa tertekan, mungkin ada hubungannya dengan beliau sebagai pemasok minuman keras. Demikian kurang lebih pokok persoalan yang terungkap dari masing-masing pihak yang bertanggungjawab di tim Persipura.

Tetapi secara umum ada kesan bahwa bahasa yang diungkap diperhalus dan tidak secara gamblang demi menjaga nama baik Persipura dan pemain, barangkali juga persoalan di tingkat manajemen. Ya, pihak manajemen maupun pelatih mengakui bahwa hanya mereka sajalah yang paling tahu tentang kondisi dan persoalan itu secara baik sebagai orang dalam.

Menurut penulis, hal itu wajar saja meskipun ada kesan negatif yang dibangun atas tidak transparannya informasi. Hal itupula yang membuat penulis mesti memberangkatkan refleksi ini dari titik informasi yang tidak menyatu.

Bersambung… (Tulisan bagian kedua: Arti Persipura bagi Masyarakat Papua)

Artikel sebelumnyaKNPB Fak-fak Tolak Otsus Jilid II
Artikel berikutnyaTujuh Poin Penting Perubahan Kedua UU Otsus Papua