3000-an Warga Dilaporkan Masih Tinggal di 7 Posko Pengungsi yang ada di Sugapa

0
1032
Bupati Natalis Tabuni ketemu dengan ribuan masyarakat dari kampung Bilogai, Kumbalagupa dan Baitapa di halaman gereja Katolik Paroki St. Michael Bilogia, 3 November 2021. (Dok Kalema untuk Suara Papua)
adv
loading...

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Diperkirakan terdapat 3000-an warga masih mengungsi dan tinggal di tujuh posko pengungsi. Tujuh posko pengungsian tersebut berada di Kota Sugapa antara lain Gereja Katolik Paroki Bilogai, Gereja GKII Tigamajigi, Gereja Katolik Stase Waboagapa, Polsek Sugapa, Puskesmas Yokatapa, Koramil Sugapa dan rumah pak Mansyur yang berada di dekat Koramil.

Hal ini dilaporkan Yoakim Mujizau, Kepala Dinas Badan Pemberdayaan Masyarakat Kampung (BPMK) Kabupaten Intan Jaya yang juga Ketua Penanganan Konflik kepada suarapapua.com, Rabu (10/11/2021) dari Sugapa, Intan Jaya, Papua.

“Pengungsi yang ada di gereja Katolik Bilogai masih ada sekitar 800-san orang, di Gereja GKII Tigamajigi masih ada 10 kk [diperkirakan 1 keluarga 3 orang. Total 30 orang], gereja Katolik Waboagapa sekitar 2000-an orang, Polsek Sugapa sebanyak 40 orang, Puskesmas Yokatapa sebanyak 40 orang petugas kesehatan dan masyarakat, Koramil Sugapa sebanyak 50-an orang dan 45 orang warga di rumah pak Mansyur yang ada di dekat Koramil,” ungkap Mujizau.

Baca Juga:  HRM Rilis Laporan Tahunan 2023 Tentang HAM dan Konflik di Tanah Papua

Yoakim juga membeberkan, sebelum terjadi kontak tembak pada 5 November lalu, pemerintah sudah berupaya untuk memulangkan warga yang berasal dari kampung-kampung yang ada di Kota Sugapa.

“Kami pemerintah bersama gereja dan aparat sudah pulangkan warga yang berasal dari kampung dan distrik diluar dari kampung Wandoga, Bilogai, Kumbalagupa, Yokatapa yang ada distrik Sugapa. Jadisebagian besar masyarakat sudah kami kembalikan ke kampung dan distriknya,” ujarnya.

ads
Anggota DPRD Kab. Intan Jaya, Martinus Sani sampaikan pesan kepada masyarakat di halaman gereja Stase Waboagapa.

Seperti diutarakan Sekda Intan Jaya, Asir Mirip sebelumnya, Yoakim juga bilang bahwa di dua kampung, antara lain kampung Mamba dan kampung Sambili masyarakat kosong. Mereka mengungsi ke kampung-kampung lain.

“Kampung Mamba dan Sambili masyarakat kosong.Karena semua mengungsi ke kampung sekitarnya seperti pengungsi ke Eknemba, Jalae dan kampung soali,” tambahnya.

Pernyataan Yoakim ini juga memperkuat pernyataan sebelumnya dari Martinus Maisini, anggota DPRD Intan Jaya yang juga melaporkan kepada suarapapua.com bahwa masyarakat di dua kampung tersebut sudah kosong karena mengungsi ke kampung-kampung lain.

Sementara itu, pernyatan berbeda disampaikan Dandim 1705-Nabire Letkol Inf Anjuanda Pardosi saat dikonfirmasi media ini. Dia mengakui bahwa masih ada pengungsi di Kota Sugapa. Meski demikian, kata dia, jumlahnya tidak terlalu banyak seperti di awal-awal antara tanggal 26 – 31 Oktober lalu.

Baca Juga:  Berlakukan Operasi Habema, ULMWP: Militerisme di Papua Barat Bukan Solusi

“Untuk pengungsi saat ini tidak lagi terlalu banyak. Karena yang berasal dari desa-desa sekitar sudah kembali. Yang saat ini berada di titik-titik pengungsian adalah masyarakat dari kota sugapa sendiri. Jumlahnya keseluruhan akan kami konfirmasi hari ini. Namun kalau perkiraan tinggal ratusan orang saja,” jelas Dandim 1705-Nabire.

Penduduk Dua Desa di Distrik Sugapa Sudah Kosong

Asir Mirip, Sekda Kab. Intan Jaya kepada suarapapua.com pada Selasa (9/10/2021) kemarin mengatakan, sejak terjadi kontak senjata antara TPNPB dan TNI/Polri pada 5 November lalu, setelah Oce Belau (25) gugur di medan tempur dan Apolo Belau (29) seorang warga sipil yang ada di pengungsi ditembak aparat, sebagian warga juga mengungsi dan keluar dari pengungsian di gereja Katolik Bilogai.

Baca Juga:  Dua Anak Diterjang Peluru, Satu Tewas, Satu Kritis Dalam Konflik di Intan Jaya

“Setelah ade Oce ditembak itu masyarakat sebagian yang ada di Bilogai juga mereka lari dari pengungsian ke beberapa kampung lain. Tidak semua. Sebagian ada. Pengungsi paling banyak itu ada di Waboagapa, Bilogai, Gereja Tigamajigi, Polsek dan Koramil,” terangnya.

Selain itu, lanjut dia, pemerintah juga telah melakukan komunikasi dengan pihak aparat keamanan untuk memberikan akses kepada masyarakat dari kampung lain yang terjebak saat kontak senjata dimulai pada 26 Oktober lalu. Kemudian memilih bergabung dan tinggal di pengungsian.

“Sebelum penembakan itu terjadi pemerintah sudah berupaya untuk masyarakat dari beberapa kampung di Intan Jaya yang terjebak ikut mengungsi ke gereja. Jadi masyarakat dari Homeyo, Midau, Emondi, dari muara.

Untuk diketahui, sesuai dengan Data Pemilihan Tetap (DPT) Pemilu tahun 2019 lalu adalah pendudukan kampung Sambili berjumlah 413 orang dan penduduk kampung Mamba berjumlah 2387. warga yang dipastikan sudah mengungsi adalah 2800 orang.

Pewarta: Arnold Belau

Artikel sebelumnyaMama Agustina Ondou, Korban Tembak di Mamba Sudah Dikirim ke Timika
Artikel berikutnyaSejarah Papua Bagian dari Sejarah Bangsa