Egianus Kogeya Lebarkan Sayap Gerilya ke Intan Jaya

0
1377

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Brigjen Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) telah melakukan pembenahan struktur internal Kodap III  Nderakma Ndugama pada pertengahan tahun 2021 lalu di Nduga, Papua. 

Dalam pembenahan strukturt itu ia telah mengumumkan pembentukan tiga Komando Wilayah Perang (Komando Wilayah Perang) dan 13 Batalyon yang tersebar di Kabupaten Nduga dan satu Batalyon ditempatkan di Intan Jaya, yakni batalyon Ndullamo yang secara struktur dan Komando berada di bawah Kowip III Mapnduma.

Kepala staf bagian media Batalyon Ndullamo, Yut Weya kepada suarapapua.com menjelaskan telah diselenggarakan upcara penyerahan SK dan deklarasi Batalyon Ndullamo di markas mereka pada 1 Februari 2022 lalu.

“Setelah kami dapat SK dan peningkatan status dari Kompi D Ndullamo menjadi Batalyon Ndullamo secara langsung dari Egianus Kogeya pada pertengahan tahun lalu. Kami baru deklarasikan peningkatan status di awal tahun ini. Dengan ini kami nyatakan akan terus melakukan perlawanan melawan penjajah,” ungkap Yut.

Dia mengungkapkan, kepempimpinan Batalyon akan dipimpin oleh Aibon Kogeya sebagai Komandan Batalyon dan Rusak Mirip sebagai Komandan Opersi.

ads

Aibon Kogeya, Komandan Batalyon Ndullamo melalui pernyataannya yang dikirim kepada media ini mengatakan, perjuangannya adalah perjuangan untuk merdeka dan bebas dari kolonial Indonesia.

“Saya tidak minta jabatan, bupati, camat dan proyek. Tetapi perjuangan kami murni untuk merdeka. Saya dan pasukan akan terus melawan dan melakukan perang dengan Indonesia,” tegasnya.

Menurut dia, Tuhan memberikan tahan Papua kepada orang Papua yang rambutnya keriting dan kulitnya hitam. Indonesia juga diberikan tanah yang sama.

Baca Juga:  KPU Papua Terpaksa Ambil Alih Pleno Tingkat Kota Jayapura

“Mau bawah proyek ka, atau perusahaan ka, saya dan pasukan akan melawan. Kami akan berjuang untuk tanah kami sampai dunia kiamat,” tegasnya lagi.

Sekilas Tentang Batalyon Ndullamo

Perjuangan kemerdekaan Papua dengan bergerilya mewalan TNI/Polri dimulai pada 1973 di areal Freeport di bawah komando Kelly Kwalik.

Bersamaan dengan operasi militer Indonesia di wilayah tambang pada 1977 sampai 1990, TPN-OPM  kodap III perluas struktur perlawanan di beberapa wilayah untuk membendung Operasi militer Indonesia.

Pada saat pertempuran lawan PT Freeport dan Militer Indonesia, beperapa pemuda dari wilayah Dugindoga dari kalangan suku Moni, Dani dan Nduga ikut bergerilya dibawah Komando Kodap III Nemangkawi.

Dalam situasi gerilya tahun 1978,   Marten Senemon  yang ditugaskan khusus oleh Panglima Jenderal Kelly Kwalik didampingi oleh Piter Wandikmbo yang berasal dari daerah Dugindoga menjalankan tugas pengorganisiran dan membentuk struktur di wilayah Dugindoga. Beberapa pemuda di kampung Jamologo berhasil direkrut dan membuka pos di Kampung Sidnggama-Susiga.

Beberapa orang yang telah diorganisir oleh Piter Wandikmbo dan Marthen Senemon, keluar dari wilayah dugindoga dan bergabung ke TPN-OPM di Ndugama.

Tahun 1982,  setelah Piter Wandikmbo meninggal,  Marten Senemon  tetap menjalankan tugas dan tanggungjawabnya dan menjadi Komandan Pleton Marten Senemon. Komandan Pelatih Sem Waker,  memimpin  pasukan yang terdiri dari kalangan suku Moni diantaranya Ngalukebe dan lainya, Silas Kogoya dari kalangan orang Dani beberapaorang lainya, Daniel Weya dari kalangan Nduga dengan beberapaorang lain.

Pada Tahun 1983, dibawah Pimpinan Simon Kogoya melakukan operasi dan penyerangan terhadap Militer Indindosia di wilayah Dugindoga (Intan Jaya saat ini), militer Indonesia merespon dengan melakukan operasi penumpasan TPN OPM yang dikenal dengan nama Operasi Tumpas (1983-1984) mengakibatkan banyak masyarakat sipil di wilayah Dugindoga menjadi korban nyawa dan harta benda akibat kebrutalan yang dilakukan oleh  Militer Indonesia maupun pasukan yang dipimpin oleh Simon Kogoya yang kebanyakan tidak paham tentang perjuangan Pembebasan TPN OPM saat itu.

Baca Juga:  Pilot Selandia Baru Mengaku Terancam Dibom Militer Indonesia

Dalam situasi itu, pasukan Kompi D Dulla dipangil Oleh Komandan Operasi Silas Kogoya yang bermarkas kampung Notonanop di daera Singga untuk melakukan penyerangan terhadap PT. Freeport di Tembagapura.

Beberapa orang anggota Kompi D Dulla keluar dari Dugindoga lewat kampung Ugimba dan tiba di Tembagapura dan melakukan penyerangan terhadapPT.  Freeport dan militer Indonesia; Kemudian, mereka kembali pada tahun 1993. Setelah itu, pada bulan Januari 1996, TPN OPM dibawa pimpinan Silas Kogeya dan Daniel Kogeya melakukan penyanderaan terhadap orang asing dan Indonesia yang tergabung dalam Tim Lorentz di Mapnduma, yang kemudian penyanderaan diambil alih oleh Kelly Kwalik sebagai Panglima Kodap III. Namun, selama dua puluh lima tahun (1993-2018), Kompi D Dulla tidak aktif karena situasi politik di Papua dan koordinasi Internal terputus karena berbagai faktor.

Babak Baru di Tangan Darah Muda

Pada tahun 2019, gerakan perlawanan muncul berawal dari pecahnya perang antara TNI dan TPNPB dibawa Pimpinan Brigjen Egianus Kogeya pada 2 Desember 2018 di Alguru, Nduga. Dalam Situasi itu, Aibon Kogeya dan E. Mirip berupaya bangun komunikasi dengan Kodap III wilayah Ndugama.

Baca Juga:  PGGY Kebumikan Dua Jasad Pasca Ditembak Satgas ODC di Dekai

Pada 21 Oktober 2019, Aibon Kogeya, E. Mirip dan 3 orang lainya telurusuri jejak lama Kompi D Dulla yang dibentuk di tahun 1982 dan melakukan kordinasi, konsolidasi untuk diaktifkan kembali pada dasar perjuangan yang telah dijalankan oleh generasi dahulu. Pada saat sedang menjalankan proses itu, terjadi kontak tembak antara TNI Polri dengan Pasukan TPNPB dibawah Komandan Tuan Lekagak Telengen dan Ayub Waker  pada 17 Desember 2019 di kampung Langgobuga dan Wabugi di Distrik Hitadipa.

Dalam Situasi itu Aibon dan satu orang lainya diberikan Mandat oleh Egianus Kogeya dari Kodap III Wilayah Ndugama agar melakukan konsolidasi internal  untuk pembentukan Batalyon.

Meski demikian, Aibon dan E. Mirip lebih memilih menjalankan tugas dengan Kompi D Dulla untuk bekerja keras  di laperjuangan dan perlawanan lalu bisa ditingkatkan menjadi Batalyon.  Pada 24 Desember 2019, setelah melakukan konsolidasi dan kordinasi, Kompi D Dulla diaktifkan kembali dan Aibon Kogeya ditunjuk sebagai Komandan Kompi dan nama kompi D Dulla diubah menjadi Ndullamo.

Alasan perubahan nama ini adalah, bahwa wilayah Dugindoga terdiri dari beberapa suku yakni Nduga Damal, Dani, Lem dan Moni sehingga disingkat dengan NDULLAMO.

Berdasarkan kerja-kerja Kompi D Ndullamo dalam melakukan penyerangan terhadap pasukan TNI Polri di Intan Jaya, para pimpinan Kodap III wilayah Ndugama telah melakukan restrukturisasi dan Kompi D  ditingkatkan menjadi  Patalyon pada Bulan Mei 2021.

Pada 1 Februari 2022 secara resmi Batalyon dideklarasikan. Batalyon ini akan berada di bawah Kodap III Nderakma Ndugama yang dipimpin Egianus Kogeya.

 

REDAKSI

Artikel sebelumnyaBreaking News: Kontak Tembak Terjadi di Sugapa Malam ini
Artikel berikutnyaPimpinan Gereja di Daerah Konflik: Kami Butuh Kedamaian, Bukan Pemekaran Provinsi