PolhukamHAMPilot Selandia Baru Mengaku Terancam Dibom Militer Indonesia

Pilot Selandia Baru Mengaku Terancam Dibom Militer Indonesia

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Pilot Susi Air asal negara Selandia Baru yang masih ditawan kelompok Egianus Kogeya di rimba Ndugama, kabupaten Nduga, Papua Pegunungan, mengaku tidak nyaman dengan gencarnya pengintaian dari udara maupun aktivitas pengeboman ke sejumlah kawasan pemukiman warga sipil.

Pengakuan tersebut dikemukakan pilot Phillip Mark Mehrtens dalam rekaman video pendek tertanggal 9 April 2024 yang dirilis Sebby Sambom, juru bicara Komnas TPNPB, kepada wartawan, Jumat (12/4/2024) malam.

“Di sini ada serangan udara dari pasukan keamanan Indonesia melakukan pengeboman pada malam hari, itu terjadi di mana-mana dan sangat mengancam. Saya minta, tolong itu jangan dilakukan, jangan pakai pesawat tempur, jangan pakai bom,” kata pilot asal Selandia Baru.

Hal kedua menurut Phillip, negara-negara di dunia harus mendesak Indonesia segera hentikan penyerangan dari udara dengan menggunakan bom.

“Tolong berhenti pakai bom. Negara-negara luar tolong bicara dengan Indonesia supaya jangan pakai bom. Berhenti. Tidak boleh pake bom lagi,” ujarnya sebelum terjemahkan dalam bahasa Inggris.

Tidak hanya masyarakat setempat saja, pilot Susi Air mengaku dirinya juga terancam dari pengemboman tersebut.

Baca Juga:  Dewan Pers Membentuk Tim Seleksi Komite Perpres Publisher Rights

Sebby Sambom dalam siaran pers manajemen markas pusat Komnas TPNPB tertanggal 12 April 2024 turut sertakan sejumlah video berisi kesaksian dari pilot Phillip Mark Mehrtens mengenai adanya pengeboman yang telah dan sedang dilakukan pasukan keamanan Indonesia di wilayah kabupaten Nduga.

“Siaran pers ini kami sampaikan agar semua pihak dapat mengikutinya. Kami lampirkan lima video dan foto-fotonya,” kata Sebby.

Selain pernyataan sikap dari Panglima Kodap III Ndugama Derakma Brigjend Egianus Kogeya bersama Komandan Operasi Mayor Pemne Kogeya didampingi sejumlah prajurit Kodap III Ndugama Derakma, dalam dua video lainnya berisi kesaksian dari pilot asal Selandia Baru tentang pengeboman di wilayah Ndugama termasuk kawasan pemukiman warga setempat.

Egianus Kogeya menyatakan, “Kami sudah menentukan wilayah perang sejak tahun 2017, bahwa daerah perang dari jalan trans Wamena-Nduga sampai Mumugu atau Batas Batu. Tetapi hari ini Indonesia sudah melanggar itu dengan mengembom daerah-daerah pengungsi atau warga yang masih tinggal. Kami sudah sampaikan, daerah Kwiyawagi sampai Geselema, Yuguru dan sekitarnya itu daerah pengungsi. Indonesia stop turunkan bom dengan helikopter, pesawat tanpa awak, kamera drone.”

Baca Juga:  Usut Tuntas Oknum Aparat yang Diduga Aniaya Warga Sipil Papua

Ditegaskan, tindakan pengeboman dari udara akan menyasar seluruhnya, baik warga sipil maupun pasukan TPPB.

“Tindakan yang dilakukan oleh negara Indonesia melalui TNI Polri terhadap kami sangat tidak seimbang. Apalagi mereka menyerang dengan pesawat pemburu, melepaskan bom bazoka dan mortir tanpa memastikan baik antara kami TPNPB OPM dan warga sipil.”

Menurut Egianus, ketimbang dari udara, pihaknya siap berhadapan apabila perlawanan berhadapan langsung.

“Kalau lewat darat, kami siap melayani kalian. Berapapun jumlah yang Jakarta kirim kami siap hadapi,” ujarnya.

Egianus juga menyinggung adanya isu yang disebarkan melalui berbagai sarana komunikasi bahwa masyarakat dari beberapa distrik akan dipindahkan.

“Indonesia bangun isu melalui telepon, SSB dan lain-lain untuk mengusir masyarakat beberapa distrik yang ada, itu stop dan hentikan semua,” tegasnya.

Egianus menyatakan, pembebasan pilot Susi Air dapat dilakukan dengan cara negosiasi.

“Kami pikir Indonesia dan Selandia Baru buka diri negosiasi dengan kami TPNPB OPM, namun kami melihat Indonesia dan Selandi Baru tidak punya nihat baik untuk selamatkan pilot yang kami sandera ini. Karena tidak ada niat baik, makanya pilot ini kami akan bawa keliling medan perang sampai mati sama-sama dengan TPNPB OPM Kodap III Ndugama-Derakma,” ujar Egianus.

Baca Juga:  Panglima TNI dan Negara Diminta Bertanggung Jawab Atas Penembakan Dua Anak di Intan Jaya

Beberapa waktu lalu, pihak Egianus Kogeya menitipkan si pilot bersama masyarakat dengan dijaga ketat oleh pasukan khusus dri Kodap III Ndugama Derakma.

“Kami sengaja taruh dia di tengah-tengah masyarakat. Dijaga ketat oleh pasukan khusus saya. Itu kami lakukan dengan tujuan untuk menunggu negosiasi terhadap tuntutan kami. Tetapi pemerintah Indonesia di Jakarta malah melakukan pemboman secara brutal melalui TNI Polri. Sehingga kami mengambil alih penuh terhadap pilot yang kami sandera ini bersama pasukan TPNPB OPM Kodap III,” tandasnya.

Sebelum mengakhiri pernyataannya, dua catatan tegas disampaikan Egianus Kogeya dalam rekaman video itu.

Pertama, Kami tidak akan melepaskan pilot melalui siapapun, kecuali Jakarta dan Selandi menjawab tuntutan TPNPB-OPM.

Kedua, Kami akan melepaskan pilot melalui negosiasi yang difasilitasi oleh pihak ketiga yaitu PBB. []

Terkini

Populer Minggu Ini:

20 Tahun Menanti, Suku Moi Siap Rebut Kursi Wali Kota Sorong

0
"Kami ingin membangun kota Sorong dalam bingkai semangat kebersamaan, sebab daerah ini multietnik dan agama. Kini saatnya kami suku Moi bertarung dalam proses pemilihan wali kota Sorong," ujar Silas Ongge Kalami.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.