167 Tahun Injil di Papua, Hidup Tidak Nyaman di Tanah Sendiri

0
1116
Delegasi Dewan Gereja Dunia ketika berdialog dengan pengungsi Nduga di Ilekma Wamena. (Elisa Sekenyap - SP)
adv
loading...

Doa Dewan Gereja Papua

“167 Tahun Injil Masuk di Tanah Papua, Kami Sudah Hidup Tidak Nyaman di Tanah Kami”

Tuhan, hari ini tanggal 5 Februari 2022, kami orang Papua menyaksikan perayaan 167 tahun Injil Masuk di Tanah Papua yang diselenggarakan oleh pemerintah. Namun kami mohon pengampunan dari Mu Tuhan karena kami sudah gagal menjalankan tugas pastoral kami.

Ini terlihat dengan kami orang Papua sudah hampir punah setelah kami berada didalam negara ini selama 60 tahun. Banyak orang Papua terus dibunuh lewat operasi militer besar-besaran dan juga lewat wabah penyakit tanpa suara kami. Sekarang ini ada 60,000 orang pengungsi yang hidup dalam ketakutan dan tidak jelas nasibnya. Negara tidak memperhatikan nasib para pengungsi, mereka terlantar tanpa bantuan makanan, tempat tinggal dan jaminan kesehatan.

Baca Juga:  Empat Jurnalis di Nabire Dihadang Hingga Dikeroyok Polisi Saat Liput Aksi Demo

Mereka diusir paksa dari kampung halamannya di Nduga, Intan Jaya, Puncak Papua, Maybrat, Kiwirok Pengunungan Bintang, dan Surusuru Yahukimo. Sampai hari ini tidak pasti, kapan mereka akan pulang kembali ke kampung halamannya. Kampung-kampung mereka ditutup dan diduduki pasukan militer. Bukannya menjamin keamanan dan memberikan harapan bagi pengungsi, justru terjadi re- militerisasi dengan membangun kodim-kodim baru di Intan Jaya, Nduga, Lany Jaya, Yalimo, Pegunungan Bintang, Tambrauw Yahukimo, dan Maybrat.

Kami melihat operasi militer, pembangunan kodim dan pemekaran provinsi adalah siasat pemerintah untuk melaksanakan program pemindahan jutaan penduduk dari luar Papua ke Papua, seperti yang diusung oleh Hendro Priyono, mantan ketua BIN.

ads
Baca Juga:  Presiden Jokowi Segera Perintahkan Panglima TNI Proses Prajurit Penyiksa Warga Sipil Papua

Tuhan, sekarang ini kehidupan orang Papua sedang dikacaukan oleh kepentingan negara yang disemangati oleh semangat Rasisme, Fasisme dan ketidakadilan. Politik penguasaan terus dijalankan, OTSUS dipaksakan untuk lanjut, padahal orang Papua sudah menolak OTSUS. Tidak hanya itu Tuhan, mereka juga memaksakan pemekaran 6 provinsi baru. Konflik bersenjata terus dipelihara untuk melancarkan perampasan tanah-tanah kami. Semua tanah kami dirampas untuk kepentingan kapitalis dan investasi skala besar. Sementara itu, ketika orang Papua berteriak melawan, mereka ditangkap. Orang Papua sudah hampir punah.

Bagaimana mungkin kami orang Papua menyanyikan lagu pujian Tuhan pada perayaan tahun ini, sementara kami mengalami semua penderitaan yang sudah kami sampaikan? Kami seperti bangsa Israel yang dibuang dan meratap dipinggir sungai Babylon, meminta pertolongan Tuhan. Kami merasa sedih karena tanggal 5 Februari tahun ini dirampas oleh negara, di atas penderitaan umat di tanah kami. Negara merayakannya untuk menutupi kejahatan negara terhadap rakyatnya, segala penipuan dan perampasan hak-hak hidup orang Papua.“

Baca Juga:  Kemenparekraf Ajak Seluruh Pelaku Usaha Kreatif di Indonesia Ikut AKI 2024

Tuhan, kalau sudah seperti ini, kami mau mengadu kepada siapa? Kami hanya bisa berteriak memohon kepada Engkau, keselamatan bagi umat kami di atas Tanah Papua ini.

Ini kami Tuhan, lihatlah hamba-hambaMU yang berdoa ini.

Jayapura, 5 Februari 2022

  1. Pendeta Beny Giyai (Moderator) Pendeta.
  2. Dorman Wandikbo (Anggota).
  3. Pendeta Socrates S. Yoman (Anggota).
  4. Pendeta Andrikus Mofu (Anggota).
Artikel sebelumnyaSatu Orang Ditahan, Steven Itlay dan Enam Orang Lainnya Sudah Dibebaskan
Artikel berikutnyaBreaking News: Aibon Kogeya Tembak Satu Anggota TNI di Intan Jaya