Kisah Bajak Laut Papua Sampai di Jawa

0
4021

Bajak Laut dari Papua

Kepulauan Nusantara, merupakan wilayah maritim yang amat luas, perairan nusantara sejak zaman dahulu, merupakan wilayah yang saling terhubung oleh para pelaut-pelaut legendaris yang bergerak dalam berbagai aspek baik perdagangan, ekenomi, politik, sosial dan budaya. Aksi-aksi heroik para perompak dari bergai etnis, bahasa, kelompok suku yang datang dari berbagai wilayah nusantara bergerak dengan masing-masing misi mereka, yang tak luput dari penggunaan teknologi tradisional yaitu perahu.

Di bagian Timur matahari terbit, sosok yang ditakuti juga muncul dalam kurun waktu abad ke-16-19 sebagai perompak dari Papua. Konon, bajak laut dari Papua juga menjadi ancaman bagi suku-suku lain di Nusantara. Ada banyak sekali faktor yang membuat mereka harus terjun dalam dunia pembajakan dan perompakan. Lautan menjadi lalu lintas utama pelayaran mereka, aktifitas-aktifitas perompakan yang dilakukan sangat berbahaya.

Berbagai literasi abad ke 18-19 dalam bahasa Belanda, bahasa Prancis, bahasa Jerman,  Inggris maupun cerita tutur masyarakat lokal orang Papua pesisir juga menjelaskan tentang eksistensi para bajak laut  Papua di zaman dulu bahwa memang benar adanya, aksi-aksi heroik pembajakan. Dengan berbagai kepentingan, mereka memilih menjadi bajak laut untuk mendapatkan hal-hal yang bernilai pada masa itu. Keanggunan harta orang-orang Tiongkok, orang Barat akan peralatan canggih membuat mereka terpesona dan ingin menukar dengan apa yang mereka miliki. Dalam cerita tutur pelayaran orang Biak Numfor misalnya, pelayaran orang Papua sudah ada sejak abad ke-12 sampai di pulau Timor, Bali dan Jawa sayangnya tidak ada bukti tertulis untuk mendukung narasi cerita tutur tersebut.

Baca Juga:  Zheng He, Seorang Kasim Cina Terkenal Sampai di Nusantara

Pada masa VOC, orang Belanda menyebut mereka dengan sebutan Papuasche Zeeroovers yang berarti Bajak Laut dari Papua. Bajak Laut ini didominasi orang Papua yang hidup di pesisir kepala burung. Seperti Bajak Laut dari Raja Ampat, Fakfak bahkan juga suku-suku dari teluk Cenderawasih misalnya, sebut saja orang Yapen Waropen, orang Wandamen, orang Biak yang juga terkenal sebagai bajak laut dari Papua yang memiliki basis di beberapa wilayah di pesisir tanah Papua.

ads

Kisah nyata mengenai bajak laut Papua yang sampai ke perairan Jawa, itu terjadi pada abad ke-19. Ada apa dengan para bajak laut Papua ini? Apa tujuan mereka pergi kesana? Nah, untuk menjawabnya, mari kita bahas sedikit salah satu catatan dari gubernur Hindia Belanda yang ke-53 yang memerintah dari tahun 1866-1872 di Jawa.

Baca Juga:  Apakah Kasuari dan Cenderawasih Pernah Hidup di Jawa?

Motif Penyerangan

Tidak banyak data primer tentang bajak laut Papua di laut Jawa. Satu-satunya sumber yang menulis tentang bajak laut Papua pada abad  ke-19 di laut Jawa adalah catatan Pieter Mijer (1812-1881). Dalam bukunya dia menulis, “Niet minder gunstig waren de uitkomsten der pogingen vooral in 1824 in het werk gesteld, om den handel en de kusten van de eilanden Java en Madura tegen de zeeroovers te beveiligen. In de maand Juni van dat jaar vertoonden zich een 70 zoo genaamde Papoesche rooversvaartuigen in de nabijheid van Banjoewangieen klein smaldeel der koloniale marine en de verschijning van Z. M. korvet Komeet, deden dezelve spoedig verdwijnen, voor dat zij eenige rooverijen hadden kunnen plegen. De schooner Circé had het geluk benoorden Madura een met zout geladen vaartuig van eenige roovers te hernemen, hetwelk op die wijze aan den eigenaar  terugkwam. Later vertoonden zich in de bogt van Panaroekan en bij Cheribon rooversvaartuigen, die echter door vaartuigen der koloniale marine vervolgd en verjaagd werden.”—Kronyk van Nederlandsch Indië loopende van af 1816 (-1826), tahun 1840, hal. 137.

Baca Juga:  Apakah Kasuari dan Cenderawasih Pernah Hidup di Jawa?

Dalam catatannya diatas dia mengatakan bahwa pada bulan Juni 1824, di perairan Banyuwangi dan Madura muncul 70 kapal yang disebut kapal perampok Papua. Aksi perompakan mereka yang nekat tersebut di gagalkan oleh skuadron kecil angkatan laut kolonial dan kemunculan HM Corvette Comet, ini membuat mereka menghilang, sebelum mereka sempat melakukan beberapa perampokan. Catatan Pieter Mijer ini, dikutip juga oleh Dr. Kamma, bahwa “orang-orang Irian bekerja di kapal-kapal orang Tidore sebagai pendayung. Pelayaran terjauh yang mereka lakukan, yang kita ketahui dari data-data resmi, terjadi dalam tahun 1824.” (Kamma, 1981:62)

Aksi keberanian mereka sebagai perompak di laut menjadi ancaman serius bagi pemerintahan Hindia Belanda dan aksifitas perdagangan di kala itu. Catatan singkat ini, menjadi bukti bahwa di masa lalu orang Papua pernah merompak sampai di perairan Jawa dan sekitarnya.  (*)

)* Artikel ini disadur dan diterbitkan ulang dari pustakapapua.com setelah mendapat izin untuk menerbitkan ulang dari pengelola situs web Pustaka Papua. Anda bisa membaca artikel-artikel menarik tentang Papua di PustakaPapua.com

Artikel sebelumnyaGubernur Enembe: Saya Lahir untuk Papua
Artikel berikutnyaMembeli Kekuasaan