YAHUKIMO, SUARAPAPUA.com— Simon Hilapok, Bendahara Sinode Gereja Kingmi di tanah Papua mengatakan, perayaan Hut Kingmi ke-60 Tahun yang dirayakan pada 6 April 2022 dirayakan dalam duka air mata dan pengungsian.
“Kami gereja Kingmi di tanah Papua sedang berduka karena warga jemaat di Nduga yang kosong sejak 2018. Di sana terdapat 5 klasis kosong dari 13 klasis.”
“Intan Jaya juga ada dalam pengungsian dimana-mana. Ketua klasis, gembala sidang jemaat di Suru-Suru terpencar kemana-mana. Ini menjadi doa pergumulan kami,” kata Simon dalam sambutannya pada perayaan Hut ke-60 Gereja Kingmi di tanah Papua di gedung gereja Imanuel Dekai Yahukimo, Rabu (6/4/2022).
Ia mengatakan, Tuhan telah berikan tanah dan kekayaan alam di bumi Cenderawasih kepada orang Papua yang berkulit hitam, rambut keriting seperti suku bangsa lain. Namun manusia Papua dihadapkan dengan moncong senjata yang menjadikan tangisan air mata menjadi bagian dari kehidupan orang Papua.
“Ko orang Papua, ko suku ini, ko orang Yahukimo. Kita anak Allah, maka jangan takut dengan tembakan, jangan panik karena teror. Kita ada di sini bukan tamu. Orang datang curi emas, minyak sagala apapun yang ada jangan cabut nyawa manusia,” katanya.
Ia juga menyatakan bahwa pimpinan gereja di Papua telah bersatu di dalam Dewan Gereja Papua. “Sudah menjadi satu menyuarakan kepada PBB, karena banyak manusia mati yang ditempatkan Tuhan Allah di muka bumi.”
Ia lalu minta kepada para gembala sidang jemaat dan ketua-klasis Kingmi di Wilayah Kabupaten Yahukimo, Yalimo dan Asmat untuk melayani umat Tuhan dengan hati yang tulus.
“Tinggalkan tugas lebih dari tiga bulan maka diberikan sangsi peringatan, skorsing hingga jika tidak bisa maka keluar cari pekerjaan lain. Pelayanan misi Tuhan kerja sungguh-sungguh karena ini lawan iblis,” tukasnya.
Sementara Bupati Yahukimo Didimus Yahuli menyampaikan permohonan maaf kepada gereja Kingmi di tanah Papua atas kurang maksimal pihaknya untuk menjaga umat Tuhan di Suru-Suru.
“Saya secara pribadi minta maaf untuk gereja Kingmi di tanah Papua. Mungkin kita kurang maksimal untuk menolong,” ucapnya.
Ia mengatakan bahwa pihaknya telah mengirimkan bantuan ke Suru-Suru, namun warga masyarakat (pengungsi) di sana menolaknya.
“Kami pemerintah sudah kirim makanan, minuman semuanya satu kapal dari Timika, tetapi sampai dilokasi ada yang bilang itu dari TNI dan Polri – jangan terima maka ditolak. Ini sedikit sakit hati,” ungkap Bupati Didimus.
Oleh sebab itu ia menyampaikan kepada hambah-hambah Tuhan agar tidak takut, karena aparat TNI dan Polri tidak menembak masyarakat.
“Di sana justru yang mati TNI dan tidak ada masalah di sana,” ujarnya.
Kondisi Suru-Suru saat ini aman dan pemerintah akan kembalikan masyarakat yang mengungsi di Asmat dan Dekai Yahukimo.
Pewarta: Atamus Kepno
Editor: Elisa Sekenyap