Tanah PapuaMamtaSinode GKI Bangun SPBU untuk Menopang Pelayanan

Sinode GKI Bangun SPBU untuk Menopang Pelayanan

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com— Guna meningkatkan income gereja untuk mendukung pelayanan gereja kepada warga jemaat GKI di seluruh tanah Papua, Badan Pekerja Am Sinode GKI di Tanah Papua melakukan peletakan batu pertama pembangunan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) GKI-TP di jalan perbatasan Papua -PNG di Skow Sae, distrik Muaratami Kota Jayapura, Papua, Sabtu (28/5/2022).

Acara peletakan batu pertama itu dihadiri Ketua BP Am Sinode GKI di Tanah Papua, Pdt. Andrikus Mofu, Wakil Ketua, Pdt. Hiskia Rollo, Wakil Sekretaris, Pdt. Syahnur Abbas, Bendahara Sy. Theresya Imelda Numberi. Selain itu disaksikan oleh pihak Badan Pertanahan Kota Jayapura, Kepala distrik Skow Sae dan pihak mitra GKI lainnya.

Ketua Badan Pekerja Am Sinode GKI di Tanah Papua, Pdt. Andrikus Mofu mengatakan, SPBU yang akan dibangun pihaknya akan dibiayai oleh Sinode GKI di Tanah Papua demi kemandirian gereja GKI di tanah Papua.

Baca Juga:  Freeport Indonesia Dukung Asosiasi Wartawan Papua Gelar Pelatihan Pengelolaan Media

“SPBU ini murni dibiayai oleh kita [Sinode GKI di Tanah Papua]. Kita Badan Pekerja Am Sinode telah mengambil keputusan untuk membiayainya. SPBU itu sendiri akan dioperasikan oleh PT. Bahtera Lestari Mandiri. Kita simpan dana di Bank Anak Negeri Papua (ANP) sebanyak 2 milyar. Dana itu akan membiayai SPBU ini,” kata Pdt. Andrikus Mofu.

SPBU sendiri kata Pdt. Mofu, mantan Ketua Klasis GKI Sorong dua periode ini bahwa akan diresmikan pada Agustus 2022.

“Jadi soal pendapatan inconventional, kita sebagai gereja kadang tidak mengajarkan untuk melihat hal-hal lain. Pelung-peluang yang lain. Jadi kita biasanya lihat dulu baru kerjakan, seperti sinode bikin ini, klasis bikin itu, jemaat bikin ini baru yang lain ikuti. Tidak ada inisiatif. Mestinya harus ada inisiatif.”

Baca Juga:  Panglima TNI Didesak Tangkap dan Adili Prajurit Pelaku Penyiksa Warga Sipil Papua

Untuk SPBU sendiri kata Ketua Sinode, SPBU di Skow Sae merupakan SPBU yang pertama, dan akan ada SPBU ke dua dan usaha inconventional lainnya. Menurutnya, semua ini dilakukan guna mendukung pelayanan GKI di tanah Papua.

“Seperti hari ini kita bicara tentang tenaga pelayan, mulai dari pendeta, guru jemaat, dimana jemaat-jemaat sangat membutuhkan adanya tenaga pelayan. Tetapi hari ini tidak ada yang gratis di dalam gereja ini. Jadi harus manfaatkan peluang-peluang lain yang dapat digunakan untuk membiayai pelayanan gereja ini,” tukasnya.

Guest House GKI, salah satu usaha inconventional GKI untuk menopang pelayanan yang sedang dibangun Sinode GKI-TP. (Elisa Sekenyap – SP)

“Itulah sebabnya saya katakan inilah yang harus dikerjakan sebagai bentuk dari kemandirian gereja. Tidak hanya bicara bahwa gereja mandiri, tetapi harus dikerjakan. Selain SPBU, akan kita kerjakan usaha-usaha inconvencional lainnya,” pungkas Pdt. Mofu.

Baca Juga:  Yakobus Dumupa Nyatakan Siap Maju di Pemilihan Gubernur Papua Tengah

Dalam acara peletakan batu pertama pembangunan SPBU itu, Pdt. Hizkia Rollo, Wakil Ketua Sinode GKI di Tanah Papua membacakan renungan yang terambil dari kitab Mazmur 39:1-6 tentang “Doa minta tolong”.

“Pikirku: ”Aku hendak menjaga diri, supaya jangan aku berdosa dengan lidahku; aku hendak menahan menahan mulutku dengan kekang selama orang fasik masih ada di depanku,” sebagaimana dikutib dari ayat firman Tuhan tersebut.

Sejauh ini, usaha inconventional yang sedang dibangun Sinode GKI di tanah Papua adalah pembangunan Guest House yang berlokasi di Argapura dan SPBU di Muaratami. Selain itu, Sinode GKI di Tanah Papua berencana membangun Bank GKI dan Rumah Sakit GKI.

Sebelumnya, Sinode GKI telah meresmikan Graha Sara yang dibiayai oleh Pemprov Papua Barat.

 

Pewarta: Elisa Sekenyap

Terkini

Populer Minggu Ini:

ULMWP Himbau Rakyat Papua Peringati 1 Mei Dengan Aksi Serentak

0
“ULMWP sebagai wadah koordinatif gerakan rakyat, siap bertanggung jawab penuh atas semua rangkaian aksi yang dilakukan dalam bentuk apa pun di hadapkan kolonialisme Indonesia dan dunia Internasional.”

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.