ArtikelIndonesia Hari Ini Butuh Ketokohan Gus Dur

Indonesia Hari Ini Butuh Ketokohan Gus Dur

Oleh: Titus Pekei)*
)* Peneliti, Akademisi, Penulis buku “Gus Dur Guru & Masa Depan Papua”

Indonesia hari ini membutuhkan sosok presiden Kyai Haji Abdurrahman Wahid alias Gus Dur kedua. Presiden keempat Republik Indonesia dengan ketokohannya selama masa kepemimpinannya telah menorehkan banyak keberhasilan yang tiada tandingnya.

Gus Dur juga sangat dikenang oleh rakyat Papua hingga sekarang.

Hari Sabtu 1 Januari 2000, sambil menyaksikan matahari terbit pertama di Tanah Papua, nama Irian Jaya dia kembalikan ke aslinya, Papua.

“Mulai hari ini sebut Papua, orang Papua, tanah Papua dan masyarakat Papua. Bukan lagi Irian Jaya, tetapi Papua,” tegas presiden Gus Dur seraya menyambut terbitnya matahari pertama pada pergantian tahun baru di Jayapura.

Ketokohan Gus Dur masih membekas dalam ingatkan rakyat minoritas, termasuk orang Papua.

Buku “Gus Dur Guru dan Masa Depan Papua” (2013) yang dibedah kala itu di beberapa tempat, hingga kini masih banyak peminatnya, bahkan sering bertanya buku tersebut dan kapan akan ada launching lagi.

Sebagai peneliti Ecology Papua Institute (EPI) membedah argumentasi peminat buku dan penggemar Gus Dur, bahwa masih adakah Gus Dur kedua di negara ini?

Jawab jujur, masih ada presiden namanya sama, tetapi kelakuannya berbeda. Artinya, pengganti presiden pasti jabat presiden, tetapi mentalitasnya tidak sama, berbeda dengan Gus Dur.

Ini bagian dari cerita objektif menurut pandangan publik. Siapa presiden Republik Indonesia yang berjasa bagi Papua? Adalah berdasarkan tanggapan peserta diskusi buku yang pernah hadir saat bedah buku di Jakarta, Yogyakarta, Papua serta diskusi buku di perpustakaan MPR RI.

Sejak Indonesia terbentuk hingga hari ini, presiden Joko Widodo adalah yang ketujuh. Diantara presiden RI pertama sampai ketujuh, presiden siapa yang berjasa bagi Papua? Berjasa bukan ukuran materi, tetapi non materi, yang hingga kini dikenal dan dikenang orang Papua sepanjang masa.

Presiden Indonesia pertama Soekarno dari Alun-alun Yogyakarta gagalkan negara Papua Barat, sekaligus secara sepihak ganti nama West Papua menjadi Irian Barat pada tanggal 19 Desember 1961.

Presiden Indonesia keempat Gus Dur tercatat sebagai presiden moderat, berbeda dengan presiden-presiden Indonesia lainnya. Sampai kini oleh masyarakat Papua sering cerita dan menyebut Gus Dur adalah pahlawan bagi Papua.

Baca Juga:  Musnahnya Pemilik Negeri Dari Kedatangan Bangsa Asing

Presiden Gus Dur yang mampu memahami suara hati rakyat tanpa beda-bedakan. Gus Dur berhasil melaksanakan Bhinneka Tunggal Ika di tengah keberagaman. Berhasil hadir memahami manusia sebagai manusia, tanpa memusuhi, tanpa konflik, tanpa kekerasan dan pelanggaran hak-hak asasi manusia yang kini terus terjadi hingga disepelekan oleh presiden lainnya.

Boleh jadi tergantung cara berpikir dan cara pandang dari hal lain, seperti sumber daya alam yang dijadikan prioritas dalam kepemimpinannya. Kekayaan lebih diutamakan ketimbang manusianya.

Masyarakat protes saja ditahan, dipenjarakan tanpa memahami maksud dan tujuannya. Ruang bicara dibungkam, dan lain-lain. Orang Papua dicap pengacau, dan lain-lain. Dianggap separatis, kelompok kriminal, teroris dan rasialisme. Itu buatan presiden-presiden yang paksa Papua selama ini.

Gus Dur berjasa dan enam presiden lainnya adalah agen kapitalis.

Siapapun mesti ketahui secara objektif menurut kondisi orang Papua. Tidak memahami manusia secara baik dan masih buta mengenai kehidupan mereka berarti masih buta dengan masalah.

Dari presiden Soekarno, Soeharto, Habibie, Gus Dur, Megawati, Susilo Bambang Yudhoyono, dan Joko Widodo, tentu memiliki rekam jejak bagi Papua. Apa saja jasanya menurut masyarakat Papua dapat bersaksi. Termasuk pendekatan apapun yang dilakukan untuk Papua.

Kit ketahui bahwa hanya Habibie saja presiden Indonesia yang tidak pernah ke Tanah Papua, tetapi sanggup buat Undang-undang pemekaran pada tahun 1999. Masalahnya hari ini, karena tidak sesuai dengan keinginan masyarakat adat Papua.

Presiden Gus Dur terbang ke Jayapura dan tiba hari Jumat 31 Desember 1999. Di Bandar Udara Sentani, Theys Hiyo Eluay menjemputnya. Prosesi penjemputan Gus Dur oleh ketua PDP (Presidium Dewan Papua) agak berbeda. Theys Hiyo Eluay tampil dengan celana jeans pendek, noken membalut tubuh telanjang, mengenakan topi koboi plus mahkota Cenderawasih.

Tokoh Papua ini menjemput presiden Gus Dur dengan penuh percaya diri. Mereka saling menyapa sambil jabat tangan dan sambut selamat datang di Tanah Papua. Sekalipun diapit oleh rombongan gubernur Irian Jaya dan lainnya.

Prosesi penjemputan dengan budaya Papua berbuah manis. Rakyat Papua pantas menyebut Gus Dur sebagai Guru Papua. Keesokan harinya, tepat pagi hari, 1 Januari 2000, nama Irian Jaya dikembalikan menjadi Papua. Gus Dur tidak salah. Gus Dur hebat. Sekali berkunjung, tetapi berdampak positif untuk selamanya. Awal mula pulau ini bernama Papua. Di pulau New Guinea ada Papua Barat (West Papua) dan Papua Nugini (PNG), berada di satu daratan yang sama.

Baca Juga:  Vox Populi Vox Dei

Tanda Heran Gus Dur

“Barang siapa yang bekerja di tanah ini dalam iman dan dengar-dengaran akan berjalan dari dari tanda heran satu kepada tanda heran yang lain” (Wie in dit land in geloof EN gehoorzaam heid werkt zal Van het cene wonder tot andere wonder gaan).

Itulah nubuatan Pdt Izaac Samuel Kijne. Bertugas di pulau Mansinam dan Miei, Tanah Papua, dari 1923 hingga 1958.

Masa jabatan presiden Gus Dur dimulai 20 Oktober 1999 sampai 23 Juli 2001. Presiden Gus Dur diturunkan pada sidang istimewa MPR RI tahun 2001.

Gus Dur Guru Bangsa

Masyarakat Papua menyapa Gus Dur, Kitab Hidup Papua. Penulis mempertegas pergumulan rakyat Papua memberi gelar tanpa ada unsur paksaan, dipaksa atau terpaksa, tetapi secara sadar.

Bahwa Gus Dur Guru Papua adalah bukan asal-asalan apalagi ambisi mencari perhatian demi pencitraan semata, tetapi ia seorang presiden Republik Indonesia keempat yang turun mendidik dan mencerdaskan rakyat Indonesia sekaligus meletakkan fondasi bagi presiden penerus kursinya, seperti Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono, dan Joko Widodo.

Ini fakta. Bahwa, Papua menjadi bagian dari Presiden Gus Dur. Mengapa? Karena apa pun masalah menimpa warga negaranya pasti berdialog damai untuk mencari solusi terbaik. Bukan berdialog untuk culik dan bunuh seperti menimpa Theys Hiyo Eluay bersama sopirnya, dan lain sebagainya.

Penulis mencatat berbagai keberpihakan berarti dari seorang presiden keempat sebagaimana diulas dalam buku “Gus Dur Guru dan Masa Depan Papua”. Di sana disebutkan gelar-gelar penghormatan bagi Gus Dur Guru Bangsa Indonesia dan West Papua serta negara-negara di dunia.

Tentu bukan tanpa alasan. Ketokohan Gus Dur memang layak diapresiasi, bahkan akan dikenang sepanjang masa. Ia berbeda dari yang lain.

Baca Juga:  Kura-Kura Digital

Wong cilik pasti merindukan kehadiran Gus Dur, apalagi di saat negara kita sedang dirundung berbagai persoalan yang seakan tiada berujung. Begitupun rakyat Papua, rindu seorang Gus Dur guru bangsa yang telah menyentuh nurani paling dalam.

Lantas, alasan rakyat Papua begitu kagum terhadap Gus Dur tentu karena ada banyak jasa besar semasa kepemimpinannya. Patut diberi gelar seturut kebijakan yang sangat berpihak kepada rakyat termasuk kelompok minioritas di negara ini.

Beberapa alasan berikut ini akan mengingatkan ketokohan seorang Gus Dur. Mari simak!

  1. Mendukung mimbar demokrasi rakyat melalui Kongres Nasional Rakyat Papua II di GOR Cenderawasih Jayapura, disebut Bapak Demokrasi.
  2. Menghargai perbedaan multisuku dan corak hidup berbasis masyarakat hukum adat bagi rumpun ras Melanesia di Tanah Papua, disebut Bapak Pluralisme.
  3. Mengakui lambang kultural dan kebesaran jati diri rakyat Papua, disebut Bapak Kultural.
  4. Memperlihatkan pendekatan untuk saling menerima satu sama lain, tanpa membatasi, melarang dan atau kekerasan isu SARA, disebut Bapak Toleransi.
  5. Mengedepankan damai melalui dialog sebagai solusi hingga muncul RUU Otsus Papua, tanpa menekan melalui kebijakan kekuasaan dan kekuatan militer, disebut Bapak Perdamaian.
  6. Menggerakkan partisipasi seluruh rakyat yang terpencar dalam tekanan kekuasaan masa Orde Lama dan Orde Baru yang militeristik, tetapi menyatu, disebut Bapak Pemersatu.
  7. Presiden Gus Dur diturunkan (impeach) atas tuduhan melanggar konstitusi UUD 1945, GBHN, dengan dituding “gejolak politik Aceh dan Papua Merdeka” hingga menjatuhkan seakan “Sang Guru Bangsa” tidak berjiwa “Bhinneka Tunggal Ika”, akhirnya kursi presiden Republik Indonesia keempat pun dipertaruhkan demi rakyat, terutama Aceh dan Papua, pantas disebut Bapak Pembebasan. (Baca buku Gus Dur Guru Papua, Pekei, 2013: hal. 31-32).

Ketika mendengar berita kepergiannya pada 30 Desember 2009, rakyat Papua terkejut dan sangat terpukul mengenang jasa besarnya. Gus Dur meninggal dunia di RSCM Jakarta Pusat. Gelar demi gelar bagi Gus Dur terlewati bersama sang waktu, menanti pembuktian dari pelanjutnya, apakah bisa?

Murni dan polosnya ketokohan seorang presiden Gus Dur sungguh menyentuh relung hati hingga menyelamatkan rakyat penghuni negeri matahari terbit, Papua. (*)

Terkini

Populer Minggu Ini:

Jurnalis Senior Ini Resmi Menjabat Komisaris PT KBI

0
Kendati sibuk dengan jabatan komisaris BUMN, dunia jurnalistik dan teater tak pernah benar-benar ia tinggalkan. Hingga kini, ia tetap berkontribusi sebagai penulis buku dan penulis artikel di berbagai platform media online.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.