Rilis PersRumah Besar GKI Adalah Gereja Tua yang Berdiri Sebagai Buah Pekabaran Injil

Rumah Besar GKI Adalah Gereja Tua yang Berdiri Sebagai Buah Pekabaran Injil

Sambutan Ketua Sinode GKI di Tanah Papua, Pdt. Andrikus Mofu pada perayaan Hut GKI-TP ke-66 Tahun (26 Oktober 1956 – 26 Oktober 2022)

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com— Ketua Badan Pekerja Sinode GKI di Tanah Papua, pendeta Andrikus Mofu mengatakan, dalam rangka Hut Gereja Kristen Injili (GKI) di Tanah Papua yang ke-66 tahun (26 Oktober 1956 – 26 Oktober 2022), gereja telah dimeteraikan dengan tema sentral “Kasih Kristus menggerakkan kemandirian gereja, mewujudkan keadilan, perdamaian dan kesejahteraan”.

Kata Pdt. Mofu, tema itu sebagai amanat Firman Tuhan yang telah ditetapkan dalam Sidang Sinode GKI di Tanah Papua ke XVIII di Waropen sebagai landasan kerja menuju GKI untuk bertekat menata diri menuju gereja yang dewasa, mandiri dan misioner.

“Kita juga mesti mengakui bahwa rumah besar GKI di tanah Papua adalah salah satu gereja tertua yang berdiri sebagai buah pekabaran injil dan menjadi sebuah organisasi moderen pertama yang dipimpin oleh orang asli Papua (OAP) sejak tanggal 26 Oktober 1956,” jelas Ketua Sinode dalam release sambutan perayaan HUT GKI ke-66 Tahun yang diterima suarapapua.com, Rabu (26/10/2022).

Ketika pengutusan itu dijalankan oleh pekerja-pekerja Zending dari Jerman dan Belanda, tetapi juga dari Sangihe, Sangir Talaud dan Maluku telah menghiasi setiap pos pelayanan pekabaran injil di tanah Papua.

Sebagai buah sulung dari pekerjaan pekabaran injil, maka kemudian pekerjaan Zending dilanjutkan oleh anak–anak asli Papua yang berhasil mendapatkan pendidikan injil itu sendiri, yakni setelah 101 tahun pewartaan pekabaran injil itu ditaburkan di atas tanah Papua, terbentuklah pos–pos pekabaran injil, pos pelayanan, bakal–bakal jemaat, jemaat–jemaat mandiri (Sinode Resort), maka kemampuan dan kemandirian untuk melanjutkan pekerjaan pekabaran injil itu mulai dirasakan dan mendapatkan tempat di hati para pekerja gereja.

Katanya, hal itulah yang mendasari seluruh komitmen untuk menyelenggarakan proto sinode, yaitu persiapan sidang sinode pada tanggal 19 – 24 September 1954 di Serui. Berawal dari proto Sinode GKI di Serui 1954, dalam kandungan Allah selama 730 hari (2 tahun) dan dilahirkan atas kehendaknya, tepat tanggal 26 Oktober 1956 di gereja Harapan Hollandia Binenn (kini Abepura) menjadi saksi adanya harapan bagi segenap umat GKI di tanah Papua tentang sebuah sumber pengharapan yang abadi.

Sidang Sinode pertama yang dilangsungkan itu menjadi tonggak sejarah lahirnya lembaga dan organisasi Gereja Kristen Injili di Netherland New Guinea yang kemudian hari berubah menjadi Gereja Kristen Injili di Irian Barat, Gereja Kristen Injili di Irian Jaya dan selanjutnya menjadi Gereja Kristen Injili di Tanah Papua.

Baca Juga:  Seruan dan Himbauan ULMWP, Markus Haluk: Tidak Benar!

Pdt. Mofu lalu mengutip dua penggalan teks pidato Pdt.I.S Kijne pada pelantikan atau pengesahan berdirinya Sinode GKI di New Guinea (tanah  Papua) dari teks asli dengan durasi 12 menit, 5 detik pada tanggal 26 Oktober 1956 yang berbunyi;

… “Kalau kita bersama-sama dalam persidangan istimewa ini dari sinode umum, berkumpul merayakan sinode sendiri dari pada Gereja Kristen Injili, kita mesti ingat nats dari surat Ibrani 11:1, “adapun iman itulah percaya yang sungguh akan hal perkara-kara yang diharapkan, dan keyakinan perkara-kara yang tidak kelihatan,”…

“Saya tidak boleh lupa perkataan dari Pdt. Frans van Hasselt waktu pada tahun 1931, ia berpisah dari pekerjaan Zending. Bertahun-tahun lamanya ia menjadi perintis dan pemimpin dari pekerjaan Zending. Ialah juga yang pertama membuat rancangan untuk pekerjaan itu. Ialah juga yang pertama mulai mempelajari dengan teliti bagaimana kehidupan kaum Papua. Dan bagaimana hidup jiwa kaum Papua. Tetapi pada waktu perpisahannya, ia mengaku bahwa ia lebih dipimpin dari pada ia memimpin pekerjaan itu.”

“Ia telah mengaku bahwa kalau kita bekerja di antara bangsa Papua, harus perhatikan dua hal: yang pertama, bahwa bangsa ini mempunyai satu panggilan dari pada Tuhan Allah yang tidak kelihatan; dan yang kedua, bangsa ini dapat satu kepahaman yang belum kelihatan. Siapa yang bekerja dengan insyaf dan sadar di dalam negeri ini. Berjalan dari pengalaman heran sampai kepada pengalaman heran. Dan itulah hal yang memimpin pengembangan di negeri ini. Kita boleh berdiri akan menjadi juru mudi dengan memegang kemudi itu, tetapi kita sendiri tidak menentukan ke mana angin dan kemana arus itu……”

Sidang Sinode XVIII Waropen yang baru saja kita lewati telah menjadi tonggak sejarah baru bagi rumah besar GKI di Tanah Papua karena telah menetapkan amandemen tata gereja dan peraturan- peraturan baru (revormulasi dan restrukturisasi), rencana strategis (renstra) pembangunan pelayanan GKI, tata kelola  pendidikan GKI, dan pengembangan tata ibadah pelayanan GKI. Secara  khusus, proses amandemen tata gereja telah dibahas dalam tiga sidang sinode, yakni Sidang Sinode XV Wamena, Sidang Sinode XVI Sentani, dan Sidang Sinode XVII Waisai dengan tiga kepemimpinan sinode yang berbeda pula. Dan pada Sidang Sinode XVIII Waropen telah menjadi sidang sinode yang sangat berjasa bagi perjalanan rumah besar GKI di Tanah Papua.

Baca Juga:  Hari Konsumen Nasional 2024, Pertamina PNR Papua Maluku Tebar Promo Istimewa di Sejumlah Kota

Hal ini dimaksudkan sebagai bagian dari upaya dalam menata rumah besar GKI di Tanah Papua, dimana Badan Pekerja Am Sinode telah menata, mengatur, memulihkan, iklim kerja yang kondusif, dan nyaman yang dibalut dalam ikatan kasih dan persaudaraan menuju peningkatan kesaksian, persekutuan, dan pelayanan dalam sebuah kedewasaan yang mandiri. Upaya-upaya inilah yang disebut dengan restorasi dan reformasi dalam rumah besar GKI di Tanah Papua menuju kemandirian dalam berteologi, dalam sumberdaya manusia GKI.

Selanjutnya, Pdt. Mofu menjelaskan, dalam menata rumah besar GKI di Tanah Papua, Badan Pekerja Sinode GKI telah menata, mengatur, memulihkan, iklim kerja yang kondusif dan nyaman yang dibalut dalam ikatan kasih pada suatu keadaan baru menuju peningkatan kesaksian, persekutuan dan pelayanan sebagai sebuah kedewasaan yang mandiri.

Restorasi dan reformasi dalam GKI di Tanah Papua dimaksudkan dalam rangka penataan segala harta kekayaan berupa aset bergerak dan tidak bergerak menuju kemandirian dalam berteologi, dalam sumberdaya manusia GKI. Pada tahun 2013 yang lalu, ditetapkan sebagai tahun di mana GKI di Tanah Papua memasuki era misioner, yakni melakukan proses pengutusan, pengadaan barang dan jasa untuk membangun GKI dalam berbagai aspek agar aspek mandiri dan misioner dapat terwujud.

Restorasi dan reformasi GKI di Tanah Papua dalam menciptakan suasana kehidupan sorgawi, suasana kerajaan Allah yang telah menyatu dalam injil, kini telah berproses terus-menerus di tengah– tengah kehidupan bergereja dalam mambawa tanda–tanda syalom Allah dan persekutuan yang ideal. Dan untuk itulah, kondisi ideal inilah yang harus dijaga dan dipertahankan sebagaimana doa yang Yesus ajarkan dalam doa bapa kami: ”datanglah kerajaan-mu, jadilah kehendak-mu di bumi seperti di sorga.”

Para pemimpin Sinode GKI di Tanah apua sejak dijabat oleh orang asli Papua hingga saat ini. (Ist)

Katanya, konteks datanglah kerajaan-mu, dan jadilah kehendak-mu juga berlaku bagi Gereja Kristen Injili di Tanah Papua seperti yang terjadi di sorga.

Kemudian, dalam konteks mendukung restorasi dan reformasi itu, Pemerintahan Provinsi Papua telah menaruh perhatian melalui surat edaran Gubernur Papua No. 003.2/12709/2/2015 tertanggal 22 Oktober 2015, yang ditetapkanlah tanggal 26 Oktober menjadi hari libur resmi (libur fakultatif) yang berlaku di seluruh sektor pemerintahan di Provinsi Papua. Ini didasari bahwa GKI di Tanah Papua adalah gereja yang bersifat oikumenis dan bukan gereja suku, karena anggota jemaatnya berasal dari orang Papua dan orang non Papua – dari berbagai suku bangsa dengan latar belakang keanggotaan gereja yang berbeda pula.

Baca Juga:  Pertamina Patra Niaga Regional Papua Maluku Lakukan Sidak ke Sejumlah SPBU Sorong

Ia juga menyampaikan terkait pengembangan GKI melalui rumah besar GKI, dimana jumlah warga jemaat dan jumlah klasis di seluruh tanah Papua, yaitu terdiri dari 70 klasis, 12 persiapan klasis dan 1.687 jemaat, 135 jemaat persiapan, 39 pos pekabaran injil, dan 115   pos pelayanan.

Selain itu, hal-hal yang tidak kalah penting yang dikerjakan GKI pada Sidang Sinode GKI di Waropen adalah pemetaan terhadap lembaga pendidikan kristen yang berada di bawa GKI di tanah Papua.

Reformasi pada aspek tata kelola kelembagaan yang lebih profesional, bertanggungjawab dan dapat dipercaya, mendorong terciptanya akses pendidikan yang adil dan merata bagi semua warga gereja di semua jenjang pendidikan, dan meningkatkan partisipasi warga  gereja terhadap dana pendidikan 4 % secara bertahap dinaikan hingga 10 % dengan mekanisme pengelolaan yang transparan dan akuntabel, menumbuhkan minat baca tulis bagi warga gereja agar dapat menekan angka partisipasi melek huruf.

Menyediakan fasilitas untuk mengakses kegiatan membaca dan menulis (literasi) secara baik dan benar, dan menjalankan pendekatan pembangunan yang bersifat tematik, holistik, integratif dan spasial dalam lembaga pendidikan kristen.

“Hari ini 66 tahun yang lalu kita mengingat kembali jemaat GKI Harapan Abepura memiliki nilai hostoris terkait dengan berdirinya GKI menjadi gereja yang mandiri, bersama dengan jemaat jemaat lainnya adalah buah pekabaran injil yang oleh para Zending pada 26 Oktober 1956 itu menyatukan diri menjadi Gereja Kritsten Injili di Nedherlands Nieuw Guinea. Dengan menyatunya jemaat jemaat Zending menjadi GKI, maka pekerjaan para Zending berakhir tetapi tugas pekabaran injil tidak berkahir karena  dilanjutkan GKI.

Untuk itu Pdt. Mofu mengajak semua warga GKI di Tanah ini, “mari kita bersyukur dan wajib berkreasi, berinovasi, dan bekerja keras dengan setia dan dengar-dengaran kepada Tuhan atas hidup dan kerja kita semua yang terjadi dalam rumah besar GKI di Tanah Papua.”

Sambutan Ketua BPS Sinode GKI-TP pada Hut ke- 66 Tahun 2022..

 

REDAKSI

Terkini

Populer Minggu Ini:

Mahasiswa Papua di Sulut Akan Gelar Aksi Damai Peringati Hari Aneksasi

0
“Jadi hasil akhir dari diskusi bahwa tanggal 1 Mey 2024 akan dilakukan aksi damai (aksi kampanye), sementara yang menjadi penanggung jawab dari aksi 1 Mei 2024 ini adalah organisasi KNPB Konsulat Indonesia yang dibawahi oleh saudara Agusten dan Kris sebagai coordinator lapangan,” jelas Meage.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.