Miris! Rumah Bantuan Banjir Bandang Dijual dengan Harga 50-100 Juta Per Unit

0
731

SENTANI, SUARAPAPUA.com — Sejumlah rumah bantuan banjir bandang di kelurahan Hinekombe, Sentani dilaporkan dijual dengan harga 50-100 juta rupiah.

Hal ini disampaikan Aser Suebu, Ketua RT Kemiri, Kelurahan Hinekombe Sentani.  Dia meminta dinas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk cek ulang karena banyak perumahan bantuan Buda Suci yang terjual habis.

“Kebanyak yang dapat rumah ini bukan korban banjir bandang Sentani pada 16 Maret lalu, tapi justru mereka yang dari luar yang bukan korban. Terus yang kasih kunci rumah ini bukan aparat kampung atau pengurus yang kasih,” kata Suebu kepada suarapapua.com, saat ditemui di Sentani, Jayapura, pada Rabu (9/11/2022). 

Ia menjelaskan, perumahan Buda Suci ini harus diberikan sesuai dengan daya yang ada, agar tidak menimbulkan masalah.

“Mereka yang masuk dan tempati rumah ini, mereka rasa bahwa mereka punya hak karena tinggal di daerah kemiri, padahal perumahan ini diperuntukan untuk korban banjir bandang Sentani,” jelasnya.

ads
Baca Juga:  Hindari Jatuhnya Korban, JDP Minta Jokowi Keluarkan Perpres Penyelesaian Konflik di Tanah Papua

Menurutnya, ada banyak informasi kalau perumahan-perumahan tersebut diperjualbelikan kepada orang lain. 

“Memang ada informasi kalau ada rumah-rumah di sana yang dijual. Kisaran harga jualnya  50-100 juta per rumah. Kebanyak yang jual rumah ini yang bukan korban, artinya rumah yang mereka dapat itu bukan dari aparat atau pengurus yang kasih, merek semacam serobot masuk,” bebernya.

Lanjutnya, banyak warga yang serobot masuk, karena mereka juga merasa warga Kemiri yang punya hak untuk mendapatkan rumah. 

“Ketika kita aparat kampung memberikan penjelasan kalau rumah ini untuk aparat kampung, mereka merasa bahwa mereka sebagai warga di Kemiri juga punya hak untuk masuk,”. 

“Ini yang buat sampai yang benar-benar korban itu tidak dapat tempat. Saya ini juga termasuk korban. Sampai sekarang saya masih di SKB. Saya aparat kampung tapi tidak dapat rumah. Rumah yang di bangun itu ada 300 unit, sedangkan yang benar-benar korban itu dibawa 300,” ucapnya.

Baca Juga:  KPU Papua Terpaksa Ambil Alih Pleno Tingkat Kota Jayapura

Aparat kampung menjadi kendala dalam menertibkan warga yang main masuk saja di perumahan lantaran tidak bisa mengontrol perumahan Buda Suci. 

“Mereka main bongkar pintu masuk dan terus barang di dalam. Ketika kami mau kasih keluar susah untuk dikeluarkan. Kami berharap pemerintah dapat melihat persoalan ini dengan serius, kroscek nomor rumah sesuai dengan pemilik atau tidak, kalau tidak berarti pemerintah ambil langkah seperti apa, agar yang benar-benar korban ini bisa tempati,” tandasnya. 

Keluhan yang sama pernah disampaikan Wakil Ketua Dewan Adat Suku (DAS) Sentani, Orgenes Kaway mengingatkan pemerintah dan pihak terkait lainnya agar pembangunan sebanyak 300 rumah untuk korban banjir bandang Sentani pada 16-17 Maret 2019 lalu, tidak salah sasaran.

Baca Juga:  Seorang Fotografer Asal Rusia Ditangkap Apkam di Paniai

Ia mengatakan pada 29 September 2019, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Munardo, Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw dan Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi meletakkan batu pertama pembangunan 300 unit hunian tetap untuk korban banjir bandang Sentani yang merupakan bantuan dari Yayasan Buddha Tzu Chi. Ratusan rumah tersebut dibangun di atas lahan seluas lima hektar di areal relokasi di Kemiri, Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura.

“Jika nanti 300 unit rumah ini selesai dibangun, maka yang mesti diutamakan adalah korban yang tidak lagi memiliki rumah. Yang rumahnya hanyut atau tertimbun lumpur, pasir, kayu dan batu saat banjir bandang,” kata Kaway seperti dikutip media ini dari Jubi.id.

 

Pewarta: Yance Wenda
Penyunting Naskah: Yance Agapa

Editor: Arnold Belau

Artikel sebelumnyaKNPB Pusat Kutuk Kelompok Gadungan Menggunakan Atribut Gelar Aksi Demo
Artikel berikutnyaWPFA Mendukung Perjuangan Bangsa West Papua