BeritaKesehatanTelan Korban, Warga Sekitar TPS Waibu Minta Segera Dipindahkan

Telan Korban, Warga Sekitar TPS Waibu Minta Segera Dipindahkan

SENTANI, SUARAPAPUA.com — Tempat pembuangan sementara (TPS) yang terletak di kampung Doyo Lama, distrik Waibu, kabupaten Jayapura, Papua, berdampak buruk terutama bagi warga masyarakat yang tinggal tak jauh dari lokasi tersebut.

Pdt. Wakius Biniluk mengungkapkan, akibat busuknya sampah di TPS Waibu, warga yang berdomisili di sekitar TPA terpaksa dipindahkan, terutama anak-anak dan ibu hamil.

“Anak-anak dan ibu hamil kita pindahkan ke tempat lain untuk menghindari bau dari sampah yang dibakar,” kata Pendeta Wakius Biniluk kepada suarapapua.com di kediamannya, akhir pekan lalu.

Biniluk akui dampak dari sampah yang dibuang hingga dibakar banyak yang mengalami sakit paru-paru, batuk dan badan kurus. Selain itu, berdampak terhadap tanaman mereka.

“Sebelum tempat sampah ini dibuat kami sudah lama masuk tinggal di sini. Jadi, waktu mantan bupati Mathius Awoitauw dan Ondo buat kesepakatan untuk tempat pembuangan sementara ini dipindahkan ke Waibron, tetapi tidak ada tindak lanjut,” tuturnya.

Baca Juga:  Freeport Indonesia Dukung Asosiasi Wartawan Papua Gelar Pelatihan Pengelolaan Media

Wakius juga tak paham mengapa rencana pemindahan lokasi TPA ke Waibron tak juga dieksekusi hingga masa jabatan bupati berakhir.

“Dari waktu mereka bicara itu sampai sekarang tidak dikasih pindah, padahal ini hanya sementara. Kondisi saat ini sudah berdampak buruk bagi warga yang ada di sekitar sini.”

Berdampak terhadap kesehatan warga, karena menurutnya, ada banyak yang sakit-sakitan. Tak hanya  anak-anak, orang besar juga sama akibat dampak dari sampah.

“Ada yang sesak nafas, batuk. Malam hari panas sekali, tidak bisa tidur. Istri saya juga sakit paru-paru baru meninggal di sini. Ada sekitar 10 kepala keluarga, saya pindahkan ke gunung merah, Taruna dan Hawai, hanya untuk menghindari dampak sampah ini,” kata Wakius.

Biniluk mengaku pernah menyurati dinas lingkungan hidup agar ada tindakan pemindahan TPS tersebut.

“Sudah pernah saya ajukan surat. Dibilang akan dipindahkan ke Waibron. Tapi sama saja sampai sekarang tidak ada. Sudah tambah parah sekarang karena berbagai macam jenis sampah selalu dibuang di sini.”

Baca Juga:  Raih Gelar Doktor, Begini Pesan Aloysius Giyai Demi Pelayanan Kesehatan di Papua

Kondisinya semakin memprihatinkan. Sementara tak jauh dari TPS Waibu terdapat satu gedung Gereja Injili di Indonesia (GIDI). Gereja ini dibangun empat tahun lalu, sebelum adanya TPA.

“Kami sudah tinggal di sini sebelum TPA ini dibuat. Pada saat kami mau ibadah, biasa tutup hidung karena bauh busuk. Kami sudah kasih tahu ke petugas kalau hari Sabtu atau Minggu jangan bakar sampah. Tetapi begitu sudah. Warga di sini kena baik-baik resikonya,” tutur Biniluk.

Selama TPS masih ada tetap ada dampak asap pembakaran, karena itu ia mengaku telah meminta untuk rencana pembangunan gedung gereja juga dihentikan.

Begitupun jika masyarakat mau bikin kebun, diminta ditunda karena tanah tercemar zat kimia akibat sampah.

“Nanti kena dampak, jadi saya minta tidak usah bikin kebun. Kalau tanam untuk makanan babi tidak apa. Kami lihat pohon-pohon sampai mati. Rumah-rumah kotor. Orang sini susah dapat udara segar. Kami yang ada tinggal ini juga tahan-tahan saja,” tuturnya.

Baca Juga:  Asosiasi Wartawan Papua Taruh Fondasi di Pra Raker Pertama

Pendeta Wakius berharap penjabat bupati Jayapura memindahkan lokasi ke TPA Waibron yang telah disiapkan agar tak berdampak buruk bagi warga masyarakat di sekitar.

“Kami mau pak penjabat bupati kasih pindahkan secepatnya, karena dalam tahun ini kami mau bangun gereja. Tapi kondisinya seperti ini, jadi saya bilang sementara jangan dulu bangun karena nanti kasihan dampaknya terhadap warga jemaat,” jelas Wakius.

Sementara itu, Ronald, salah satu warga setempat mengaku geram tiap kali melintas selalu mengirup aroma sampah busuk.

“Saya selalu lewat bau busuk sekali. Tidak kuat tahan. Rasa pusing sampai mau muntah. Kasihan orang-orang di sini pasti berbahaya sekali sama kesehatannya,” kata Ronald.

Pewarta: Yance Wenda
Editor: Markus You

Terkini

Populer Minggu Ini:

Aksi Hari Aneksasi di Manokwari Dihadang Aparat, Pernyataan Dibacakan di Jalan

0
“Pukul 11. 04 WP pihak keamanan hadirkan pihak DPR PB. Pukul 12. 05 WP, massa aksi kami arahkan untuk menyampaikan orasi politik dari masing-masing organisasi. Akhir dari orasi politik membacakan pernyataan sikap.”

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.