SENTANI, SUARAPAPUA.com — Pelayanan seutuhnya dari para misionaris harus dihargai dan dijadikan sebagai pelajaran berharga dalam melayani sesama di Tanah Papua. Kehadiran Gereja Gereja Injili Di Indonesian (GIDI) tak terlepas dari karya besar para misionaris yang datang dari berbagai negara sejak puluhan tahun silam.
Pdt. Dorman Wandikmbo, presiden GIDI, dalam sambutannya pada tiga kegiatan besar yang diadakan di Sentani, kabupaten Jayapura, Papua, mengungkapkan, hasil karya luhur para misionaris telah dirasakan manfaatnya hingga hari ini.
“Sejak 50 tahun yang lalu, Tuhan memberikan sebuah visi besar untuk menyiapkan tempat ini. Dari tempat inilah kami tumbuh, tempat inilah yang menjadi rumah GIDI dan dapur GIDI, karena itu tiga badan misi menyampaikan terima kasih banyak. Kedatangan para misionaris dari berbagai negara dengan satu tujuan yakni menyelamatkan jiwa-jiwa orang Papua,” ujarnya pada penutupan kegiatan yang berlangsung di kampus STAKIN, Sentani, Minggu (29/1/2023).
Tiga kegiatan yang baru saja diselenggarakan yakni rapat badan pekerja lengkap GIDI, perayaan yubileum STAKIN, dan konferensi pendidikan. Kegiatan diadakan selama sepekan, sejak tanggal 23 hingga 29 Januari 2023.
Misi mulia para misionaris harap Dorman, harus terus dilanjutkan.
“Para misionaris datang dari berbagai negara, ada yang dari Amerika, Kanada dan Australia. Mereka datang ke Papua tidak membawa nama negara dan nama organsiasi, tetapi mereka membawa satu misi membuat kita jadi satu, baik orang Lani, Yali, Kimyal, Meek, Hubla, Sentani, semua suku dari gunung sampai pantai kita bisa bersama-sama di sini karena Tuhan Yesus pakai mereka hingga hari ini kami ada dan duduk bersama ini,” tuturnya.
Kedatangan para misionaris bahkan diakui hingga mempertaruhkan nyawa hanya demi mewartakan Kabar Sukacita Allah di Tanah Papua. Sebagaimana kesaksian Pdt. Jim Larkin, kata Dorman, menguatkan tekad untuk terus melayani Tuhan.
“Dari latar belakang keluarga dan latar belakang kehidupan sepenuhnya dia bersama istrinya memberikan nyawanya untuk kami orang Papua. Kepada keluarga besar UFM-Cross Word, RBMU-Word Time, APCM-Pioners, terima kasih banyak.”
Seturut dengan itu, tiga kegiatan besar diadakan untuk terus melanjutkan misi pewartaan hingga ke pelosok nun jauh.
“Kita hari ini telah mengadakan rapat BPL, perayaan yubileum dan konferensi pendidikan. Hasil-hasil yang telah kita putuskan, rekomendasikan dan evaluasikan nanti hasilnya akan diserahkan supaya bisa dibawa pulang dan disosialisasikan ke jemaat masing-masing,” kata Dorman.
Untuk itu, ia mengajak semua umat GIDI untuk belajar dari para misionaris yang datang ke Papua. Kedatangan mereka tidak dengan kepentingan lain, melainkan hanya satu tujuan saja.
“Saya mengajak kita belajar dari mereka. Gereja GIDI kedepan akan banyak tantangan dan persoalan yang terus kita hadapi. Sering muncul ego di dalam kehidupan suku, daerah, wilayah, tetapi kita terus belajar dari Tuhan Yesus seperti yang tertulis dalam Yohanes 17:21-22. GIDI tetap bersatu bersama Tuhan Yesus, seperti misionaris sudah tanamkan kepada kita sejak awal,” kata Dorman.
Dengan mencermati situasi Papua hari ini, Dorman kemudian menyarankan seluruh umat GIDI wajib menjaga persekutuan GIDI, juga menjaga iman dan kebersamaan sebagai anak Allah.
“Kita harus jaga semua itu agar baik gereja, komunitas, ke-Papua-an kita. Kita jaga kasih kita kepada Yesus sebagai sumber pengharapan dan hidup kita supaya kita tetap ada di dalamNya dan Gereja ada untuk menjadi berkat buat orang lain,” ujarnya.
Dalam sambutan tunggal presiden GIDI menyampaikan beberapa pesan penting kepada umat GIDI. Salah satunya waspada terhadap munculnya berbagai ajaran baru.
“Penyembahan berhala, keyakinan berhala banyak sekali muncul di mana-mana. Muncul komunitas di mana-mana. Tetapi mari kita jaga, para gembala, guru-guru Injil, mari kita jaga dan ajarkan supaya di dalam GIDI itu tetap memberitakan Injil karena penginjilan belum selesai,” pesan Dorman.
Di kesempatan sama, ia juga ucapkan terima kasih kepada alumni STAKIN sejak angkatan 1973 hingga sekarang.
“Dari sekian banyak lulusan, ada yang sudah mendahului kita dan yang ada hari ini baik siswa STAKIN, siswa STT dan dari 22 sekolah Teologi yang ada dibawah naungan GIDI, kita bangkit bersama agr terus melayani bersama, dan kita berkarya terus sampai Tuhan Yesus datang,” lanjutnya.
Gereja menurutnya ada untuk menjalankan misi mulia yakni mewartakan Firman Allah, berbicara menyelamatkan orang lemah, orang yang dianiaya, ditindas dan dijajah.
“Gereja tidak pernah berbicara untuk kepentingan diri sendiri. Bukan juga soal politik. Gereja berbicara hanya untuk menyelamatkan umat Tuhan. Gereja tidak pernah berbicara hal-hal yang lain. Kalau orang dibunuh, disiksa, mengalami penjajahan, maka di situlah tugas Gereja menyuarakan. Pasti kami akan berbicara itu,” tegas Wandikmbo.
Di bagian akhir, ia merasa sangat terharu dengan pengabdian total para misionaris di Tanah Papua.
“Saat kami dibunuh, kami ingat kamu. Saat kami dipenjarakan, kami ingat kamu. Saat kami dihujat, kami ingat kamu. Saat kami dibantai, kami ingat kamu karena kamu datang membebaskan kami, mendidik, menolong dan memberikan harapan kepada Yesus Kristus. Terima kasih pengabdianmu para misionaris dan misionaris lokal,” tandasnya.
Pewarta: Yance Wenda
Editor: Markus You