Tanah PapuaMeepagoJelang Pemilu 2024, Mahasiswa Wajib Hindari Politik Praktis

Jelang Pemilu 2024, Mahasiswa Wajib Hindari Politik Praktis

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Setiap orang tua menghendaki anaknya tuntaskan perkuliahan. Impian masa depan yang masih panjang tak perlu dipangkas oleh karena kepentingan sesaat. Termasuk terlibat dalam politik praktis di ajang pesta demokrasi lima tahunan.

Yoyakim Mujizau, salah satu tokoh intelektual Papua dari kabupaten Intan Jaya, mengemukakan hal itu menjawab suarapapua.com usai membuka secara resmi kegiatan Musyawarah Besar (Mubes) ke-VIII Ikatan Pelajar Mahasiswa Intan Jaya (IPMI-J) kota studi Jayapura, Sabtu (25/3/2023) siang di asrama mahasiswa Yahukimo, Perumnas 3 Waena, kota Jayapura, Papua.

Mujizau mengajak generasi muda tak usah terkontaminasi dengan segala dinamika politik yang nyaris terjadi di setiap pesta demokrasi. Sebaiknya hindari diri dari kubu-kubu berkepentingan di ajang pemilihan umum (Pemilu) 2024.

Mahasiswa-mahasiswi asal kabupaten Intan Jaya, harap Mujizau, fokuskan dengan perjuangan menyiapkan masa depannya. Tak perlu sibuk dengan urusan politik praktis. Tak juga bergabung mendukung kelompok tertentu di ajang pesta demokrasi, baik calon kepala daerah tingkat kabupaten/kota maupun gubernur, apalagi terjun langsung sebagai calon legislatif (Caleg) tanpa memikirkan nasib perkuliahan.

Yoyakim menghendaki masa depan generasi muda harus dirawat baik dengan tak tergesa-gesa paksakan terjun ke dunia politik musiman.

Baca Juga:  KPU Deiyai Tuntaskan Rekapitulasi Suara Pemilu 2024 Tingkat Kabupaten

Ketimbang sibuk mendukung calon kandidat bupati atau gubernur tertentu atau bahkan terjun langsung sebagai Caleg di bursa pemilihan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) pada pesta demokrasi 2024, ia sarankan sebaiknya fokus dengan kewajiban belajar banyak hal sebagai bekal pada waktunya nanti.

“Sekarang sudah masuk tahun politik. Februari 2024 ada pemilihan presiden, nanti bulan November itu pemilihan bupati, walikota, dan gubernur. Sebagai senior, saya berpesan kepada mahasiswa Intan Jaya yang lagi kuliah, waktu untuk adik-adik masih ada, masih panjang, jangan ikut terkontaminasi dengan politik. Fokus saja kuliah. Fokus sekolah saja,” kata Mujizau.

Saran tersebut menurut Yoyakim, mengingat mahasiswa punya masa depan yang panjang. Karena itu sebaiknya tak perlu terjun berpolitik. Konsekuensi logis ketika mahasiswa salah mendukung calon tertentu, resikonya akan terancam juga kepada mahasiswa lainnya. Contoh untuk mendapat bantuan pendidikan, kesalahan satu orang bisa berakibat kepada yang lain.

“Adik-adik mahasiswa punya waktu masih panjang. Kalau mahasiswa ikut terkontaminasi dengan politik praktis, salah mendukung calon akan terancam tidak mendapat biaya pendidikan kalau itu yang terpilih berpikiran kerdil. Orang yang berjiwa kader, pasti dia akan berpikir netral, walaupun tidak didukung mahasiswa. Jadi, sebaiknya, mahasiswa tidak ikut politik. Ya, jangan sampai satu yang salah semua mahasiswa jadi korban. Satu yang buat semua mahasiswa akan kena. Jangan sampai semua kena dan korban dari politik. Ini untuk tidak korbankan masa depan adik-adik,” tuturnya.

Baca Juga:  Kronologis Tertembaknya Dua Anak Oleh Peluru Aparat di Sugapa, Intan Jaya

Karena itulah mahasiswa-mahasiswi disarankan tak usah terjun ke dunia politik, termasuk bertarung di bursa Caleg. Syukur bila berhasil. Jika gagal, ia anggap itu satu upaya bunuh diri masa depan menggapai impian emasnya.

Mujizau tak persoalkan jika sudah selesai studi lalu mau mencoba bertarung. Berbeda jika sebaliknya. Cuti kuliah atau bahkan putus kuliah, paksakan diri maju Caleg. Baginya, itu sama saja tak sayang orang tua yang selalu berjuang keras membiayai, tetapi gagal bahagiakan lantaran putus di tengah jalan.

“Saya ingatkan, terutama mahasiswa yang berniat maju Caleg, tidak usah putus kuliah. Resikonya besar. Berbahaya nanti kalau kemudian tidak terpilih, pasti putus kuliah. Itu rugi dua kali lipat. Tidak dapat kursi, putus kuliah pula. Pasti harus tunggu tahun berikut untuk lanjutkan kuliah. Itu artinya mahasiswa tidak sayang orang tua. Rugi sekali kalau itu yang terjadi. Makanya, saya pesan, mahasiswa harus sayang sama orang tua,” bebernya.

Baca Juga:  Freeport Indonesia Bangun Jembatan Hubungkan Kampung Banti 2 dan Banti 1

Sekali lagi Yoyakim Mujizau berpesan, “Harus hargai orang tua di kampung. Kasihan sama orang tua. Hargai hasil kerja keras mereka tiap hari kumpul-kumpul seribu dua ribu yang biasa dikirim itu untuk biayai perkuliahan. Selesaikan studi dulu barulah nanti diatur kemudian mau ke arah mana. Sekarang ini tahun politik, harapan saya, adik-adik mahasiswa tidak ikut politik tahun 2024.”

Agustinus Tapani, pembina IPMI-J kota studi Jayapura sepakat dengan sejumlah pesan dan saran dari Yoyakim Mujizau.

Tapani berpesan adik-adiknya fokus belajar. Kuliah dan bekali diri dengan berbagai keterampilan dan pengetahuan yang pada saatnya di lapangan akan bermanfaat.

“Tujuan datang ke sini jauh dari kampung halaman itu duluan selesaikan. Dukung mendukung dan soal politik itu bukan urusan mahasiswa,” ujar Agus.

Generasi penerus masa depan juga diharapkan tak mudah terhasut rayuan pihak manapun sehubungan dengan pesta demokrasi tahun 2024.

Pewarta: Markus You

Terkini

Populer Minggu Ini:

Non OAP Kuasai Kursi DPRD Hingga Jual Pinang di Kota Sorong

0
SORONG, SUARAPAPUA.com --- Ronald Kinho, aktivis muda Sorong, menyebut masyarakat nusantara atau non Papua seperti parasit untuk monopoli sumber rezeki warga pribumi atau orang...

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.