DEKAI, SUARAPAPUA.com — Kapal pengangkut Bahan Bakar Minyak (BBM) dikabarkan terkandas di tengah sungai Brasa. Akibatnya, penyaluran BBM di SPBU Dekai, kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan, macet. Bahkan terjadi kelangkaan BBM beberapa waktu terakhir. Warga sangat kesulitan mendapatkan BBM.
Decky Rumpaisum, manager lapangan SPBU PT Line Agung Mas, Dekai, Rabu (26/4/2023) siang, menjelaskan, kekosongan stok BBM itu akibat air di sungai Brasa surut, mengakibatkan kapal bermuatan BBM tidak bisa tembus hingga ke pelabuhan Logpon Dekai.
“Selama beberapa hari ini memang sangat terasa dampaknya. Kapal bermuatan BBM itu bisa tembus kalau airnya bagus atau tidak surut,” kata Rumpaisum saat ditemui di ruang kerjanya.
Decky mengaku solusi dari SPBU Line Agung Mas adalah mengambil langkah dengan menggunakan kapal berbadan kecil untuk mengangkut BBM agar mencukupi kebutuhan masyarakat umum di Dekai dan umumnya Yahukimo.
“Pada tanggal 21 April itu kita punya BBM masuk. Kapal terkandas. Untuk mengatasi kelangkaan BBM, akhirnya kita pakai kapal langsing dengan bermuatan 10 ton,” jelasnya.
Ketika menyalurkan 10 ton Pertalite, kata Decky, kapal besar sangat sulit tembus sungai Brasa hingga ke Logpon. Apalagi kapal besar bermuatan 70 ton. Untuk sementara pihaknya memperkirakan stok itu akan cukup untuk pelayanan selama berapa minggu kedepan.
“Ya, KM Dekai Mas itu muatannya 70 ton dibagi 50 ton pertalite dan 20 ton Bio Solar, jadi itu sudah muat di SBBU tinggal kita salurkan,” jelas Rumpaisum.
Dengan kondisi seperti itu, para konsumen diminta harap maklum.
Solusi berikut, pihaknya membatasi setiap kendaraan hanya mengambil BBM sesuai kebutuhan saja. Tidak lagi mengantri tiga sampai empat kali dalam sehari.
“Isi BBM sesuai kebutuhan saja. Kan motor 5 atau 10 liter. Tidak bisa isi pulang simpan, terus balik isi lagi. Kan kasihan, itu merugikan orang lain,” harapnya.
Sementara itu, Alisomon Sobolim, salah satu pengguna kendaraan sepeda motor justru mencurigai kelangkaan BBM dimanfaatkan para pengecer atau penjual di luar SPBU mengambil kesempatan untuk menaikan harga.
“Kekosongan BBM bukan baru kali ini saja, tapi hampir setiap bulan hal yang sama selalu terjadi. Para penjual BBM naikan harga sampai 50 bahkan 75 ribu per liter. Itu mahal sekali. Kami repot,” tutur Sobolim.
Pemerintah daerah dalam hal ini instansi terkait diharapkan jeli melihat kondisi di lapangan. Perlu ada kebijakan untuk stabilkan harga BBM sekaligus memastikan stoknya cukup tersedia.
“BBM itu salah satu kebutuhan utama dalam pelayanan umum. Selama ini memang selalu seperti begitu. Makanya berdampak buruk dalam pelayanan umum lainnya. Kebanyakan tidak betah tinggal di kota ini dan itu kerugian bagi pemerintah juga,” tandasnya.
Pewarta: Atamus Kepno
Editor: Markus You