ArtikelCatatan Aktivis PapuaPapua Merdeka Berdaulat Adalah Penggenapan Nubuatan

Papua Merdeka Berdaulat Adalah Penggenapan Nubuatan

Oleh: Selpius Bobii*
*) Koordinator Jaringan Doa Rekonsiliasi untuk Pemulihan Papua (JDRP2)

Kedatangan Negara Indonesia di Tanah Papua untuk menduduki dan menjajah pernah dinubuatkan oleh seorang tetua di Meepago bahwa, “Banyak orang akan datang ke Tanah Papua. Mereka akan menduduki dan menguasai Tanah Papua. Jumlah mereka banyak sekali ibarat daun cemara yang sangat banyak. Mereka pada umumnya berwatak keras dan tidak mau kompromi”.

Sudah 60 tahun bangsa Papua dianeksasi ke dalam NKRI. Tanggal 1 Mei 1963, bangsa Papua diserahkan oleh badan PBB (UNTEA) ke dalam pangkuan NKRI.

Nubuatan seorang tetua di Meepago itu terbukti bahwa negara Indonesia sejak 1 Mei 1963 datang menduduki dan menguasai Tanah Papua.

Dari pengalaman hidup bangsa Papua bersama NKRI selama 60 tahun terbukti bahwa kebanyakan orang Indonesia berwatak keras dan tidak bisa kompromi.

Negara Indonesia yang bermental baja memperlakukan bangsa Papua bagai binatang buruan. Menduduki dan menjajah adalah tabiat kolonial. Negara Indonesia menduduki dan menjajah bangsa Papua sudah 60 tahun.

Desakan bangsa Papua dan masyarakat internasional untuk membuka ruang dialog yang difasilitasi oleh pihak ketiga yang netral tidak direspons oleh negara Indonesia.

Baca Juga:  Hak Politik Bangsa Papua Dihancurkan Sistem Kolonial

Negara Indonesia berusaha menghindari desakan dialog yang bermartabat dan secara agresif menempuh pendekatan keamanan yaitu operasi militer dan penegakkan hukum. Semua kebijakan Jakarta yang diambil khusus untuk mengatasi masalah Papua tidak pernah menyentuh akar konflik di Tanah Papua.

Akar masalah Papua adalah distorsi sejarah politik bangsa Papua yaitu aneksasi bangsa Papua secara sepihak ke dalam NKRI, yang diawali dengan maklumat Tiga Komando Rakyat (Trikora) pada 19 Desember 1961 oleh presiden Soekarno.

Selama ini negara Indonesia selalu mengatakan bahwa ‘Papua dalam NKRI sudah final dengan adanya resolusi PBB 2504 pada tahun 1969’. Negara Indonesia tidak membuka ruang dialog dengan bangsa Papua untuk menyelesaikan segala permasalahan yang terjadi, lebih khusus distorsi sejarah politik bangsa Papua yang terjadi antara 1961 sampai 1969.

Segala kebijakan yang diambil oleh pemerintah Indonesia tanpa kompromi dengan bangsa Papua. Misalnya, kebijakan Undang-Undang Nomor 21 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Papua yang dipaksa diterapkan di Tanah Papua adalah produk Jakarta yang lahir secara sepihak untuk meredam aspirasi politik Papua Merdeka. Tetapi penerapan UU Otonomi Khusus Papua tidak mampu meredam aspirasi Papua Merdeka.

Baca Juga:  Indonesia Berpotensi Kehilangan Kedaulatan Negara Atas Papua

Watak keras kepala yang tidak akan kompromi yang dinubuatkan oleh tetua adat di Meepago benar terbukti. Selama ini Indonesia menghalalkan segala cara untuk mempertahankan bangsa Papua dalam bingkai NKRI.

Tetapi Indonesia tidak akan menduduki selamanya di Tanah Papua. Karena Tanah Papua ada dalam rencana dan ketetapan Tuhan. Para tetua adat tertentu di Tanah Papua sudah menubuatkan bahwa bangsa Papua akan merdeka berdaulat menjelang kedatangan Tuhan yang kedua kali ke dunia.

Ini juga menggenapi nubuatan para misionaris. Pendeta Izaac Samuel Kijne pernah bernubuat tentang masa depan Papua.

“Di atas batu ini saya meletakkan peradaban orang Papua. Sekalipun orang yang berkepandaian tinggi, akal budi dan marifat, tetapi tidak dapat membangun negeri ini. Bangsa ini akan bangkit untuk membangun dirinya sendiri”. Automeri – Wondama, 25 Oktober 1925.

Nubuatan Pendeta I. S. Kijne sungguh terbukti bahwa sudah tiga bangsa menduduki Tanah Papua (Belanda, Jepang dan terakhir Indonesia) untuk membangun peradaban orang Papua, tetapi gagal total. Pada waktu-Nya negara Indonesia juga akan segera angkat kaki dari Tanah Papua atas pertolongan Tuhan.

Juga ada seorang Imam Katolik Misionaris Belanda, yang pernah bertugas di Moanemani “Pater Ruigrok, OFM” pada tahun 1970-an. Ruigrok pernah menceriterakan kepada bapak Germanus Bobii, tentang nubuatan dari para nenek moyang Pater Ruigrok, tentang suatu etnik bangsa, dan (Pater Reigro meyakini bahwa bangsa itu Papua), yang sudah ditentukan Tuhan, yang akan dibangkitkan oleh Allah menjelang akhir zaman.

Baca Juga:  Kura-Kura Digital

Pater Ruigrok menceritakan bahwa kami datang ke Tanah Papua dengan petunjuk Tuhan, untuk persiapkan orang Papua, karena menjelang akhir zaman, Allah akan bangkitkan dan memberi kesempatan kepada bangsa Papua untuk memimpin. Beliau juga mengatakan bahwa kami akan pulang ke tanah kelahiran kami, tetapi suatu saat (pada waktu Tuhan), kami akan datang kembali ke tanah ini.

Selain itu, dalam suatu pertemuan yang digelar selama tiga hari di kampung Gakokebo, pada 1980-an, Pendeta Troutman mengatakan, “Tuhan sudah menyiapkan masa depan bagi bangsa Papua. Ada rencana Tuhan yang indah untuk negeri ini”.

Troutman juga menyatakan, “Dalam waktu dekat ini kami akan kembali ke tanah air kami, tetapi suatu saat kami akan kembali ke Papua”.

Masih banyak nubuatan lain. Nubuatan-nubuatan ini sedang dalam proses pengenapan. (*)

Jayapura, 1 Mei 2023

Terkini

Populer Minggu Ini:

Ribuan Data Pencaker Diserahkan, Pemprov PBD Pastikan Kuota OAP 80 Persen

0
“Jadi tidak semua Gubernur bisa menjawab semua itu, karena punya otonomi masing-masing. Kabupaten/Kota punya otonomi begitu juga dengan provinsi juga punya otonomi. Saya hanya bertanggung jawab untuk formasi yang ada di provinsi. Maka ini yang harus dibicarakan supaya apa yang disampaikan ini bisa menjadi perhatian kita untuk kita tindaklanjuti. Dan pastinya dalam Rakor Forkopimda kemarin kita juga sudah bicarakan dan sepakat tentang isu penerimaan ASN ini,” ujarnya.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.