PendidikanMargareta Douw: Guru Tanah, Pejuang Pendidikan dan Ekonomi Mama-mama Pasar Papua

Margareta Douw: Guru Tanah, Pejuang Pendidikan dan Ekonomi Mama-mama Pasar Papua

PANIAI, SUARAPAPUA.com — Margareta Douw, salah satu pendiri Sekolah Alternatif Papua (SAP), menghembuskan nafas terakhir, Minggu (7/5/2023) sekira pukul 18.08 WIB. Ia meninggal dunia dari Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Sardjito, Yogyakarta.

Margareta Douw dipanggil Tuhan setelah hampir dua tahun berkutat dengan sakit yang dideritanya. Benjolan tumor otak di tengah kepala.

Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi semua orang. Tak terkecuali para aktivis, anak-anak usia dini binaan SAP dan mama-mama pasar Papua di Jayapura yang mengenal dan merasakan langsung perjuangannya.

“Lebih sakit ketika generasi kita tidak bisa membaca dan menulis, lebih sakit jika mama-mama kita berjualan pinggiran jalan,” begitu komitennya yang cukup terkenal hingga ia dijuluki “Guru Tanah”.

Margareta Douw mendapat julukan “Guru Tanah” karena dalam melakukan kerja-kerja nyata dikenal sebagai pribadi yang konsisten, tidak pernah mengeluh, tidak pernah putus asa dan selalu ceria, dari sebelum dan sesudah sakit dengan mengabaikan sakitnya hingga meninggal.

Ia abaikan sakitnya hanya karena dari beberapa kali pemeriksaan di awal-awal sakit, kata dokter, sakit kepala yang dideritanya sakit kepala biasa.

Bersama SAP

SAP adalah sekolah khusus untuk melawan penindasan. SAP memiliki 3 motto, yaitu sekolah harus gratis, sekolah harus kritis, dan sekolah harus demokratis.

Margareta Douw dan beberapa rekannya mendirikan SAP pada 21 Maret 2021. Sejak didirikan, SAP kini memiliki 5 pos sekolah.

Sebagai mahasiswa, sambil kuliah pagi, sore hari Margareta aktif mengajar di SAP.

Perempuan Papua asal kabupaten Dogiyai ini selalu menghabiskan waktu bersama anak-anak didiknya sesuai jadwal belajar yang ditentukan.

Dalam mengembangkan organisasi petani perempuan untuk mama-mama pasar Papua di Jayapura juga ia aktif perjuangkan hingga ajal menjemputnya.

Baca Juga:  Seruan dan Himbauan ULMWP, Markus Haluk: Tidak Benar!

Ia bersama SAP kurang lebih 1,5 tahun. Sebagai guru ia mengajari anak-anak mengenal tulisan, berhitung dan bernyanyi.

Tidak hanya itu, orang tua dari anak-anak yang bekerja sama ini juga dididik –karena mayoritas petani– agar pendapatan ekonomi di pasar meningkat dan sukses.

Kronologi Sakit

Sakit diderita Margareta Douw sejak dua tahun lalu.

Saat itu, sekitar Juli 2022, ia ada di sekretariat SAP, yang beralamat Yabansai, Heram, kota Jayapura, mulai sering mengeluh sakit kepala.

Setiap kali timbul sakit, ia rutin lakukan pemeriksaan. Dari setiap pemeriksaan, dokter selalu bilang, sakit kepala yang dirasakan Margareta hanyalah sakit kepala biasa. Akhirnya Margareta mengabaikan sakitnya.

Masuk Juni 2022, Margareta Douw mewakili SAP mengikuti kegiatan di Yogyakarta. Selama kegiatan di sana, sakit kepala yang sering dirasakan, ia pendam sampai sempat mengalami pusing dan pendarahan.

5 Agustus 2022, Margareta Douw dari Yogyakarta ke Surabaya dan menggunakan kapal menuju Jayapura. Pada 11 Agustus 2022 tiba Jayapura. Dalam kapal ia mengalami kecelakaan, terjatuh pingsan dalam kamar mandi sampai kepala terkena wastafel dan terluka.

Setibanya di Jayapura, ia makin mengeluh sakit kepalanya sampai mengalami penurunan berat badan. Beberapa kali diantar ke Puskesmas, tetapi obat yang diberikan dokter tidak mengobati sakitnya.

Awal September 2022, sakit kepalanya semakin berat dan tak ditahan hingga mengganggu sampai ke saraf penglihatan (mata kabur). Akhirnya di minggu kedua September, ia pergi berobat ke Puskesmas untuk minta dirujuk. Tetapi mengalami kendala karena tidak punya BPJS Kesehatan membuat pengobatan tertunda.

Keluarga kemudian membantu mengurus BPJS. Prosesnya kurang lebih 3 minggu. Setelah kartu BPJS terbit, pada 25 Oktober, ia dirujuk dari Puskesmas ke RS Provita Jayapura.

Baca Juga:  Kepala Suku Abun Menyampaikan Maaf Atas Pernyataannya yang Menyinggung Intelektual Abun

Sakit kepala terus bertambah berat. Seluruh badan sakit, muntah-muntah dan mata kabur. Kondisi itu menjadi alasan untuk dilakukan rontgen kepala. Hasilnya harus ditunggu sekitar seminggu.

1 November 2022, hasil rontgen memperlihatkan benjolan di kepala. Sehingga dari dokter saraf dirujuk ke dokter bedah saraf. Benjolan atau tumor otak berada di tengah kepala, yang sulit untuk operasi dari Jayapura. Karena itu ia harus dirujuk ke luar Papua.

Dokter bedah saraf sesuai jadwal rawat jalan, satu kali dalam seminggu. Kondisi dokter bedah saraf yang tidak tahu cara rujuk antar rumah sakit menyebabkan kondisinya makin parah. Penundaan rujukan menyebabkan batang otak almarhum perlahan gagal fungsi.

Karena didesak keluarga dan teman-temannya, rumah sakit memberikan rujukan. Itupun rujukan diperoleh setelah Margareta diberangkatkan dan tiba di Yogyakarta.

30 November 2022, ia ditemani Antonius Ukago menuju Yogyakarta. Setelah tiba pukul 21.00 WIB di kos, karena demam dan sakit, ia dilarikan ke UGD RSUP Sardjito. Alasan sakitnya yang berat, pihak rumah sakit memutuskan untuk rawat inap dan pengobatan intensif.

Kebijakan dokter bedah saraf melakukan tahapan ulang untuk memeriksa sakitnya. Seminggu setelah rawat inap, dilakukan rontgen kepala. Hasilnya ditemukan penyebab sakit kepala yaitu benjolan yang tumbuh di otak belakang, menyebabkan suplai nutrisi dan oksigen ke otak terhambat. Itu mempengaruhi organ tubuh yang lain.

Lalu, dilakukan Biopsi (istilah operasi pengangkatan sampel), kemudian diperiksa di laboratorium dan diketahui sakit kanker otak stadium 4. Pengobatan lanjutan yaitu Kemoterapi dan Sinar. Meski banyak rintangan dan hambatan, tahap pengobatan dilakukan dengan baik.

Baca Juga:  Asosiasi Wartawan Papua Taruh Fondasi di Pra Raker Pertama

Selama pengobatan kanker, almarhum juga sakit paru-paru, gangguan ginjal, jamur mulut, dan Covid-19.

26 Februari 2023 ia harus menjalani penyinaran. Tetapi karena kondisi pasien sangat lemah tidak jadi dan dilarikan ke IGD dan rawat inap intensif selama 2 bulan 2 minggu.

Minggu, 7 Mei 2023, pukul 18.08 WIB, ia menghembuskan nafas terakhirnya.

Perjuangan Singkat

Margareta Douw meninggal pada usia 21 tahun. Lahir di kampung Kimupugi, distrik Kamuu, kabupaten Dogiyai, 1 September 2001.

Setelah 21 Maret 2021 bersama rekan-rekannya mendirikan Sekolah Alternatif Papua (SAP), Oktober 2021 Margareta Douw bergabung menjadi anggota Komunitas Green Papua.

Kemudian, saat Konferensi Nasional I Green Papua di Jayapura, Februari 2022, ia dipilih sebagai bendahara umum.

Selain terlibat mengajar dan berorganisasi, Margareta Douw terlibat juga dalam pembangunan organisasi petani perempuan di kota Jayapura.

Ia juga sering bersuara di jalan melakukan aksi demonstrasi menuntut keadilan terutama terhadap isu kaum perempuan. Sehingga dikenal sebagai perempuan yang tangguh dengan nilai-nilai feminis yang kuat, tegar dan tegak.

Sayang, gadis muda Papua itu harus berpulang lebih cepat.

Jenazahnya telah diterbangkan dari Yogyakarta ke Dogiyai melalui Jakarta dan Nabire, untuk kemudain dikebumikan di kampung halamannya.

Teman-teman seperjuangan, para aktivis, termasuk Green Papua Community, sangat kehilangan anak muda terbaik yang selama ini cukup berkontribusi besar dalam misi penyelamatan sesama orang Papua.

Komunitas Green Papua mengiringi kepergiannya, “Selamat jalan kawan pejuang. Kau telah melakukan yang terbaik untuk rakyat dan tanah Papua. Rest in peace and struggle, Kamerad Margareta Douw.”

Pewarta: Stevanus Yogi

Terkini

Populer Minggu Ini:

20 Tahun Menanti, Suku Moi Siap Rebut Kursi Wali Kota Sorong

0
"Kami ingin membangun kota Sorong dalam bingkai semangat kebersamaan, sebab daerah ini multietnik dan agama. Kini saatnya kami suku Moi bertarung dalam proses pemilihan wali kota Sorong," ujar Silas Ongge Kalami.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.