PartnersSeruan Mosi Tidak Percaya Kepada PM Marape Setelah Kerusuhan Mematikan di PNG

Seruan Mosi Tidak Percaya Kepada PM Marape Setelah Kerusuhan Mematikan di PNG

Editor :
Elisa Sekenyap

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com— Dampak politik dari kerusuhan mematikan di Papua Nugini terus berlanjut, termasuk seruan mosi tidak percaya terhadap Perdana Menteri James Marape.  

RNZ Pacific melaporkan, ada enam anggota parlemen dalam pemerintahan Marape telah mengundurkan diri setelah kerusuhan minggu lalu, di mana setidaknya selusin orang tewas.

Belden Namah, wakil dari Vanimo-Green, adalah anggota parlemen terbaru yang mengundurkan diri.

Namah adalah seorang anggota parlemen senior dan mantan kapten di Pasukan Pertahanan Papua Nugini.

Dia terlibat dalam menyingkirkan tentara bayaran Sandline pada tahun 1997 setelah kerusuhan dan penjarahan serupa. Dengan demikian, pengunduran dirinya merupakan pukulan telak bagi rezim Marape.

Baca Juga:  Angkatan Bersenjata Selandia Baru Tiba di Honiara Guna Mendukung Demokrasi Pemilu Solomon

Jumat lalu, Gubernur Morobe, Luther Wenge menyerukan agar Parlemen mengadakan sidang darurat untuk membahas isu-isu mendesak termasuk mosi tidak percaya.

Marape masih memiliki suara mayoritas dan mungkin akan mengumumkan perombakan kabinet dalam beberapa hari mendatang.

Diperkirakan akan ada kementerian-kementerian yang akan dirombak sehingga basis utama kekuasaan masih akan tetap terjaga.

Keadaan normal telah kembali di lapangan, satu-satunya ketegangan di dalam lingkaran politik, di mana orang-orang bersiap untuk mosi tidak percaya atau menyerukan mosi tidak percaya.

Baca Juga:  Gereja Pasifik Desak MSG Keluarkan Indonesia Jika Tidak Memfasilitasi Komisi HAM PBB Ke Papua

Harta benda dikembalikan
Setelah beberapa hari kerusuhan yang intens di Port Moresby, Lae dan daerah lain di Papua Nugini, jumlah korban tewas saat ini mencapai 22 orang.

Namun, diduga jumlah korban tewas yang sebenarnya, seiring dengan pulihnya ketertiban, akan lebih tinggi.

Penjabat Komisaris Polisi Donald Yamasombi meminta masyarakat untuk mengembalikan harta benda yang dicuri.

Yamasombi mengatakan kepada para penjarah untuk meninggalkan barang curian di luar rumah mereka untuk diambil oleh militer dan polisi, pada hari Sabtu dan Minggu.

Baca Juga:  Bainimarama dan Qiliho Kembali Ke Pengadilan Tinggi Dalam Banding Kasus Korupsi

Permintaannya dipenuhi dengan kepatuhan yang wajar.

Sepasang suami istri di Lae ditangkap karena menghina polisi melalui media sosial. Pasangan ini “dijadikan contoh” karena mendukung para penjarah.

Ada juga video para penjarah yang mengungkapkan ketidakpuasan mereka dan mengatakan kepada pemerintah mengapa mereka menjarah.

Ada perasaan bahwa sesuatu harus dilakukan. Ada rasa frustrasi yang mendasari di antara penduduk seperti kurangnya kesempatan bagi kaum muda dan masalah kaum muda yang tidak ditangani.

Rasa frustrasi masyarakat tercermin dari polisi PNG, mengenai kondisi perumahan, pekerjaan dan gaji mereka yang buruk.

Terkini

Populer Minggu Ini:

AMAN Sorong Malamoi Gelar Musdat III di Wonosobo

0
“Kita harus berkomitmen untuk jaga dan lindungi tanah adat untuk keberlanjutan hidup generasi kita,” kata Yulius kepada suarapapua.com pada 30 April 2024.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.