ArtikelCatatan Aktivis PapuaSaatnya OAP Keluar Dari Perbudakan Dosa dan Tirani Penjajahan Menuju Tanah Suci...

Saatnya OAP Keluar Dari Perbudakan Dosa dan Tirani Penjajahan Menuju Tanah Suci Papua

Oleh: Selpius Bobii*
*) Koordinator Jaringan Doa Rekonsiliasi untuk Pemulihan Papua (JDRP2)

Keluaran 14:13, Tetapi berkatalah Musa kepada bangsa itu: “Janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari Tuhan, yang akan diberikan-Nya hari ini kepadamu; sebab orang Mesir yang kamu lihat hari ini, tidak akan kamu lihat lagi untuk selama-lamanya.”

Perjalanan bangsa Papua hampir mirip dengan perjalanan bangsa Israel. Bangsa Papua pernah dikoloni di bawah pangkuan Belanda, lalu pada tahun 1942 pecah perang dunia II, sehingga wilayah Papua Barat jatuh ke tangan Jepang. Pada April 1944, Tanah Papua kembali direbut oleh sekutu yang dipimpin Amerika Serikat, sehingga Papua kembali dikuasai oleh Belanda.

Pada 1 Oktober 1962 (tepatnya 3 Oktober 1962) di kampung Harapan Jayapura, Gubernur Nieuw Guinea Raad menyerahkan adminitrasi perwalian Papua kepada badan PBB yang disebut UNTEA (United Nation Temporary Eksekutif Authority). Pada 1 Mei 1963, perwalian Papua dari UNTEA diserahkan lagi kepada pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Ada Tetua Adat Meepago telah menubuatkan tentang akan ada sebuah bangsa yang penduduknya banyak, bangsa itu akan menduduki Tanah Papua; tetapi pada saatnya akan angkat kaki dari Tanah Papua. Bangsa itu adalah bangsa Indonesia yang penduduknya hampir mencapai 270 juta jiwa yang sudah lama menduduki Papua selama 61 tahun dari sejak 1 Mei 1963.

Jika kita bandingkan dengan bangsa Isreal, mereka menjadi orang asing di bawah perbudakan Firaun di Mesir selama 430 tahun lamanya. Tentang ini tertulis dalam kitab Kejadian 15:13. Firman Tuhan kepada Abram: “Ketahuilah dengan sesungguhnya bahwa keturunanmu akan menjadi orang asing dalam suatu negeri, yang bukan kepunyaan mereka, dan bahwa mereka akan diperbudak dan dianiaya, empat ratus tahun lamanya”.

Dalam Keluaran 12:40 tertulis: “Lamanya orang Israel diam di Mesir adalah empat ratus tiga puluh tahun”. Bangsa Israel diperbudak, bahkan bayi laki-laki yang baru lahir dibunuh oleh para pasukan atas perintah Firaun dengan tujuan  depopulasi. Firaun takut bangsa Israel bertumbuh menjadi bangsa yang besar dan ia pun khawatir jangan sampai bangsa Israel bangkit memerangi Firaun.

Genaplah Firman Tuhan yang disampaikan kepada leluhur Israel (nabi Abraham) bahwa 400 tahun lebih mereka akan menjadi orang asing di tanah asing. Sehingga pada waktu-Nya, teriakan bangsa Israel sampai pada tahta Bapa Yahwe. Untuk membebaskan bangsa Israel, Bapa Yahwe memanggil nabi Musa yang mengabdi pada imam Yitro di Tanah Median.

Baca Juga:  Indonesia Berpotensi Kehilangan Kedaulatan Negara Atas Papua

Nabi Musa yang dahulunya diangkat dari sungai Nil oleh putri Firaun dan dibesarkan di bawah asuhan Istana, yang menjadi orang asing di Tanah Median itu, diutus oleh Bapa Yahwe untuk membawa ke luar bangsa Isreal dari perbudakan Firaun. Awalnya Musa menolak panggilan Bapa Yahwe dengan alasan tidak pandai bicara, namun Bapa Yahwe mempersiapkan kakak kandungnya “Harun”untuk menjadi juru bicara baginya.

Nabi Musa tidak dipilih dan diangkat oleh bangsa Israel, tetapi ia dipilih dan diutus oleh Bapa Yahwe. Awalnya banyak orang Isreal tidak percaya bahwa Musa adalah utusan Bapa Yahwe. Untuk membuktikan bahwa Musa adalah utusan Bapa Yahwe, maka berbagai tanda-tanda heran diperbuat oleh-Nya melalui nabi Musa. Ada 10 tulah yang dilakukan Bapa Yahwe lewat nabi Musa. Kematian anak sulung, termasuk anaknya Firaun membuka jalan bagi bangsa Israel untuk keluar dari perbudakan.

Malam pembebasan itu ditandai dengan “penyembelihan domba tambun dan makan dengan roti tak beragi”. Ada tertulis dalam kitab Keluaran 12:11-14 (TB) “Dan beginilah kamu memakannya: pinggangmu berikat, kasut pada kakimu dan tongkat di tanganmu; buru-burulah kamu memakannya; itulah Paskah bagi Tuhan. Sebab pada malam ini Aku akan menjalani tanah Mesir, dan semua anak sulung, dari anak manusia sampai anak binatang, akan Kubunuh, dan kepada semua allah di Mesir akan Kujatuhkan hukuman, Akulah, Tuhan. Dan darah itu menjadi tanda bagimu pada rumah-rumah di mana kamu tinggal: Apabila Aku melihat darah itu, maka Aku akan lewat dari pada kamu. Jadi tidak akan ada tulah kemusnahan di tengah-tengah kamu, apabila Aku menghukum tanah Mesir. Hari ini akan menjadi hari peringatan bagimu. Kamu harus merayakannya sebagai hari raya bagi Tuhan turun-temurun. Kamu harus merayakannya sebagai ketetapan untuk selamanya”.

Malam itu juga bangsa Israel diizinkan Firaun ke luar dari Mesir. Ada tertulis dalam Keluaran 12:41 “Sesudah lewat empat ratus tiga puluh tahun, tepat pada hari itu juga, keluarlah segala pasukan Tuhan dari tanah Mesir”.

Bapa Yahwe melalui nabi Musa menuntun bangsa Israel itu menuju Tanah Kanaan melalui jalan Padang Gurun. Tibalah bangsa itu di Laut Merah. Mereka pun terdesak di pinggir Laut Merah, karena dikejar Firaun bersama pasukannya. Bangsa itu memarahi nabi Musa karena Firaun dan pasukannya membuntutinya untuk dibunuh. Bangsa Israel tidak percaya akan kekuasaan Bapa Yahwe yang telah dibuatnya di Mesir melalui nabi Musa. Mereka khawatir, takut dan hilang harapan melihat Firaun dan pasukannya yang gagah perkasa.

Baca Juga:  Kura-Kura Digital

Ada tertulis dalam kitab Keluaran 14:10-12 (TB) “Ketika Firaun telah dekat, orang Israel menoleh, maka tampaklah orang Mesir bergerak menyusul mereka. Lalu sangat ketakutanlah orang Israel dan mereka berseru-seru kepada Tuhan, dan mereka berkata kepada Musa: “Apakah karena tidak ada kuburan di Mesir, maka engkau membawa kami untuk mati di padang gurun ini? Apakah yang kauperbuat ini terhadap kami dengan membawa kami keluar dari Mesir? Bukankah ini telah kami katakan kepadamu di Mesir: Janganlah mengganggu kami dan biarlah kami bekerja pada orang Mesir. Sebab lebih baik bagi kami untuk bekerja pada orang Mesir dari pada mati di padang gurun ini.”

Iman nabi Musa tidak dilenturkan oleh kedahsyatan Firaun dan pasukannya yang gagah perkasa yang kian mendekat. Nabi Musa berdiri kokoh di hadapan Bapa Yahwe. “Tetapi berkatalah Musa kepada bangsa itu “Janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari Tuhan, yang akan diberikan-Nya hari ini kepadamu; sebab orang Mesir yang kamu lihat hari ini, tidak akan kamu lihat lagi untuk selama-lamanya” (Keluaran 14:13).

Bapa Yahwe melalui nabi Musa menyelamatkan bangsa Israel dari kejaran Firaun dan pasukannya. Ada tertulis dalam kitab Keluaran 14:21-22 (TB) “Lalu Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, dan semalam-malaman itu Tuhan menguakkan air laut dengan perantaraan angin timur yang keras, membuat laut itu menjadi tanah kering; maka terbelahlah air itu. Demikianlah orang Israel berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering; sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka.”

Bangsa Israel yang hilang harapan itu, kini bersorak-sorai melihat kekuasaan Bapa Yahwe dan mereka menyeberang Laut Merah yang sudah dikeringkan dengan hembusan nafas Tuhan melalui tiupan angin. Di seberang laut, bangsa Israel kembali memuliakan Tuhan karena dengan mata kepala sendiri melihat keajaiban-Nya, di mana para pasukan Firaun yang gagah perkasa itu dimusnahkan Tuhan di Laut Merah.

Baca Juga:  Adakah Ruang Ekonomi Rakyat Dalam Keputusan Politik?

Ada tertulis dalam kitab Keluaran 15:4 “Kereta Firaun dan pasukannya dibuang-Nya ke dalam laut; para perwiranya yang pilihan dibenamkan ke dalam Laut Teberau”. Bapa Yahwe membasmi para pasukan dari Firaun dalam sekejap.

Nabi Musa tidak diizinkan Tuhan memimpin bangsa Israel memasuki Tanah Kanaan hanya karena sebuah kesalahan yang dilakukannya di Masa Meriba. Juga orang Israel yang tidak taat pada perintah Tuhan, mereka juga mati binasa melalui berbagai sebab di Padang Gurun selama 40 tahun. Generasi muda yang baru lahir di Padang Gurun bersama sedikit generasi tua yang taat pada perintah Tuhan, mereka itulah yang diizinkan-Nya memasuki Tanah Kanaan dipimpin nabi Yosua.

Demikian pula bangsa Papua akan diselamatkan oleh Bapa Yahwe dengan tangan kuat-Nya melalui anak Tunggal Bapa yaitu Tuhan Yesus Kristus. Hanya dalam nama Tuhan Yesus (Yeshua Hamashich) bangsa Papua akan dipulihkan indah pada waktu-Nya.

Saat ini, Tuhan sedang memberi sedikit waktu untuk “bangsa Papua lahir baru di dalam Tuhan” yaitu bertobat dari dosa, berdamai dengan siapapun sekalipun musuh, dan bersatu di dalam rencana kehendak Tuhan; bukan bersatu di dalam rencana kehendak manusia yang penuh ambisi dan kepentingan sektoral. Sesuai petunjuk Tuhan bahwa yang akan menikmati air susu dan madu di Tanah Suci Papua nanti adalah hanya dikhususkan bagi yang sudah ‘lahir baru” di dalam Tuhan yang senantiasa menguduskan diri dalam kebenaran Firman Tuhan.

Janganlah kita menganggap remeh dengan suara profetik ini. Dan inilah saatnya bagi bangsa Papua untuk ke luar dari perbudakan dosa dan tirani penjajahan. Atas pertolongan Tuhan, Papua pasti bisa.

Lukas 18:27 Kata Yesus: “Apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah.” Roma 8:31b “Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?” Wahyu 13:9 “Barangsiapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!”

“Selamat merayakan HUT ke 169 Pekabaran Injil di Tanah Papua, 5 Februari 1855 – 5 Februari 2024”

Akhirnya: “Satu rakyat satu jiwa siapkan jalan Tuhan”. (*)

Jayapura, Minggu, 4 Februari 2024

Terkini

Populer Minggu Ini:

Pemkab Yahukimo dan PGGJ Diminta Perhatikan Keamanan Warga Sipil

0
"Sampai saat ini belum ada ketegasan terkait pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di sana. Tidak ada ketegasan dari pemerintah daerah Yahukimo. Kami minta untuk segera tangani.”

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.