Nasional & DuniaDewan Gereja Pasifik Menyerukan Untuk Berdoa Bagi Keadilan dan Perdamaian di Papua

Dewan Gereja Pasifik Menyerukan Untuk Berdoa Bagi Keadilan dan Perdamaian di Papua

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Pacific Conference of Churches (PCC) menyerukan gereja-gereja anggota untuk berdoa bagi keadilan dan perdamaian di Tanah Papua dengan terjadinya eskalasi protes pada minggu ini.

Statemen ini direlease pekan ini oleh Dewan Gereja Pasifik yang bermarkas di Fiji dimana pihaknya mengutuk keras rasisme institusi melawan orang pribumi Papua Barat di Tanah Papua agar mendesak melakukan investigasi HAM atas apa yang terjadi di Tanah Papua.

Protes yang terjadi di Tanah Papua meletus dengan adanya insiden yang terjadi di Surabaya pada tanggal 17 Agustus 2019. Otoritas Indonesia menyerang asrama mahasiswa dan menangkap sejumlah mahasiswa Papua dengan dugaan merusak bendera Indonesia oleh salah satu dari mereka.

Baca Juga:  Ancaman Bougainville Untuk Melewati Parlemen PNG Dalam Kebuntuan Kemerdekaan

Di saat kejadian penangkapan, ormas nasionalis kumpul dan menyebut mahasiswa Papua dengan “Monyet’ dan sejumlah nada rasial lainnya dengan meminta memulangkan mahasiswa Papua keluar dari situ. Banyak dari mereka tertangkap dalam sebuah video yang dilihat di seluruh West Papua lalu meletus kemarahan dan melakukan demonstrasi besar-besaran di sejumlah kota utama di Tanah Papua.

“Dalam konteks keluarga Pasifik untuk menyebut saudara-saudari Melanesia di West Papua dengan ‘Monyet’ berarti menyebut semua orang Pasifik ‘Monyet,” sebagaimana peryataan PCC dalam release itu.

Baca Juga:  Pacific Network on Globalisation Desak Indonesia Izinkan Misi HAM PBB ke West Papua

“Kami menyerukan kepada Indonesia untuk sesegera mungkin mengijinkan akses Komisioner HAM PBB dan komisi PPB lainnya ke Papua.”

Seruan ini dikeluarkan setelah Sekretaris PCC Rev.James Bhagwan mengunjungi Papua Barat sebagai bagian dari delegasi Dewan Gereja Dunia (WCC) baru-baru ini. Ini bagian dari kunjungan terbesar pertama yang adalah kunjungan internasional setelah diintegrasi pada tahun 1969.

Dalam kunjungan itu, delegasi WCC menerima sebuah peryataan bersama pimpinan gereja di West Papua menyerukan “dukungan oikumene internasional untuk dialog komperhensip politik sebagai resolusi tentang situasi di West Papua.”

Sebagai respon, Komite Eksekutif WCC mengeluarkan statemen mengenai kekawatiran dan solidaritas untuk West Papua, mendukung pimpinan gereja dalam join bersama untuk dialog politik secara konperensip dan menyerukan kepada Pemerintah Indonesia guna mengijinkan akses organisasi HAM dan Jurnalis.

Baca Juga:  Dewan Gereja Pasifik Minta Dukungan Doa dan Solidaritas Rakyat Kanak Hadapi Tangan Besi Prancis

Statemen juga mengundang semua anggota gereja WCC “untuk berdoa dan mendukung saksi di West Papua – dan itu juga kepada PGI, PCC dan CCA – Semata-mata untuk keadilan dan kedamaian di wilayah ini.”

Statemen ini disiarkan di lamannya Uniting Church in Australia yang adalah anggota Pacific Conference of Churches (PCC) dan anggota Dewan Gereja Dunia (DWW).

Redaksi

Terkini

Populer Minggu Ini:

Theys Adalah Pejuang, Pemindahan Makam Harus Mendapat Persetujuan Rakyat Papua

0
“Alasan pemindahan makam Theys Eluay oleh Pemerintah Kabupaten Jayapura tidak masuk akal. Seakan makam Theys Eluayseperti  sampah yang harus dibersihkan. Seharusnya Pemerintah Kabupaten Jayapura memperbaiki jalan rusak, pembangunan Ruko yang sembarangan di kota Sentani, sebab makam Theys tidak mengganggu kota Sentani,” katanya.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.