KOTA SORONG, SUARAPAPUA.com— Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak kota Sorong mengungkapkan, Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) di Kota Sorong tinggi. Karena laporan yang didapat dinas tersebut tercatat sebanyak 67 kasus.
Sefnath Sangkek menjelaskan, banyaknya kasus tersebut terjadi karena beberapa faktor, antara lain karena kecemburuan, pendidikan dan ekonomi.
“Perempuan alami KDRT tetapi mereka tidak bisa melaporkan ke polisi karena mereka mempertimbangkan adat setempat,” jelasnya.
Baca Juga: 200 Pasangan akan Dinikahkan Secara Massal di Kota Sorong
Kata Sefnath, para ibu rumah tangga mau melaporkan suami mereka tetapi karena ada adat yang mereka tidak bisa langgar, akhirnya tidak melaporkan kasus itu.
“Kalo suami masuk tahanan pasti dari pihak laki-laki tuntut. Pas diproses masuk dalam sel, tapi istri ikut menangis ingat adat dan juga anak. Mereka sayang mereka punya suami. Padahal dapat pukul, lebih banyak mereka tidak melaporkan dan mereka ampuni suami mereka,” katanya kepada media ini di kantornya.
Sangkek mengaku, pihaknya selama ini melakukan sosialisasi dan pembinaan terhadap perempuan.
“Kami punya mitra di setiap lingkungan. Kami juga bermitra dengan komunitas-komunitas, gereja, dan mesjid. Sosialisasi yang kami lakukan adalah tentang UU Perlindungan anak dan perempuan,” jelasnya.
Dalam sosialisasi, kata dia, yang disosialisasikan adalah memberikan pemahaman tentang siapa itu perempuan.
“Perempuan juga tau diri. Dia itu tidak sekedar perempuan , tapi berperan dalam rumah tangga. Ke depan perempuan adalah faktor utama dalam keberhasilan keluarga,” kata Sangkek.
Sebagai laki-laki, ia mengimbau agar laki-laki di Kota Sorong tidak melakukan KDRT terhadap perempuan.
“Sekarang bukan lagi saatnya untuk melecehkan, meremehkan, apalagi memukul perempuan. Tidak boleh ada yang melakukan kekerasan terhadap perempuan. Harus jaga dan rawat karena telapak tangan yang Tuhan kasih bukan untuk pukul perempuan tapi untuk bekerja. Sebab perempuan adalah penentu keberhasilan dalam rumah tangga ke depan,” tegas Sangkek.
AMida Angger, salah satu staf di Dinas PPPA Kota Sorong, kepada media ini mengatakan, sebagai perempuan harus memiliki keterampilan tertentu. Karena selama ini laki-laki menganggap perempuan hanya tinggal di rumah dan melayani anak serta suami.
“Kalo kita punya kemampuan. Itu pasti menunjang ekonomi dalam keluarga. Itu salah satu hal yang mengurangi kekerasan dalam rumah tangga,” jelasnya.
Pewarta: SP-CR03
Editor: Arnold Belau