BeritaAliansi Merah Hitam Desak Polres Sorong Bongkar Mafia BBM

Aliansi Merah Hitam Desak Polres Sorong Bongkar Mafia BBM

AIMAS, SUARAPAPUA.com— Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Merah Hitam (AMH) mendesak Kepolisian Resort (Polres) Kabupaten Sorong membongkar mafia Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi yang menyebabkan kelangkaan dan antrian panjang di sejumlah Stasion Pengisian Bahan Bakar (SPBU) di Kabupaten Sorong dan Kota Sorong, Papua Barat.

Andreas Malakame, Koordinator Aliansi Merah Hitam (AMH) menyatakan, kelangkaan BBM di sejumlah SPBU yang ada di Sorong diakibatkan karena adanya mafia yang bermain.

“Untuk diketahui secara publik selama ini ada beberapa modus yang dilakukan mafia minyak untuk mencuri BBM bersubsidi. Mereka menggunakan perusahaan fiktif untuk memperoleh BBM subsidi,” tegas Andreas Malakame saat aksi di halaman Kantor Kepolisian Sektor (Polres) Kabupaten Sorong, Senin (22/8/2022).

Pihaknya menduga adanya perusahaan fiktif yang melakukan penimbunan BBM bersubsidi dan mengekspor ke luar Sorong dengan harga yang lebih tinggi.

Baca Juga:  ULMWP Mengutuk Tindakan TNI Tak Berperikemanusiaan di Puncak Papua

“Kami menduga ada perusahaan yang menampung minyak dan menjualnya ke luar Sorong. Aneh Sorong ini dijuluki kota minyak, tapi antrian di SPBU setiap hari ada saja antrian panjang dan berjam-jam,” tukas Andreas.

Yeheskiel Kalasuat, salah satu dari massa aksi menambahkan Kepolisian Daerah Papua Barat (Polda) telah mengantongi sejumlah nama mafia BBM di Sorong, namun hingga saat ini belum ada tindakan nyata yang terlihat.

“Dari pemberitaan beberapa media bahwa Polda Papua Barat mengakui telah mengantongi sejumlah nama-nama mafia BBM di Papua Barat. Tapi sampai saat ini di Sorong antrian masih panjang di setiap SPBU. Sebelumnya, Kapolda Papua Barat dalam kunjungan kerja ke Sorong bulan lalu memerintahkan tindak tegas mafia BBM di Sorong Raya yang tidak sesuai prosedur tepat sasaran, tetapi faktanya seperti ini,” ungkap Kalasaut.

Baca Juga:  Peringatan IWD Menjadi Alarm Pergerakan Perempuan Kawal Segala Bentuk Diskriminasi Gender

Ia juga mengakui Aliansi Merah Hitam sangat mendukung himbauan yang telah dikeluarkan Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) dalam upaya memberantas mafia BBM dan perjudian.

“Oleh karena itu kami mendesak kepolisian sebagai lembaga penegak hukum untuk segera membongkar dan menangkap para mafia BBM yang menimbun, mendistribusikan dan  menjual BBM bersubsidi keluar Sorong,” pintahnya.

Berikut sejumlah desakan yang disampaikan pihak Aliansi Merah Hitam (AMH) dalam orasinya di halaman kantor Polres Kabupaten Sorong.

  1. Mendesak Polres Sorong segera memberantas mafia-mafia BBM bersubsidi di Kabupaten Sorong yang meresahkan dan merugikan masyarakat selama ini.
  2. Mendesak Polres Sorong untuk membentuk tim monitoring yang bertugas untuk memantau dan mengawasi pengisian BBM di setiap SPBU yang ada.
  3. Mendesak Polres Sorong untuk monitoring aktivitas CV. Prima Papua, karena diduga menjadi salah satu pelaku mafia BBM di Kabupaten Sorong.
Baca Juga:  Konflik Horizontal di Keneyam Masih Berlanjut, Begini Tuntutan IPMNI

Pernyataan dan orasi Aliansi Merah Hitam soal mafia BBM direspon Wakapolres Kabupaten Sorong, Kompol Emmy Fenetiruma yang di dampingi Kabag Ops, Kompol Farial M. Ginting saat menemui massa aksi mengatakan bahwa aspirasi AMH akan ditindaklanjuti sebagaimana tuntutan massa aksi yang merupakan harapan masyarakat di Sorong.

“Terima kasih, karena aksi ini berjalan dengan aman dan damai. Aspirasi ini kami dari Polres terima dan akan menindaklanjuti poin-poin tuntutan adik-adik,” pungkasnya.

 

Pewarta: Reiner Brabar
Editor: Elisa Sekenyap

Terkini

Populer Minggu Ini:

Partai-Partai Oposisi Kepulauan Solomon Berlomba Bergabung Membentuk Pemerintahan

0
"Kelompok kami menanggapi tangisan dan keinginan rakyat kami untuk merebut kembali Kepulauan Solomon dan mengembalikan kepercayaan pada kepemimpinan dan pemerintahan negara kami," kata koalisi tersebut dalam sebuah pernyataan.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.