ArsipIronis, Dua Anggota TNI Menembak Mati Ibu Pendeta

Ironis, Dua Anggota TNI Menembak Mati Ibu Pendeta

Selasa 2012-11-27 15:44:45

PAPUAN, Merauke — “Saya bisa menjamin bahwa pelaku penembakan adik kami, Ibu Pendeta Frederika Metalmeti, S.Th (38) adalah anggota TNI, yang satunya bernama Irfan dengan pangkat Sertu, sebab anggota tersebut dikabarkan telah ditahan oleh POM TNI Merauke.”

Demikian penegasan A. Jembormase, salah satu keluarga korban yang dituakan dalam keluarga, ketika menghubungi redaksi suarapapua.com, siang ini, Selasa (27/11) , dari Tanah Merah, Kabupaten Boven Digul, Papua.

 

Menurut Jembormase, kejadian penembakan Ibu pendeta terjadi pada Kamis (21/11), sekitar jam 16.00 WIT, lokasi penembakan berjarak sekitar 150 meter dari Pos Polisi Tanah Meraka.

Awalnya, masyarakat mendengar bunyi letusan senjata api sebanyak tiga kali, lalu mereka pergi lapor ke pos polisi, kemudian beberapa anggota Polisi bersama masyarakat turun ke tempat kejadian perkara untuk melihat penembakan tersebut, namun sore itu tidak ditemukan tanda apa-apa.

Kemudian, pada pagi hari sekitar jam 07.30 WIT, ada beberapa masyarakat yang pergi buang sampah di tempat yang tak jauh dari Pos Polisi tersebut, ternyata mereka ketemu sosok mayat, lalu mereka pergi melapor lagi di Polres Boven Digul.

“Dari Polres bersama masyarakat turun ke tempat kejadian perkara untuk melihat mayat tersebut, ternyata itu anak kami, pendeta Frederika Metalmeti, S.Th, kami sangat sedih dengan kejadiaan ini,” jelas keluarga korban.

Setelah ditemukan mayat, keluarga meminta agar korban  di Otopsi di Merauke, setelah di otopsi, pada tanggal 23 korban di mekamkan di tanah merah yang disaksikan oleh keluarga besar korban.

“Usai dimakamkan, ada adik kami dari Merauke yang mengabarkan bahwa dua orang anggota TNI telah diamankan oleh POM karena melakukan penembakan terhadap anak kami,” cerita korban.

Ketika keluarga menemui salah satu petugas Rumah Sakit yang melakukan otopsi terhadap jenazah korban, ditemukan luka tembak, serta luka memar di sekujur tubuh korban.

“Ada tiga tembakan, dikepala korban, dada sebelah kiri, lengan sebelah kanan, kemudian ada luka memar dan sayatan alat tajam di muka korban,” terangnya.

Selaku orang yang dituakan dalam keluarga, Jambormase sangat kecewa terhadap tindakan aparat TNI yang tidak transparan.

"Saya kecewa dengan pihak TNI, seharusnya memberitahukan kami jika pelaku penembakan sudah ditangkap, namun sampai saat ini kabar tersebut belum jelas," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih Letkol Jansen Simanjuntak, kepada wartawan membenarkan adanya kejadian penembakan terhadap ibu pendeta di Boven Digoel.

Menurutnya, sudah ada dua orang anggota TNI yang diduga melakukan pembunuhan, dan sedang diperiksa secara intensif di markas TNI Merauke.

OKTOVIANUS POGAU  

Terkini

Populer Minggu Ini:

Kadis PUPR Sorsel Diduga Terlibat Politik Praktis, Obaja: Harus Dinonaktifkan

0
Kadis PUPR Sorsel Diduga Terlibat Politik Praktis, Obaja: Harus Dinonaktifkan SORONG, SUARAPAPUA.com --- Bupati Sorong Selatan, Papua Barat Daya, didesak untuk segera mencopot jabatan kepala dinas PUPR karena diduga telah melanggar kode etik ASN. Dengan menggunakan kemeja lengan pendek warna kuning dan tersemat lambang partai Golkar, Kadis PUPR Sorong Selatan (Sorsel) menghadiri acara silaturahmi Bacakada dan Bacawakada, mendengarkan arahan ketua umum Airlangga Hartarto dirangkaikan dengan buka puasa di kantor DPP Golkar. Obaja Saflesa, salah satu intelektual muda Sorong Selatan, mengatakan, kehadiran ASN aktif dalam acara silatuhrami itu dapat diduga terlibat politik praktis karena suasana politik menjelang pemilihan kepala daerah (Pilkada) yang dilaksanakan secara serentak tanggal 27 November 2024 mulai memanas. “ASN harus netral. Kalau mau bertarung dalam Pilkada serentak tahun 2024 di kabupaten Sorong Selatan, sebaiknya segera mengajukan permohonan pengunduran diri supaya bupati menunjuk pelaksana tugas agar program di OPD tersebut berjalan baik,” ujar Obaja Saflesa kepada suarapapua.com di Sorong, Sabtu (20/4/2024).

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.