Lobster semasa hidupnya akan berwarna hijau kebiruan. Dengan tubuh berwarna ini, lobster bisa menyesuaikan dirinya di dasar laut, tidak mencolok, dan kemudian mewariskan gen ini kepada keturunannya.
Menurut Anita Kim, ilmuwan di New England Aquarium di Boston, lobster memiliki pigmen warna biru agar bisa berbaur dengan lingkungan dan terhindar dari predator seperti ikan cod, haddock, dan ikan lainnya.
Namun, ketika lobster berpindah ke panci rebusan, warnanya berubah menjadi merah. Bagaimana perubahan warna ini terjadi?
Tahukah kamu, para ilmuwan sudah penasaran dengan perubahan warna ini sudah sejak 1870-an. Setelah seabad berlalu, akhirnya diketahui bahwa kamuflase warna pada lobster adalah produk dari dua molekul, yaitu protein yang disebut dengan crustacyanin dan karotenoid (pigmen yang bertanggung jawab atas warna merah, kuning dan oranye terang) yang disebut astaxanthin.
Lobster tidak bisa membuat astaxanthin mereka sendiri, jadi mereka mendapatkannya dari makanan mereka. “Ini sangat mirip dengan beta-karoten,” kata Kim seperti dikutip Live Science. “Flamingo makan udang dengan beta-karoten dan berubah menjadi merah muda. Ketika lobster makan astaxanthin, itu akan diserap ke dalam tubuh mereka.”
Pada tahun 2002 para peneliti menemukan bahwa protein crustacyaninmengubah warna astaxanthin dengan memutar molekul dan mengubah caranya memantulkan cahaya.
Nah, ketika lobster dimasukkan ke dalam panci dan dipanaskan dalam suhu tinggi, crustacyanin pun melepaskan astaxanthin lalu tampaklah warna aslinya. Molekul-molekul crustacyanin pun kehilangan bentuknya dan mengatur bentuknya kembali dengan cara berbeda. Perubahan fisik dalam bentuk protein ini memberikan efek nyata pada warna lobster.
Analoginya seperti karet gelang. Karet gelang bisa dibentuk jadi konfigurasi apapun. Tapi setelah dilepaskan, karet akan kembali ke bentuk semula.
Satu-satunya persoalan yang belum terpecahkan adalah, mengapa astaxanthinmenjadi biru ketika masih terikat bersama crustacyanin.
Sumber: portalsains.org