JAYAPURA, SUARAPAPUA.com— Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPRP) Laurenzius Kadepa, menyesalkan tindakan aparat keamanan Indonesia dan ormas terhadap mahasiswa Papua di Surabaya pada tanggal 16-17 agustus 2019 lalu.
“Ini hal yang biasa terjadi, sebelumnya di Jogja juga pernah terjadi. Sebelumnya saya pernah kesana dan menemui Sultan. Waktu itu saya dengan tegas menyampaikan bahwa jumlah mahasiswa Papua di sana tidak sebanding dengan orang jawa yang ada di sini. Masa anak-anak Papua diperlakukan tidak manusiawi, padahal orang jawa di Papua dihargai dan diberikan ruang yang sebesar-besarnya,” ucap Kadepa kepada suarapapua.com tidak lama ini.
Dikatakan, mahasiswa dari Papua, di Pulau Jawa bisa dihitung degan jari, tidak sebanding dengan orang jawa di atas tanah Papua yang jumlahnya hingga ribuan bahkan jutaan orang.
“Orang Papua tidak pernah ganggu mereka (warga non Papua) padahal mereka punya usahanya yang semakin maju, jadi PNS, anak mereka juga banyak yang lahir di Papua. OAP tidak pernah ganggu, lalu orang Papua yang sedikit saja di sana itu makan saja susah, cari kos saja, susah, pemilik kos tidak terima mereka, ini stikma yang disebut monyet dan lain-lain yang sangat disayangkan,” terangnya.
Awal permasalahan yang dilakukan oleh mahasiswa Papua, kadepa menjelaskan, Aksi oleh mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Papua AMP, itu suda sering dilakukan, bukan hal baru yang harus dihadapi berlebihan.
“Aksi itu hanya sebatas penyampaian aspirasi mahasiswa yang kecewa terhadap kondisi Indonesia khususnya Papua, dan itu setiap tahun dilakukan oleh AMP. Tapi saat ini lain,” katanya.
Terpisah Paskalis Kosay, politikus Papua kepada media ini mengutarakan, bahwa negara Indonesia tidak mampu untuk menebus stikma rasis yang suda lama sebenarnya disampaikan kepada orang Papua.
“Sehingga musti ada keberanian yang tegas oleh lembaga-lembaga resmi seperti LSM, DPRP dan MRP yang ada. Agar ada terobosan-terobosan baru,” ucap Kossay.
Dirinya menilai toko-toko Papua yang sekarang ada tidak relevan untuk melihat secara serius pada kasus yang selama ini terjadi di negara ini.
“Jadi untuk sekarang penyampaian rasisme agar dapat ditangani serius, supaya tidak terulang lagi,” bebernya.
Pewarta: Ardi Bayage
Editor: Arnold Belau