WAMENA, SUARAPAPUA.com — Martin Yogobi, wakil bupati Kab. Jayawijaya mengingatkan 3W (Wen, Wam dan Wene) yang merupakan visi dan misi bupati dan wakil bupati dalam kunjungan kerja bersama masyarakat di 40 distrik di kabupaten tersebut.
Yogobi kembali mengingatkan 3W tersebut kepada masyarakat di distrik Tagineri pada Jumat pekan kemarin dalam kunjungannya ke distrik tersebut. Ia juga meminta agar masyarakat berdayakan kearifan lokal.
Ia menjelaskan, Wen yang artinya kebun, wam berarti babi dan wene yang berarti masalah.
“Jadi dengan kita kerja kebun, hasil dari kerja kebun bisa pelihara babi. Dan babi itulah bisa menyelesaikan berbagai masalah seperti biaya sekolah anak, pesta adat, pernikahan, acara duka dan lain sebagainya,” jelasnya.
Lanjud Martin, kebun merupakan sumber kehidupan kami masyarakat pegunungan, dan makanan pokok kami adalah ubi.
“Kami tetap memberdayakan masyarakat melalui tiga kata yaitu Wen, Wam dan wene (3W). Karena itu, 3W merupakan salah satu Visi dan Misi serta Program kerja kami dalam rangka meningkatkan kesejahtraan masyarakat dengan melakukan pendekatan kearifan local,” ujarnya.
Ia menegaskan, bukan hanya tagineri, tapi setiap kunjungan kami ke 40 distrik.
“Bupati dan saya Wakil Bupati kami selalu tekankan supaya mayarakat kembali berkebun. Kami berharap masyarakat, dengan bantuan alat kerja yang selama ini kami turunkan itu bisa digunakan dan manfaatkan sebaik mungkin untuk berkebun,” tegasnya.
Secara terpisah, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Jayawijaya, Hendri Tetelepta, mengatakan Kabupaten jayawijaya miliki sekitar 67,5 H dan menghasilkan 236 Ton gaba.
“Sampai dengan 2019 kita punya luas lahan padi sawah yang kita panen itu 67,5 hektar. produksi yang kita dapat 236 ton gabah. Produktifitasnya itu 3,5 ton per hektare. dari kita punya luas lahan padi sawah itu 236 hektare,” kata Hendri.
Tahun sebelumnya, kata Hendri, menghasilkan 200 ton gabah, tetapi pada tahun 2019 mengalami kenaikan 30persen. Namun di tahun 2019 juga mengalami gangguan dalam pengembangan terhadap tani sawa akibat pengurangan dana Otsus di jayawijaya dan situasi 23 september 2019 lalu.
“Kita punya pengembangan sedikit terganggu karena pertama, situasi 23 september, yang kedua pengurangan dana otsus. Jadi program yang seharusnya untuk pengambanan sawah itu, dengan pengurangan otsus semua hilang,” ujarnya.
Pewarta: Onoy Lokobal
Editor: Arnold Belau