Hogioku Istanaku

    0
    1770

    Oleh: Ruland J Kabak)*

    Hujan rintik membasahi badan siang itu menyambut kedatangan kami di Distrik Pasema Kabupaten Yahukimo. Setelah melalui perjalanan udara kurang lebih lima belas menit menggunakan pesawat udara perintis Asione Air. Perjalananku beserta keluarga dalam rangka kegiatan HUT Yubelium Ke-50 tahun di Klasis Hogio Kabupaten Yahukimo.

    Pertama kali tiba di Pasema saat itu tepat pukul 11.00 wit. Kami sekeluarga langsung mengunjungi salah satu tempat yang ada di sana dari sekian banyak tempat untuk mengganti pakaian. Setelah mengganti pakaian kamipun mulai meninggalkan distrik pasema yang dulunya disebut dengan kampung ‘sakugup’ yang artinya siapa yang mau masuk. kami mulai berjalan kaki meninggalkan distrik pasema menuju Distrik Hogio dengan menaiki bukit, melewati gunung, turun bukit, menyebrang sungai yang berjembatan hanya dengan dua dan tiga batang kayu diantara pohon-pohon.

    Distrik Hogio merupakan salah satu distrik dari 51 Distrik yang ada di Kabupaten Yahukimo, yang paling banyak diminati oleh pengunjung. Sesuai dengan namanya, Hogio tentunya memberikan pemamdangan yang indah karena dikelilingi oleh gunung-gunung dan sungai baliem yang mengalir dengan melingkar seperti ular. Ketika mengunjungi distrik Hogio, sungai baliem memberikan pemandangan indah yang tersendiri bagi pengunjung melalui kapal terbang. Hamparan pepohonan mengekspresikan keceriaan pengunjung ke distrik Hogio. Angin menderu kencang namun sejuk dan dinginya sungai soak yang terus mengalir. Saya menelusuri pinggir kedua sungai ini ditemani oleh segelas kopi dengan berjalan kaki sambil berpose-pose. Melesat melintasi batu sungai yang indah dan mulus sesekali terduduk terasa enggan untuk beerdiri, Sungguh aku merasakan kedamaian seperti tak ada beban dalam hidup.

    Tak henti-hentinya aku merasa kagum dengan masyarakat setempat yang rama-tama. ketika hari sudah larut malam bunyian pukulan arus sungai baliem, bagaikan alunan music yang sangat enak untuk didengar. Anginya memberikan kesejukan dan rasa damai. Tak ada orang yang berwajah muram di sana, semua tertawa lebar, merasakan kebahagiaan berada di tempat seindah ini. Letih karena berjalan kaki dengan menempuh berjam-jam pun terbayar lunas dengan keindahan yang luar biasa ini.

    ads

    Tak terasa sudah seminggu kami di sana. Perjalanan pulang pun kami lanjutkan menggunakan pesawat udara. Sambil menunggu pesawat, tenggorokanpun sudah mulai kering karena kehausan. Untuk mengisi tenggorokan yang sudah kekurangan air. Saya mendatangi satu tempat yang tidak jauh dari lapangan terbang, saya mulai minum air yang turun beralaskan dengan selembar daun kelapa hutan (Woroma). Tenggorokan yang tadinya kering sudah mulai segar saat dibasahi oleh dinginya air yang langsung keluar dari dalam tanah.

    Pesawat pun sudah landing di pacu landasan lapangan terbang distrik Hogio. secara perlahan mengakhiri perjalanan liburan sekaligus mengakhiri kegiatan HUT Yubelium. Kami pun sudah terbang meninggalkan Hogio, walau rasanya saya tidak ingin meninggalkan kampungku namun karena tugas memanggil sayapun meninggalkan kampung halaman saya menuju lembah baliem Wamena.

    Tampak wajah sedih saudara saya yang lain karena tidak relah meninggalkan Hogio, sambil menghilangkan rasa sedih, kami pun berbagi canda di atas pesawat udara sambil berjalan dan menutup cerita ini.

    Tak bisa aku lupakan kampungku Hogio meski kutulis namamu di langit dan tersapu oleh awan, kau akan selalu ku kenang sebagai kampung yang sangat indah dan menyenangkan.

    )* Penulis adalah Jurnalis media online suarapapua.com

    Artikel sebelumnyaKunjungi Distrik Tagineri, Wabup Ingatkan Masyarakat Tentang 3W
    Artikel berikutnyaBambang Budiandoyo: Secara Keseluruhan Tenaga Guru di Jayawijaya Kurang