Pemprov Papua Diminta Seriusi Persoalan Mahasiswa Eksodus

0
1254

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com— Gubernur Provinsi Papua, Lukas Enembe diminta untuk segera selesaikan masalah mahasiswa eksodus tidak fokus pada PON dan Otsus yang akan habis pada 2021 mendatang.

Permintaan itu disampaikan mahasiswa eksodus dari Komunitas Mahasiswa Papua Se-sumatera (KOMPAS), Senin (9/3/2020), di Kamkey Jayapura beberapa waktu lalu.

“Kami pulang karena ada masalah. Pasca rasisme lahir di Surabaya pada 15-17 Agustus 2019. setelah rasisme lahirnya, kami mahasiswa sumatera pun turun jalan menolak rasisme. Namun kami di anggap OPM dan lain-lain padahal kami demo rasisme. sehingga kami pulang ikuti maklumat MRP dan Ungkapan Gubernur,” kata Pius Kogoya, koordinator Kompas.

Baca Juga:  Parpol Harus Terbuka Tahapan Penjaringan Bakal Calon Bupati Tambrauw

Lanjut Kogoya, isu tolak rasisme lahir di mana mana termasuk Pemerintah Papua dimana MRP keluarkan maklumat dan gubernur mengeluarkan  imbauan agar mahasiswa Papua pulang ke Tanah Papua jika tidak aman.

“Jadi sampai sekarang kami sudah 7 bulan dan kasus ini tahun kemarin sekarang sudah masuk tahun yang baru. Maka kami minta untuk gubernur selesaikan masalah ini, supaya nasib kami kedepan ada harapan,” katanya.

ads

Dikatakan, pihaknya telah menemui Majelis Rakyat Papua MRP beberapa kali, hingga hasilnya MRP siap melakukan pertemuan dengan Gubernur dan DPRP.

Baca Juga:  Masyarakat Tolak Pj Bupati Tambrauw Maju Dalam Pilkada 2024

“Sejauh ini kami sudah ketemu dengan MRP. MRP siap fasilitas tapi yang kami mau ada tatap muka dengan Gubernur langsung. Supaya kami sampaikan apa yang kami alami dan pemerintah berikan solusianya,” tambah Kogoya.

Ia berharap agar ada pertemuan antara pemrpov Papua dan mahasiswa eksodus, kalau tidak, kami akan melakukan mobilisasi besar dan siap gagalkan PON XX nanti.

“Jadi kalau kami tunggu sampai Gubernur tidak ketemu kami. kami siap untuk gagalkan PON dengan jumlah  masa yang besar. dan kami akan turun bersama masyarakat,” katanya.

Baca Juga:  Raih Gelar Doktor, Begini Pesan Aloysius Giyai Demi Pelayanan Kesehatan di Papua

Sementara itu, Niel Yikwa, mahasiswa Sumatera mengatakan, setelah pulang ke Papua dengan semua mahasiswa eksodus, ia harus kembali mengurus surat pindah pada kampus yang ia tekuni. Namun sampai di Papua dirinya tidak diterima oleh kampus.

“Kami ada dua orang yang kembali ke kota Studi kami, karena di sana situasi kuliah kami berubah. Kami takut dan pilih jalan untuk ambil surat pindah. Setelah kami ke Papua, kami membawa ke Uncen namun Uncen menolak kami. Kami bingung dengan nasib kami ini,” ungkapnya.

Pewarta: Ardi Bayage

Editor: Arnold Belau

Artikel sebelumnyaFestival Lembah Baliem 2020 Dibatalkan
Artikel berikutnyaKeluarga: Kalau Sidang Ditunda Lagi, Empat Terdakwa Harus Dibebaskan