Senator Asal Papua Diskusi Soal Dana BOS dan UN di Papua

0
1261

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Bertempat di Aula FKIP Uncen, Abepura, Herlina Murib, Senator asal Papua melakukan diskusi tentang Dana Bantuan Operasional (BOS) dan Rencana Penghapusan Ujian Nasional pada Selasa kemarin bersama beberapa unsur yang berkepentingan di Kota Jayapura. 

Usai melakukan diskusi tersebut, Murib mengatakan ia akan membawa hasil diskusi tersebut kepada Senat di Jakarta untuk dibahas lebih lanjut.

“Saya akan bawa ke Jakarta agar sebelum sidang dibuatkan jadual untuk berkunjung ke Papua. Saya berterima kasih untuk kegiatan ini dan semua yang telah hadir memberikan masukan soal dana BOS dan penghapusan UN ini,” kata Murib di aula kampus FKIP Uncen, Abepura.  

Baca Juga:  Desak Pelaku Diadili, PMKRI Sorong Minta Panglima TNI Copot Pangdam Cenderawasih

Menurutnya, DPD bisa berkunjung langsung ke Papua dan menyaksikan langsung suara dari guru, pengawas pendidikan kepala sekolah dan lainnya langsung, agar aspirasi yang akan disampaikan didukung penuh.

Sementara Nomensen Rumkabu pengurus Persatuan Guru-Guru Indonesia (PGRI) Provinsi Papua menjelaskan, selama ini dana BOS berjalan baik, meskipun ada sekolah yang tidak mendapatkan.

ads

“Begitu juga dengan UN di Papua. Sebenarnya dana BOS dan pendidikan di Papua aman aman saja. Kami pengurus melihat seperti itu. Ada sekolah yang tidak dapat karena dalam proses pencarian ada tiga tahap,” jelasnya.

Baca Juga:  PMKRI Kecam Tindakan Biadap Oknum Anggota TNI Siksa Warga Sipil di Papua

Menurutnya, sekolah di Papua kadang terlambat mendapatkan dana BOS karena keterlambatan dalam pelaporan dan ada juga yang menggunakan rekening dua.

“Ini yang selalu menjadi penghambat tapi setelah dikerjakan baru dana itu biasa dicairkan. Soal ujian Nasional saya pikir tidak usah penghapusan, karena selama ini berjalan baik saja,” katanya.

Selain itu, Eng Goo, dari Yayasan Alirena Sekolah Anak Indonesia mengatakan, untuk mencerdaskan anak yang bisa memajukan negara harus dengan sekolah berpola asrama.

“Saya sendiri pernah di undang ke Asmat untuk bikin polah pendidikan bentuk Asrama. Di sana saya ketemu tipe orang yang berbeda. Sebenarnya perbedaan ini tidak bisa dalam mendidik anak kita di tanah air ini,” katanya.

Baca Juga:  Satgas ODC Tembak Dua Pasukan Elit TPNPB di Yahukimo

Menurutnya, khusus pendidikan di Papua semua harus di satukan tanpa memandang orang non Papua dan orang asli Papua.

“Jadi saat itu di Asmat kita berusaha untuk satukan semua dari Jawa, Papua, Islam dan Kristen di satukan semua. Dengan harapan adanya kebersamaan itu. Bisa membangun daerah dengan baik,” katanya.

Pewarta: Ardi Bayage
Pewarta: Arnold Belau

Artikel sebelumnyaKAPP Dogiyai Prioritaskan Program Unggulan Genjot Ekonomi OAP
Artikel berikutnyaUntuk Pertama Sejak Wabah Dimulai, Cina Laporkan Tidak Ada Kasus Corona Baru